"Kami Muhajirin, Kalian Anshar Penolong Kami"

M Syahidullah (kiri) dan M Yunus (kanan)

Rohingya menjadi sorotan bulan ini di seluruh dunia. Aceh pun demikian. Ribuan kelompok etnis minoritas tertindas di Myanmar ini terdampar, atau terpaksa berlabuh di Aceh.
Dalam keadaan mengenaskan, kurus kering kelaparan, hitam legam terbakar matahari, nyaris meregang nyawa.

Tidak sanggup rasanya menahan haru menyaksikan keikhlasan tanpa pamrih yang ditunjukkan masyarakat Aceh, terutama di perdesaan nelayan, saat menangani "tamu Allah" yang tiba-tiba datang di pantai mereka.

Di saat banyak negara, termasuk Indonesia, menafikan keberadaan Rohingya atas nama kedaulatan negara, wilayah, ketahanan sosial dan tetek bengek lainnya, warga Aceh tidak pikir dua kali menarik Rohingya ke daratan, melayaninya dengan istimewa.

Mungkin ini adalah cerminan dari anjuran memuliakan tamu yang diajarkan junjungan Nabi Muhammad shallalahu alaihi wassalam.

Melarikan diri dari Myanmar untuk menyelamatkan nyawa dari penindasan, warga Rohingya yang tiba di daratan Aceh meneteskan air mata haru karena melihat kebaikan warga Aceh kepada mereka.

Seorang imigran Rohingya, Mohamad Tayoub Ali, 25 tahun, mengaku bhagia berada di lokasi penampungan Kuala Langsa.

“Masyarakat Aceh ramah-ramah dan baik sekali pada kami. Mereka memberi kami makanan, minuman, pakaian,” kata Ali.

Muhammad Yunus, pengungsi Rohingya yang kini tinggal di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Lapang, Aceh Utara menyatakan bahwa ia sangat berterima kasih pada warga Aceh.

“Semua atas pertolongan Allah. Kami seperti kaum muhajirin dan kalian kaum ansharnya, yang menolong kami, Alhamdulillah,” kata Yunus kepada tim jurnalis media Islam di Aceh Utara, Rabu (27/5/2015).

Yunus menyampaikan rasa terima kasih dalam bahasa Arab. Selain itu, ia juga mengisahkan bahwa dirinya selama 60 hari berada di lautan dengan kondisi sangat kelaparan.

“Saya sebenarnya ingin ke Malaysia, kami ke laut, dan sampai di Thailand, lalu ke Malaysia, namun kapal kami terbalik. Kami naik kapal baru di Thailand dan terombang-ambing hingga sampai ke sini (Aceh),” kenang Yunus.




Posting Komentar

0 Komentar