tag:blogger.com,1999:blog-8796627814200479632024-03-19T17:44:59.655+07:00Political ClubSitus Resmi Political Club, Analysis, Kritis, dan Berpikir PolitisPoliticalClubhttp://www.blogger.com/profile/06903531283425353013noreply@blogger.comBlogger176125tag:blogger.com,1999:blog-879662781420047963.post-55235088125252812512024-02-26T12:18:00.001+07:002024-02-26T12:20:07.970+07:00MGMP PPKN JENJANG SMP KOTA BANDA ACEH MENYELENGGARAKAN LOKAKARYA P5<p></p><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZdrIqUkwUHw650rwcDhFHV9UjeW5smZFfVJevZKuECJqrIXSnxmN4qOBxfLyTgGX1zgLNuZevd7uyJMivwF0l_tcSfwT2Mw_1PqgPDjYCgBypVGX4u7Y7Bf8cYiPGG3lihuGAMuYGJMaW3rfdj2W9ljMEZYDfI0Iw-S6yz-q7n3p6P4WeAh1UJzBty1Y/s1070/foto%20munawwar.jpg" imageanchor="1"><img border="0" data-original-height="481" data-original-width="1070" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZdrIqUkwUHw650rwcDhFHV9UjeW5smZFfVJevZKuECJqrIXSnxmN4qOBxfLyTgGX1zgLNuZevd7uyJMivwF0l_tcSfwT2Mw_1PqgPDjYCgBypVGX4u7Y7Bf8cYiPGG3lihuGAMuYGJMaW3rfdj2W9ljMEZYDfI0Iw-S6yz-q7n3p6P4WeAh1UJzBty1Y/w400-h180/foto%20munawwar.jpg" width="400" /></a></div><p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><p align="center" class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Dokumentasi:
Lokakarya P5<o:p></o:p></span></p></td></tr></tbody></table><p><br /> </p><p class="MsoNormal" style="tab-stops: 135.75pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Banda Aceh</span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">, Musyawarah Guru Mata Pelajaran</span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">
</span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">(MGMP) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) menyelenggarakan
Lokakarya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang bertempat di SMP
N 4 Kota Banda Aceh. Dalam sambutannya Nining Suryani selaku ketua MGMP
menyampaikan Lokakarya ini dilaksanakan dalam dua sesi. Sesi pertama
narasumbernya adalah Eli Kurniawati, M.Pd. (</span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 16px;">(23/02/2024))</span></p>
<p class="MsoNormal" style="tab-stops: 135.75pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">“Pelaksanaan
Lokakarya P5 ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman secara utuh kepada guru
PPKN jenjang SMP Se-Kota Banda Aceh perihal apa itu P5 dan bagaimana cara
memastikan bahwa capaian di P5 dapat terwujud. Apalagi secara terpisah peserta
didik akan menerima Rapor P5 sebagai ukuran atas ketercapaian P5 bagi peserta
didik selama satu tahun” ungkap Nining Suryani<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="tab-stops: 135.75pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">“Temuan
dilapangan selama kami melakukan monitoring masih banyak miskonsepsi tentang
P5. P5 dipahami hanya dalam pada tataran produk, padahal yang ingin dicapai pada
P5 adalah membangun ekosistem positif sebagai wahana pembudayaan yang pada
akhirnya menciptakan karakter positif peserta didik” ungkap Eli Kurniawati.
“Ada enam dimensi Profil Pelajar Pancasila yakni, pertama, beriman, bertakwa
kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, kedua,<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>Berkebinekaan Global, ketiga, Mandiri, keempat bergotong royong, kelima,
bernalar kritis dan yang keenam kreatif”.<span style="mso-spacerun: yes;">
</span><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="tab-stops: 135.75pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Eli
juga menyampaikan, masih banyak juga sekolah yang memasukan P5 kepada
estrakulikuler padahal berdasarkan peraturan Kemendikbudristek Nomor 56/M/2022
secara gamblang menyebutkan P5 merupukan kokurikuler.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="tab-stops: 135.75pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Puluhan
peserta tampak mengikuti Lokakarya ini. Hal yang menarik, banyak guru yang masa
mengabdi sebagai guru tinggal 1-2 tahun lagi tetap mengikuti Lokakarya P5
secara serius dan penuh konsentrasi hal tersebut dapat dilihat dari lembaran
kosong dibuku yang penuh dengan berbagai tulisan.[] <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></p>PoliticalClubhttp://www.blogger.com/profile/06903531283425353013noreply@blogger.com0H86C+G29, Peunayong, Kuta Alam, Banda Aceh City, Aceh, Indonesia5.5612765 95.32011940000001-22.748957336178847 60.16386940000001 33.871510336178844 130.4763694tag:blogger.com,1999:blog-879662781420047963.post-2598934632936053632024-01-06T17:11:00.001+07:002024-01-06T17:11:29.278+07:00Forkim; Camat Se-Kota Bekasi Dalam Genggam ketua Koni Bekasi Tri Adhianto<div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhPdvKSZch1hxCSbG3Ktr1bt0rS_GTxrJAr2fRcRio_9JlqANf4pCeQFmSoK0rk-a25LNJ3X6naxmXPKo0LAp50oUNkIfvtdCP_-TWhEYZg1P1tF5zMVDAM-Tk0JO0FE_TzL61s4molVpY84zTKPHXl9WZWVgVL6iZkzGUnGql88GoUTJ2erVx4ZI01Rj8" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhPdvKSZch1hxCSbG3Ktr1bt0rS_GTxrJAr2fRcRio_9JlqANf4pCeQFmSoK0rk-a25LNJ3X6naxmXPKo0LAp50oUNkIfvtdCP_-TWhEYZg1P1tF5zMVDAM-Tk0JO0FE_TzL61s4molVpY84zTKPHXl9WZWVgVL6iZkzGUnGql88GoUTJ2erVx4ZI01Rj8" width="400">
</a>
</div><br></div><div><br></div><div>Bekasi - Forkim; Camat Se-Kota Bekasi Dalam Genggam ketua Koni Bekasi Tri Adhianto</div><div><br></div><div>Pengamat Kebijakan Publik Menyoroti sekaligus juga sebagai Ketua Forkim (Forum Komunikasi Intelektual Muda Indonesia) Mulyadi Menyayangkan sikap yang dilakukan camat Bekasi Utara dan jajaran lurahnya pada saat peresmian Pos RW 06 Wisma Asri 1 Teluk Pucung Bekasi Utara Bekasi Utara mengundang mantan walikota Bekasi Tri Adhianto Dia bukan tokoh utara, Bukan pejabat publik. <br></div><div><br></div><div>Dia hanya petugas partai, Ngak ada relevansi dengan peresmian kantor sekretariat RW, Mulyadi mengatakan Sebagai bentuk sikap mempertanyakan kepada camat Bekasi Utara untuk Keselamatan roda pemerintahan kota Bekasi segera Bersurat untuk meminta klarifikasi atas undangan Tri Adhianto Jangan sampai menyusupkan kepentingan pribadi atau golongan tertentu dalam menjalankan tugasnya ,"Papar Mulyadi</div><div><br></div><div>Mulyadi bahkan menduga bahwa camat Bekasi Utara mengundang kedatangan Tri Adhianto dalam Peresmian Pos RW 06 Wisma Asri merupakan bagian dari upaya politik untuk kepentingan pemilu dan Pilkada 2024 mendatang, karena tidak hanya sekali camat Bekasi Utara juga pernah mengundang Tri Adhianto di acara Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) yang di selenggarakan di Bekasi Utara pada Selasa (7/11/2023) yang Lalu. </div><div><br></div><div>Mulyadi mengatakan Dengan adanya peristiwa seperti ini,mempersilahkan kepada camat Bekasi Utara dan Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemerintah Daerah dan jajaranya untuk mundur jika ingin terjun ke politik, sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan di mana, ASN dilarang untuk ambil bagian pada politik praktis, karenanya siapapun yang telah terlanjur terlibat, dia meminta untuk segera menarik diri dari aktivitas politik praktis atau menanggalkan jabatannya. </div><div><br></div><div>Menyayangkan sekali Roda Pemerintahan Kota Bekasi saat ini diisi oleh orang-orang yang mempunyai kepentingan Tri Adhianto Maka dari itu, PJ walikota Bekasi Raden Gani harus tegas dan DPRD kota Bekasi jangan Sibuk berkampanye Itu fungsi dari DPRD dalam pengawasan saat ini lebih sibuk melakukan kampanye dibandingkan melaksanakan tugasnya sebagai wakil rakyat." tegas Mulyadi</div><div><br></div><div><br></div>PoliticalClubhttp://www.blogger.com/profile/06903531283425353013noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-879662781420047963.post-3070147295634778692023-05-03T10:37:00.002+07:002023-05-03T10:40:08.656+07:00Duka, Dosa dan Dusta di Simpang KKA<div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjhu9Zi4iuS3jASDRfws1YZuY2ulGslWuWjUDOxEqYsrVlCMOgs6clJVge4AcRKMq-DDNQqqmW-s_7zO1wm50_O0u5nI4HIz_MhrQYvOt7snmDI1D6gkpyBRjsXDG718cDTUm5vZP9Hy2UqiHT6eQDGkNU20_O0opL6IBedW09-IKjPmnsixeJ_EKA_vw" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjhu9Zi4iuS3jASDRfws1YZuY2ulGslWuWjUDOxEqYsrVlCMOgs6clJVge4AcRKMq-DDNQqqmW-s_7zO1wm50_O0u5nI4HIz_MhrQYvOt7snmDI1D6gkpyBRjsXDG718cDTUm5vZP9Hy2UqiHT6eQDGkNU20_O0opL6IBedW09-IKjPmnsixeJ_EKA_vw" width="400">
</a>
</div><br></div><div>Kebijakan cabut nyawa menggiring malaikat pencabut nyawa hari ini, 24 tahun lalu</div><div>Aceh yang identik dengan “Perdamaian” saat ini berusia menjelang 18 tahun, dan itu diakui oleh dunia sebagai proses resolusi konflik yang dianggap sukses dan berkelanjutan, berbagai macam penguat perdamaian dilakukan demi tegaknya sustainable peace dan tegakya keadilan. “Perdamaian di Aceh” tidak serta merta datang dengan mudah dan langsung, ia hadir setelah provinsi paling barat Indonesia itu dilanda era bencana sempurna: bencana alam dan bencana perang. Masa lalu yang begitu suram dan mencekam, melanda Aceh, telah menanamkan paradigma kepada para korban “apakah untuk menuju damai harus melalui kemelaratan yang begitu mengerikan?</div><div><br></div><div> Perjanjian telah dilakukan dan tujuan-tujuan disepakati untuk membangun kembali puing-puing kehidupan demi masa depan yang lebih cerah dan menjanjikan. Hampir seluruh organisasi internasional (negara ataupun non negara) datang ke Aceh untuk memberikan kontribusi dan bantuan demi memperbaiki kerusakan sarana dan prasarana. Dimulai dari memperbaiki infrastrukur wilayah dan manusia yang dikomandoi oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR), program pemasyarakatan kembali bekas GAM hingga pemberian lahan oleh Badan Reintegrasi Aceh (BRA) yang tidak jelas sampai kini, dan proses pengungkapan kejahatan perang sedang dilakukan oleh lembaga Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR), hingga saat ini belum ada terobosan yang identik dengan sebutannya.</div><div><br></div><div> Penyudahan perang frontal antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintah Republik Indonesia belum memperlihatkan positive peace di Aceh, terutama untuk mereka yang menjadi korban. Komunitas korban tragedi Simpang KKA adalah yang melihat dunia ini dikendalikan dengan cara kekerasan dan dehumanisasi, itu adalah kejahatan yang melukai mental mereka dan membutuhkan waktu lama untuk disembuhkan. </div><div><br></div><div>Pemulihan psikologi para korban tragedi Simpang KKA merupakan usaha untuk melakukan transformasi mental personal guna terciptanya masyarakat yang kreatif dan mampu menjadi pelopor perdamaian bagi kehidupan. Karena pada dasarnya berhasil atau tidaknya perdamaian bukan tidak lagi meletusnya senjata-senjata, tetapi harus terfokus pada tujuan yang lebih spesifik seperti konversi ekonomi, penghapusan diskriminasi, mengakhiri intervensi militer, pengentasan kemiskinan, tekanan politik, penghancuran lingkungan (illegal logging, excessive mining) dan yang lebih penting mengembalikan serta mempertahankan hak asasi manusia.</div><div><br></div><div><br></div><div>Dengungan Duka Sebuah kegilaan bergoyang ria di sebuah persimpangan; Simpang PT. KKA (Kertas Kraft Aceh) di Dewantara, Aceh Utara. Tidak diketahui bencana jenis apa yang melanda pada siang 3 Mei 1999 itu, hingga dengan mudahnya bangunan kehidupan hancur berkeping-keping. Pemerintah memusuhi dan mencaci maki dengan begitu brutal eksistensi warga negaranya.</div><div><br></div><div>24 tahun pasca tragedi itu, hingga hari ini inner hurt yang hinggap dalam kehidupan mereka (korban) belum pulih secara utuh. Tidak pulihnya keterlukaan mereka, sama sekali tidak ada inti seluruh kebijakan politik yang dilakukan oleh elit atas amanah dari nota kesepahaman 2005 silam. Moril giving tidak diterima oleh mereka sebagai objek kesewenang-wenang negara melalui arogansi aparatnya, baik itu tentara maupun polisi. Level kemanusiaan pernah sangat rendah pada saat itu, ketika sesama anak bangsa saling berhadapan, yang membedakan diantara mereka hanya outlook-nya saja. Selebihnya mereka sama-sama sebagai penduduk Republik Indonesia.</div><div><br></div><div>Keadaan demikian berlanjut hingga saat ini, dengan berbagai macam material giving dilakukan melalui kebijakan politik, seakan memperlihatkan kepada publik bahwa Aceh telah selesai dengan ketragisan masa lalunya. Titik berat penyelesaian atas seluruh tragedi berdarah itu ada pada pemerintah sentral dan pemerintah Aceh. Bila kita baca isi naskah nota kesepahaman tersebut, ada unseen mail yang disampaikan bahwa otoritas Aceh memiliki tanggung jawab penuh sebagai Illiberal Peacemaker untuk menuntaskan dan membangun kembali peradaban seluruh korban perang.</div><div><br></div><div>Hal paling sering diabaikan pasca praktik pelanggaran HAM adalah memulai usaha mengakui. Hal itu menjadi penentu berhasil atau tidaknya sebuah proses yang dilakukan setelah kesepahaman disetujui. Sekian banyak tragedi terjadi di Aceh tidak akan selesai hanya sebatas jabat tangan elitis yang mewakili proses penyepahaman. Ini menyangkut harga diri manusia, warga negara Republik Indonesia yang tinggal di Aceh. Puluhan bahkan ratusan tragedi hampir setiap hari terjadi dalam kurun waktu 1989-2005. Baik itu korban dengan kuantitas sedikit ataupun banyak, pembunuhan tetap sebagai kejahatan, walau dilakukan atas nama negara.</div><div><br></div><div>Sekian banyak tragedi, diantaranya terjadi pasca Pemerintah Indonesia mencabut status DOM dari Aceh pada tanggal 20 Agustus 1998. Salah satunya tragedi Simpang KKA di Aceh Utara. Korban atas tragedi itu, pada hari ini tidak pernah mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah, selaku penanggung jawab atas derita yang mereka alami. Langkah kongkrit untuk memulai usaha humanisasi belum tercium baunya. pasca peperangan, pasca kesepahaman banyak hal masih misteri sebagai langkah pertaubatan. Taubat tanpa memberi obat, tidaklah hebat. Mengakui tanpa menyesali adalah anomali. Meminta maaf tanpa insaf adalah khilaf. </div><div><br></div><div>Runtuhnya pemerintahan Orde Baru ala Soeharto, sama sekali tidak meruntuhkan budaya represifnya terhadap warga negara. Terbukti rentetan kekerasan oleh aparatur negara terjadi di beberapa daerah, seperti Aceh dan Papua. Presiden Habibie yang menggantikan Soeharto, kemudian Abdurrahman Wahid (Gusdur) hingga Megawati tidak mampu mengakhiri segala kekalutan yang berhubungan dengan harga diri warganegara. Pada saat Megawati duduk sebagai presiden, petaka kemanusiaan semakin menggila terjadi di Aceh. </div><div><br></div><div>Pemerintahannya menerapkan status Darurat Militer (DM) dengan sandi “Operasi Terpadu”. Kata terpadu merujuk keterlibatan bukan hanya komponen militer, melainkan program kemanusiaan, penegakan hukum dan tata kelola pemerintahan daerah.</div><div><br></div><div>Sandi operasi terpadu itu hanya nama lain dari kebijakan represif sebelumnya, yang dalam tindakannya tidak sedikitpun menampilkan proses penegakan hukum, apalagi tata kelola pemerintahan daerah. Sampai dengan saat ini seluruh aksi dan perilaku menyimpang dari negara terhadap warga negaranya, belum terselesaikan secara sosiologis, yuridis apalagi humanis. Keadaan pasca perang kerap memproliferasikan masalah sosial baru, bahkan lebih mengkhawatirkan.</div><div><br></div><div> Wajah Manis Sang Pendusta</div><div><br></div><div>Substansi humanisasi paska perang adalah dengan menghindari secara maksimal failure after agreement, hal terpenting dalam Post-Conflict Reconcstruction agenda adalah mengeksistensikan berbagai peran untuk menciptakan langkah awal pembangunan. Negara “modern” harus menyediakan wadah untuk menampung aspirasi nasional (kelompok korban), keamanan dan kepentingan hidup daulat warganya. esensi dari Transitional Modern Nation ialah terlibatnya semua kelompok korban sebagai target pembangunan. Sebelumnya mereka begitu nyata menjadi objek kekerasan oleh negara, maka setelahnya mereka juga harus menjadi target utama dalam hal rekonstruksi. Tidak adanya keseriusan dari policy makers untuk hal ini, tentu saja setelah perjanjian dilakukan negara tersebut akan mengalami kegagalan yang sangat mengkhawatirkan.</div><div><br></div><div>Ketika perjanjian damai dihasilkan dan kekerasan militer mereda, maka akan lebih mudah untuk mendorong kepermukaan bantuan sosial dan ekonomi jangka panjang. Parahnya, setelah perjanjian damai didengungkan begitu agung, Pemerintah Aceh dan Indonesia sedikitpun tidak menempatkan isu kemanusiaan sebagai agenda utama. 2005 hingga 2023 masih begitu banyak korban dari pembantaian di Simpang KKA dan korban perang lainnya yang hidup di bawah ketidaklayakan, keadilan yang carut-marut, penyelesaian dan penuntasan kasus berbelit-belit, pertanggung jawaban hukum penuh dengan drama politik.</div><div><br></div><div>Hal tersebut melahirkan semacam kondisi meminjam istilah Carlos Castaneda (1971) Separated Reality; sebuah fenomena yang menggerogoti dan menghisap hasil capaian dalam bingkai hukum, dilakukan oleh aktor yang berperan dalam mendapatkannya. Secara sederhana, realitas terpisah dalam konteks Aceh hari ini untuk para korban perang, termasuk di dalamnya korban Tragedi Simpang KKA adalah menjarakkan mereka dengan apa yang seharusnya menjadi milik mereka dari dulu. Saat ini, yang banyak disebut ‘Perdamaian’ sama sekali bukan perdamaian, melainkan peralihan keadaan dari kekerasan langsung kepada kekerasan tidak langsung (Structural Violence). Perdamaian harus masuk ke dalam eksistensi sosiologis semua korban, tidak boleh ada yang tertinggal. Paska 2005 Aceh hanya sekedar mengalami reformasi yuridis, belum mengarah kepada reformasi etis-humanistik, sama halnya dengan Indonesia pada 1998; reformasi tetapi tidak pernah diikuti dengan transisi total.</div><div><br></div><div>Transisi politik, tidak selalu mengutamakan apa yang telah dimulai. Dari sekian banyak masalah sosial masa lalu, hal ini adalah keniscayaan untuk dilakukan. Kekerasan militer yang telah mereda hanya kekerasan secara terbuka. Warisan keganasan militer hari ini dalam kasus Indonesia masih sangat kuat. Transisi politik otoriter ke demokrasi selalu menampilkan modifikasi, bukan yang sebenarnya. Fake Transition hanya memperlihatkan wajah lama dengan rezim baru, yang berpotensi kerap mengulang kebijakan-kebijakan lama. Bila ini yang terjadi, maka tidak ada bedanya antara demokrasi dengan vetokrasi.</div><div><br></div><div>Masyarakat sangat memahami peristiwa masa lalu untuk menetapkan tanggung jawab dan menolak impunitas secara berkelanjutan. Tentu, kebenaran saja tidak akan mendamaikan mantan musuh. Korban dari peristiwa di Simpang KKA yang selamat dan secara terbuka menceritakan kembali pengalaman mereka ingin lebih dari sekedar di dengar. Karena ini sangat penting bagi mereka; banyak yang mencari perbaikan, sanksi hukum bagi yang bersalah dan mereka mencari jaminan bahwa hak mereka terlindungi dimasa mendatang.</div><div><br></div><div>Pemerintah Indonesia sudah mengakui apa yang telah mereka lakukan pada masa lalu terhadap Aceh, termasuk salah satunya tragedi Simpang KKA, 3 Mei 1999, kekerasan terhadap hak asasi manusia di Aceh yang dilakukan oleh aparat keamanan adalah kasus yang muncul begitu mencuat ketika komitmen untuk membersihkan sejarah mulai disuarakan. Suara-suara korban yang terbisu sejak lama harus kembali diperdengarkan agar Indonesia mampu mereformasi institusi yang terlibat sebagai agen kekerasan. Apapun alasannya, ini merupakan jalan yang sangat beresensi kepada sebuah penyembuhan, pemaafan dan rekonsiliasi.</div><div><br></div><div>Pengakuan yang dilakukan oleh negara tidak serta membersihkan darah yang sudah mengkrtistal hingga saat ini, langkah konkrit selanjutnya apa yang akan dilakukan, sehingga slogan negara yang berbunyi Indonesia adalah negara dengan supremasi hukum, benar-benar terwujud, bukan sekedar barang dagangan yang dijual setiap ajang Pemilihan Umum (Pemilu).</div><div><br></div><div>Penantian begitu lama, kita tidak mengetahui apakah masih ada kesabaran yang bersemayam dalam benak para korban, untuk terus menunggu sebuah pengakuan ikhlas yang datang dari negara, sebagai usaha membangun kembali harkat dan martabat manusia yang pernah terlindas ganasnya goyangan proyektil. Kiamat ala negara yang didatangkan ke Simpang KKA cukup menyisakan kesakitan dan keterisakan terhadap sebuah kehidupan. Itu adalah kenyataan yang dilalui masyarakat sekitar sebagai korban kebiadaban. Haruskah mereka menunggu sampai mati untuk sebuah pengakuan? Negara yang tidak sadar, atau mungkin menggila-gilakan diri sebagai usaha melupakan sejarah kekerasannya adalah negara teror. Teror yang terus menerus direproduksi secara langsung maupun tidak langsung.</div><div><br></div><div>Rekonsililasi adalah penghormatan terhadap peacebuilding sebagai proses transisi politik. Itu tidak akan berkembang ketika masa lalu tidak dikaji atau jika kejahatan mengerikan dibenarkan. Pemahaman yang jujur dan tulus mengenai masa lalu secara moral diperlukan, meskipun hal ini bisa menyakiti korban dan meresahkan bagi mereka yang mendukung pelaku. Akuntabilitas juga diperlukan bagi budaya impunitas dan bahasa superiotas dan penghinaan yang mendalam untuk hak-hak individu. Yang terkait dengan ini adalah pentingnya mengakui korban sebagai warga negara yang memiliki moral setara dan sebagai saudara. Tanpa upaya pengakuan yang berarti, mereka cenderung akan tetap dianiaya atau diabaikan, tidak ada rasa hormat dan martabat yang layak mereka terima. Aturan hukum memainkan peran penting untuk menjamin bahwa hak-hak pribadi akan dihormati, negara akan tetap terikat oleh hukum. Indonesia hadir, tetapi belum berada untuk KKA.</div><div>Alfatihah untuk para korban.</div><div><br></div><div><br></div><div><b>*)Penulis</b>: <b>Iping Rahmat Saputra</b></div><div><b>Pengajar Hukum dan HAM pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry</b></div><div><br></div>Jakfarhttp://www.blogger.com/profile/04458300835549416198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-879662781420047963.post-34795717660759308132022-11-28T11:12:00.001+07:002022-12-04T14:02:27.093+07:00Pendelegasian Wewenang Secara Penuh Kepada Daerah<div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSMfuchU0-WG4oSj7TmXt9J3cNQrJOkKHKtTbMh5n7GSxguVvoqLZwvZa8iQS1IWXKsYg7Q-m4iaPhZc6r2-4I8h25WJmjIteE4dgOhwjh51peraHMvtoB8AqHjUhFvQh-BWT7MRJMk2PT/s1600/1669608715669988-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSMfuchU0-WG4oSj7TmXt9J3cNQrJOkKHKtTbMh5n7GSxguVvoqLZwvZa8iQS1IWXKsYg7Q-m4iaPhZc6r2-4I8h25WJmjIteE4dgOhwjh51peraHMvtoB8AqHjUhFvQh-BWT7MRJMk2PT/s1600/1669608715669988-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div><br></div><div>Pada dasarnya Indonesia menganut bentuk pemerintahan negara kesatuan yang mana setiap provinsi memiliki kewenangan tertentu dalam mengurus rumah tangga masing-masing daerah untuk mewujudkan kesejahteraan yang paripurna. </div><div><br></div><div>Anti tesis dari pada otonomi daerah sendiri adalah sentralistik yang mana sistem seperti ini dianut oleh negara-negara otoriter yang mengalami krisis kepercayaan kepada daerah dan sarat akan korupsi. Pendelegasian wewenang kepada daerah merupakan inti dari pada demokrasi, memberikan kepercayaan kepada daerah untuk mengelola keuangan, perencanaan dan perekonomian dengan mandiri. Jika salah satu dari pada hal tersebut terhambat maka proses demokratisasi dan set up otonomi daerah akan gagal. </div><div><br></div><div>Banyak sekali problematika yang terjadi di Indonesia khususnya di era kepemimpinan presiden Soeharto yang sangat sentralistik terutama pada persoalan ekonomi. Pasca reformasi, Gusdur memipin Indonesia dimulailah proses legislasi yang memberikan mandat kepada daerah untuk mengurus wilayahnya masing-masing berdasarkan spefisikasi dan keahlian tertentu.</div><div><br></div><div>“Faktor utama penghambat otonomi daerah”</div><div>Agenda reformasi yang lebih menekankan pada upaya membangun citra negara berakhir dengan fokus perhatian yang lebih banyak dicurahkan pada upaya memperbaiki dan membangun institusi negara (state institutional reform), Sementara upaya untuk membangun dan memperkuat kapasitas negara (state capacity) relatif belum mendapat perhatian yang seimbang. Akibatnya, dapat dimengerti bila kemudian kehadiran negara dalam praktik kehidupan sehari-hari (state in practice) menjadi samar-samar atau bahkan dalam beberapa kasus justru absen. </div><div>Pada dasarnya secara hukum positif di awalnya negara kita Indonesia telah memberikan wewenang kepada daerah dalam mengurus rumah tangganya masing-masing. Namun pada tahun 2020 lalu, salah satu produk legislasi undang-undang sapu jagat yang bernama “Omnibus law” datang dan menghancurkan esensi dari pada otonomi daerah. Omnibus adalah penghambat paling utama terwujudnya kesejahteraan dan proses pemberian wewenang kepada daerah terutama pada sektor ekonomi.</div><div><br></div><div>Omnibus law di negara kita digunakan secara khusus untuk problematika ekonomi dan administrasi yang membuat kebebasan daerah terpangkas sehingga berpotensi merusak mahkota daerah atau hilangnya desentralisasi. Sejatinya Desentralisasi merupakan hasil dari Reformasi 1998 sebagai sebuah model pemerintahan baru. Sekaligus sebagai kritik terhadap model pemerintahan Orde baru yang centralistik militeristik. Namun Kehadiran RUU Omnibus Law justru Negara ingin membalikkan model pemerintahan sama seperti halnya pada massa Orde Baru. Karena kewenangan daerah akan di hilangkan. Secara jelas RUU Ominbus Law menunjukan watak rezim Otoriter. </div><div><br></div><div>Omnibus menginginkan agar proses investasi dan perizinan harus melalui pusat tanpa melalui daerah. Maka dengan ini, sangat jelas terlihat bahwa Indonesia perlahan menuju kembali ke era sentralisasi kekuasaan.</div><div><br></div><div>Sentralisasi kekuasaan terjadi karena beberapa motif tertentu, faktor yang paling utama adalah karena pusat menganggap jika daerah belum mampu atau belum mandiri dalam mengurus wilayahnya masing-masing. Faktor kedua adalah adanya kepentingan pusat untuk mengelola secara penuh sumber daya alam strategis di daerah tanpa melalui otoritas kepala daerah. Hal ini tentunya mencederai makna dari pada otonomi daerah sendiri.</div><div>Di negara-negara maju seperti Barat mereka memberikan kewenangan secara penuh kepada daerah dengan sistem federasi bukan otonomi seperti yang kita anut. Karena, yang paham akan keadaan dan spesialisasi dari pada negara bagian bersangkutan adalah masyarakat wilayah tersebut. Jika otonomi hanya diberikan secara setengah-setengah, memberikan kewenangan yang satu dan memangkas wewenang yang lain merupakan bentuk inkonsistensi pusat dalam memberikan otonomi kepada daerah.</div><div><br></div><div>“Solusi dan alternatif terbaik untuk kemacetan otonomi daerah”</div><div>Pada dasarnya saya sangat setuju dengan sistem federasi sebagaimana yang dianut oleh Amerika yang memberikan kebebasan seluas mungkin kepada daerah bahkan termasuk hubungan kerjasama luar negeri. Jika pusat telah melimpahkan hak dan wewenang secara keseluruhan kepada daerah, maka pusat hanya perlu berfokus kepada kebijakan internasional dan setiap perkara domestik secara sebagian diberikan kepada pusat. Karena mengingat dalam proses pembangunan ekonomi dan menciptakan surplus APBN tidak selalu persoalan ekonomi domestik, akan tetapi juga perlu menggiatkan ekonomi dan kerjasama antar negara.</div><div><br></div><div>Dengan adanya penyerahan wewenang kepada daerah secara keseluruhan, akan terciptanya proses distribusi kesejahteraan secara merata dan terkontrol tanpa harus dependensi terhadap pusat dalam hal yang strategis.</div><div><br></div><div>Karena setiap provinsi memiliki spesifikasi dan mata pencaharian yang berbeda, jika kebijakan publik yang dibuat oleh pusat bersifat egaliter yang terjadi adalah kebijakan yang dibuat tidak selaras dengan potensi daerah. Jika sebuah daerah memiliki potensi dibidang pertanian, maka biarkan daerah tersebut menciptakan swasembada pangan yang produktif tanpa memaksa daerah tersebut untuk memproduksi nuklir.</div><div><br></div><div>Setiap negara dalam susunan APBN memiliki komposisi dan arus income yang variatif. Mulai dari pertambangan, manufaktur, pertanian, industri makanan, ritel, start up, permusikan dan sektor core ekonomi lainnya.</div><div><br></div><div>*)<b>Penulis:</b></div><div><b>Di tulis oleh : Restu Gilang Sanjaya Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala</b></div><div><br></div>Jakfarhttp://www.blogger.com/profile/04458300835549416198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-879662781420047963.post-67372174290733566562022-10-21T08:12:00.001+07:002022-10-21T11:11:02.524+07:00MGMP PPKn SMP Kota Banda Aceh berkolaborasi dengan KIP Kota Banda Aceh untuk melakukan sosialisasi pemilu serentak 2024<div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhC8qbbh1W8KJ8YjyBuMbkGiCpbDBtvK252FpCheFrcVoGb7Tq3nKg-_UO5Lje5YubWQtr9cmLTvdAumobUA7iH9LoCY-X5hA0LXdd9oW4XYm5z2AoZJtR_c9BKnF8B55-lPPWTOO74wqrh/s1600/1666314754570316-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhC8qbbh1W8KJ8YjyBuMbkGiCpbDBtvK252FpCheFrcVoGb7Tq3nKg-_UO5Lje5YubWQtr9cmLTvdAumobUA7iH9LoCY-X5hA0LXdd9oW4XYm5z2AoZJtR_c9BKnF8B55-lPPWTOO74wqrh/s1600/1666314754570316-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div><br></div><div> Banda Aceh (20/10/2022) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) SMP Kota Banda Aceh berkolaborasi dengan Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kota Banda Aceh, menyelenggarakan sosialisasi pemilihan umum (pemilu) serentak 2024. Kegiatan ini dihelat di salah satu ruangan yang ada di SMP Negeri 4 Banda Aceh pada pukul 15.00 Wib. Kegiatan ini dihadiri oleh puluhan anggota MGMP. Sosialisasi ini disampaikan oleh Muhammad AH. M.Kom.I selaku anggota KIP Kota Banda Aceh divisi hukum dan pengawasan.</div><div><br></div><div> Dalam sambutannya Nining Suryani Ketua MGMP menyampaikan agar kolaborasi ini bukanlah merupakan awal dan akhir namun harus menjadi awal dan berjalan secara berkelanjutan. Harapan kami KIP Kota Banda Aceh dapat selalu bersinergis, apalagi Guru PPKn memiliki tanggung jawab dalam menyukseskan pelaksanaan pesta demokrasi ini. Pesta demokrasi kali ini harus semakin baik dibandingkan dari sebelumnya. Terlebih lagi dilaksanakan secara serentak. Partisipasi masyarakat harus meningkat.</div><div><br></div><div> Kendati peserta didik kami masih belum memiliki hak pilih, karena berusia dibawah 17 tahun. Namun demikian bukan berarti mereka tidak perlu memperoleh pemahaman yang tuntas tentang pemilu, apalagi 2024 dilaksanakan secara serentak ditahun yang sama antara pemilihan legislatif sampai eksekutif sehingga merupakan pengalaman perdana. Di pemilu selanjutnya bagi peserta didik kami yang duduk dikelas tiga memiliki hak pilihnya.</div><div><br></div><div> Saat kami sebagai para gurunya belum memiliki pemahaman yang tuntas tentang pemilu serentak ini, maka akan berimplikasi kepada peserta didik kami juga. Mengintegrasikan pembelajaran dengan pemahaman yang kami peroleh tadi adalah sebuah keharusan, ungkap Nining.</div><div><br></div><div> Muhammad AH dalam pemaparannya menyampaikan pemilu serentak 2024 dilaksanakan di bulan Februari dan November. Verifikasi faktual untuk calon peserta pemilu telah selesai dilaksanakan beberapa hari yang lalu. Dalam faktual ini juga, kami akan melakukan klarifikasi kepada partai politik yang diadukan oleh masyarakat terhadap pencatutan nama mereka yang sebenarnya mereka merasa tidak pernah menjadi anggota partai politik tertentu.</div><div><br></div><div> Pelaksanaan pemilu serentak ini, diharapkan partisipasi masyarakat dapat meningkat dibandingkan dengan sebelumnya. Mengingat masyarakat yang bekerja diluar daerah dapat kembali ke daerah asalnya untuk menggunakan hak pilihnya untuk memiliki anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) ataupun Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten (DPRK) maupun Gubernur ataupun Bupati. </div><div><br></div><div> Sosialisasi itu berjalan dengan atensi yang tinggi yang ditunjukan oleh seluruh peserta kegiatan. Kegiatan ditutup dengan penyerahan piagam penghargaan kepada KIP Kota Banda Aceh oleh Nining Suryani.[]</div>Jakfarhttp://www.blogger.com/profile/04458300835549416198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-879662781420047963.post-89357929880814030162022-09-27T00:06:00.001+07:002022-09-27T00:06:39.207+07:00FORKIM; Mencium Aroma Korupsi Dihelatnya Rapat Paripurna Mendadak DPRD Kota Bekasi<div><b><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKi157XSZbHJ3rOB_ZXQnNv-ByKjZuGgkFuFZlNQJKsfd9ae2hl-We6zTcvsUJvsEijDP_SPzJgd8vgihEIwxGFy-KbjrQ3rcR5YlsRkHBlUMd78Vl2ropIoF_y7spquvPnyVk1iQ-RJCS/s1600/1664211992408082-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKi157XSZbHJ3rOB_ZXQnNv-ByKjZuGgkFuFZlNQJKsfd9ae2hl-We6zTcvsUJvsEijDP_SPzJgd8vgihEIwxGFy-KbjrQ3rcR5YlsRkHBlUMd78Vl2ropIoF_y7spquvPnyVk1iQ-RJCS/s1600/1664211992408082-0.png" width="400">
</a>
</div><br></b></div><div><b>Bekasi</b> - Mulyadi Koordinator Forum Komunikasi Intelektual Muda (Forkim) Kota Bekasi, menyampaikan proses penyusunan dan pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah sektor paling rawan untuk dikorupsi. Proses ini seakan menjadi lahan basah untuk dikorupsi termasuk di Kota Bekasi.</div><div><br></div><div>Menurutnya tugas para legislator adalah menjadi perwakilan masyarakat untuk menyampaikan pokok-pokok pikiran kepada esekutif dalam mempersiapkan rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah sudah sepatutnya dijalankan secara wajar.</div><div><br></div><div>Ia pun meminta kepada anggota DPRD untuk fokus bekerja dalam menjalankan tugasnya salah satunya sebagai pengawas Pemerintah dengan menanggapi berbagai permasalahan di Kota Bekasi, saat ini tugas DPRD cenderung asyik menyampaikannya kepada media massa ketimbang membawanya ke dalam Rapat-rapat DPRD. Berdasarkan hal itu kami menilai bahwa DPRD Kota Bekasi menjadi Lembaga yang tidak bisa menghasilkan sesuatu yang berkualitas karena produknya buruk semua.</div><div>Lanjutnya aroma tersebut diperoleh melalui pengamatan mendadaknya agenda rapat Paripurna. Mendadaknya rapat itu seolah-olah menujukkan ada sesuatu yang ditutup-tutupi atau adanya persekongkolan.</div><div><br></div><div>Mulyadi juga menyinggung persoalan pokok-pokok pikiran (pokir) anggota DPRD “Anggota Legislatif dalam kebijakan pokir seharusnya itu berpikir dulu kan tidak boleh tidak berpikir, apalagi sekarang dibayar khusus ada uang pokok pikiran, memang seperti itu agak aneh pada kebijakan Pokir Anggota DPRD. Sebagian besar masyarakat tidak banyak tahu perihal Pokir. Sebab, yang diketahui selama ini oleh masyarakat hanya masa reses, dimana para Anggota Dewan bekerja di luar gedung parlemen dengan menjumpai konstituen di daerah pemilihannya (Dapil) guna menyerap aspirasi masyarakat. Dulu, hal tersebut dikenal dengan istilah dana aspirasi,” ujar Mulyadi.</div><div><br></div><div>Dalam perkembangannya, sambung Mulyadi, memang masa Reses ini menjadi dasar dalam pembentukan pokir di daerah. Di mana, kebijakan itu disalurkan dalam bentuk dana yang disebut sebagai dana Pokir sebagai bentuk perhatian Anggota DPRD kepada konstituennya dalam rangka percepatan pembangunan sekaligus menjaring aspirasi di masing-masing Dapilnya.</div><div><br></div><div>“Jika diulas secara komprehensif, dalam kerangka normanya istilah pokir ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dimana, menurut Pasal 55 huruf (a) PP Nomor 16 Tahun 2010 tersebut menjelaskan bahwa salah satu tugas Badan Anggaran DPRD adalah memberikan saran dan pendapat berupa pokok-pokok pikiran DPRD kepada Kepala Daerah dalam mempersiapkan rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah paling lambat 5 (lima) bulan sebelum ditetapkannya APBD,” terangnya.</div>Jakfarhttp://www.blogger.com/profile/04458300835549416198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-879662781420047963.post-9708661987569511512022-09-25T22:23:00.001+07:002022-09-25T22:23:38.182+07:00Munawar Khalil Terpilih sebagai Nahkoda Baru IKA FISIP USK periode 2022-2026<div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgan-bFloG07FMZw4UyBKeNbrJYDvOY-B5IDpvDe1oUijf_fOf85LduO9u-v1KbfCFAP8YwVea5D_RmOrylVC4kmyyP7t_49f2uwEAfd5Sr9Ms8-hyQ9ZoDUCek6KN30akqp3jwGuXQxu1R/s1600/1664119409380889-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgan-bFloG07FMZw4UyBKeNbrJYDvOY-B5IDpvDe1oUijf_fOf85LduO9u-v1KbfCFAP8YwVea5D_RmOrylVC4kmyyP7t_49f2uwEAfd5Sr9Ms8-hyQ9ZoDUCek6KN30akqp3jwGuXQxu1R/s1600/1664119409380889-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div>Banda Aceh- Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PB PII) Periode 2015-2017 Munawar Khalil Terpilih sebagai ketua Ikatan Alumni (IKA) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Syiah Kuala (USK) Periode 2022-2026 dalam musyawarah besar Alumni Fisip yang diselenggarakan di Aula Fisip USK pada Sabtu 24 September 2022.<div><br></div><div>Dalam kesempatannya usai terpilih, Munawar Khalil mengatakan ia akan berfokus untuk mengatifkan kembali roda organisasi IKA Fisip USK.</div><div><br></div><div>“Insyaallah setelah ini saya akan mengaktifkan dan membangun komunikasi dengan seluruh alumni Fisip USK. Kita khawatir bila Alumni ini tidak punya wadah, karena Sangat banyak alumni Fisip USK yang kini sudah sukses. sehingga saya akan turun langsung untuk mengajak para Alumni ini untuk turut aktif berperan dalam membangun Fisip USK dan Aceh kedepan,” kata munawar.</div><div><br></div><div>Munawar juga menyebutkan, ia memiliki cita-cita melihat Fisip USK kedepan sebagai laboratorium sosial dan Politik di Aceh.</div><div><br></div><div>“Saya mempunyai cita-cita melihat Fisip USK Sebagai laboratorium sosial dan politik di Aceh. Alumni Fisip bagus-bagus, maka kita bisa bayangkan Aceh kedepan akan semakin maju bila wadah IKA Fisip USK ini dijadikan sebagai rumah kita bersama.”</div><div><br></div><div>Munawar khalil merupakan Alumni Fisip USK angakatan tahun 2010. Ia Putera Asal Panton Labu, Aceh Utara yang kini menjadi pengusaha sukses di nasional dan memiliki jaringan yang luas di Jakarta.</div><div><br></div><div>Pria yang akrab disapa Munawar ini turut aktif dalam berbagai organisasi ketika ia masih menjadi mahasiswa seperti Badan Eksekutif Mahasiswa Unsyiah 2010-2011, Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Aceh Utara</div><div>(GEMPURA) (Ketua Umum) 2014- 2015, Aceh Malaysia Youth Leader Forum (AMYLF) Inisiator, BRIGADE PII Aceh (Komandan) 2012-2014, PW PII Prov. Aceh (Ketuq Umum) 2014-2015, Pengurus Besar (PB) Pelajar Islam Indonesia (PII) (Ketua Umum) 2015-2017, PP TIM (Taman Iskandar Muda) – Jakarta (Sekretaris Hubungan Antar Lembaga) 2017-2020, Ikatan Mahasiswa Aceh Utara Wilayah Timur (IMAUTIM) (Pembina) 2018-2019, Sekolah Pemimpin Muda Aceh – SPMA (Wakil Ketua)</div><div><br></div><div>Setelah menyelesaikan pendidikannya di Fisip USK, Munawar pun aktif di perpolitikan dan Aktivitas sosial Kemasyarakatan baik di Aceh maupun Nasional seperti Direktur Eksekutif Riset Politik Indonesia (Rispol), Ketua Pelaksana Milenial Road Safety Festival, Penggagas dan Tim Persiapan Calon Daerah Otonomi Baru (CDOB) Kota Panton Labu, Tim Advokasi Qanun Jinayah & Qanun Acara Jinayah Aceh, Trainer / Pembicara dalam Sosialisasi Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara, Konvensyen Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) 2016, KKN Kebangsaan di Pontianak 2014, Ketua Pelaksana Perkampungan Kerja Pelajar se-Sumatera, Relawan Kemanusiaan Penanggulangan Gempa Pidie Jaya 2016, Koordinator Suka relawan Pelajar peduli Gempa Gayo 2013, Trainer / Pembicara dalam berbagai Seminar Nasional.</div><div><br></div><div>Sumber: Harianrakyataceh(D)ot com</div><div><br></div><div><br></div>Jakfarhttp://www.blogger.com/profile/04458300835549416198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-879662781420047963.post-9815539275644735142022-09-25T16:38:00.001+07:002022-09-25T16:38:31.551+07:00REVIEW BUKU: Approaches To Global Governance Theory<h4 style="text-align: left;"><span style="font-family: times;">Penerbit: State University of New York Press<br /></span><span style="font-family: times;">Tahun Terbit: 1999<br /></span><span style="font-family: times;">Genre: Ilmu Politik<br /></span><span style="font-family: times;">Bahasa: Inggris</span></h4><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgStWu386ieODXoUcXGYNQKg7QS9TNx6JNJtxZ-5SvAlC8vJA-XrujkhX52ICJJYTw4CNOHJNq7Z8Huowp060aaQY1083W0buNrqVOCqsPJieuhPhbtJ8YP3XNY48yiADFsgPh1goV-HM-UNA8BQCsG-XRzoXWYe-yz0zQHdGVFYZ9naZwkpFDfr3hn/s2245/Pink%20Abstrak%20Toko%20Buku%20(Poster).png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2245" data-original-width="1587" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgStWu386ieODXoUcXGYNQKg7QS9TNx6JNJtxZ-5SvAlC8vJA-XrujkhX52ICJJYTw4CNOHJNq7Z8Huowp060aaQY1083W0buNrqVOCqsPJieuhPhbtJ8YP3XNY48yiADFsgPh1goV-HM-UNA8BQCsG-XRzoXWYe-yz0zQHdGVFYZ9naZwkpFDfr3hn/w283-h400/Pink%20Abstrak%20Toko%20Buku%20(Poster).png" width="283" /></a></div><br /><div><br /></div><div><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-weight: bold;">Dalam tulisannya Hewson dan Sinclair pada chapter pertama
menjelaskan bagaimana munculnya teori pemerintahan global. Pada chapter pertama
mereka berpendapat bahwa teori pemerintahan global telah hadir sebagai sudut
pandang utama dalam menerjemahkan setiap pertanyaan yang ada di zaman sekarang.
Perubahan global saat ini menjadi perdebatan besar dalam skala hubungan
internasional, di mana pola pemerintahan global berkembang dimasa lalu hingga
pada saat ini bagaimana mereka dapat di ubah. Realisme menjadi relevan dalam
arti bahwa politik adalah tentang bagaimana perebutan kekuasaan, meski demikian
jenis kekuasaan dan prinsip-prinsip pengorganisasian yang membentuk pola
bagaimana pemerintahan global perlu dikaji dalam setiap hal yang lebih komprehensif
terkait perubahan global. Pasca berakhirnya perang dingin perdebatan terkait
globalisasi menjadi hal penting terhadap munculnya teori pemerintahan global,
globalisasi ekonomi dilihat dari perspektif ini di seluruh dunia dari negara ke
pasar. Hewson dan Sinclair berpendapat pada bagian pertama di bab ini bahwa
menggunakan konsep pemerintahan global menawarkan satu cara di mana di luar
perspektif dualistik hingga membatasi globalisasi.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-weight: bold;">Kemudian pada bagian kedua di bab ini Hewson dan
Sinclair meninjau bagaimana masalah perubahan global telah memasuki rezim internasional,
pada tahun 1980an perhatian terhadap perubahan global bukanlah salah satu yang
paling menonjol. Teori rezim yang berusaha untuk memperhitungkan pergeseran
dalam pola rezim internasional dengan menggunakan konsep pemerintahan. PBB dan
badan-badan yang terkait dianggap menjadi lembaga pemerintahan global yang
terkesan lebih efektif pasca berakhirnya perang dingin. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-weight: bold;">Pada bagian ketiga dalam tulisan ini membahas bagaimana
penggunaan tata kelola global dalam mengkaji hubungan antara organisasi dunia
dan perubahan global. Penggunaan ketiga dari konsep tata kelola global di mana
menunjukkan bahwa perubahan global telah mengubah lingkungan organisasi dunia,
dalam hal ini konsep tata kelola global menjadi lambang bagi program reformasi
organisasi dunia. Munculnya globalisasi ekonomi serta masyarakat sipil
transnasional membawa pengaruh di mana pemecahan masalah global dapat terjadi
dan menjadi ide kunci dalam beberapa kajian yang menggunakan konsep
pemerintahan global. Kemudian dalam hal ini Hewson dan Sinclair mengutip
pernyataan Groom dan Powell terkait tata kelola global, ia menyatakan bahwa
identifikasi dan pengelolaan masalah yang berdampak pada semua lini kehidupan
di dunia seperti ekologi, HAM, pembangunan, pengungsi, migrasi, obat-obatan,
hingga epidemi. Ini merupakan hasil dari meningkatnya kesadaran akan isu-isu
tersebut dan menyimpulkan bahwa pemerintahan global adalah tentang tema yang
membutuhkan fokus.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-weight: bold;">Pada bagian terakhir di bab ini menjelaskan bagaimana
konsep tata kelola global untuk menerjemahkan pola perubahan global. Penggunaan
konsep tata kelola global dianggap mampu untuk memberi jalan keluar bagi aspek
perubahan, dalam hal ini untuk memahami perubahan global epistemologi historis
dan antologi yang kemudian dianggap sangat penting karena bertujuan untuk memahami penjelasan
yang sesuai dengan perubahan bentuk yang diasumsikan oleh kehidupan sosial. <o:p></o:p></span></p>
<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-weight: bold; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><span> </span><span> </span><span> </span>Kesimpulan dari tulisan ini ada beberapa kegunaan yang berbeda dari
konsep tata kelola global, di antaranya sebagai upaya untuk melacak perubahan yang lebih luas dalam pola rezim internasional, kemudian berkaitan dengan perubahan
kontemporer untuk kapasitas organisasi dunia dalam mengatasi masalah, lalu
mengidentifikasi kekuatan politik, serta mengkaji lebih lanjut terkait
pergeseran dalam cakrawala politik individu.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-weight: bold; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><br /></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-weight: bold; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><br /></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-weight: bold; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><br /></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-weight: bold; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><span face="Poppins, sans-serif" style="background-color: white; color: #656565; font-size: 15px; text-align: start;">*) </span><b style="background: 0px 0px rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #656565; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: start; vertical-align: baseline;">Review Buku by Nyanyak Marawan Putri</b></span></p></div>Nyanyak M.Phttp://www.blogger.com/profile/10041297397271529669noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-879662781420047963.post-62276407517533767142022-08-31T10:23:00.001+07:002022-08-31T10:26:28.866+07:00Pemuda Generasi Pancasila, Generasi Idaman<p dir="ltr" id="docs-internal-guid-05158d4f-7fff-4138-adc5-8083907125cf"><br></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh99nRtZ-CDQmEf2ccTJa_-v01UWPb13_CiTwbVCW3XFxUcTwVplWlTX_3odXiO9Vq4scGKR5B7Ak3meKBfDgI8KwsSi2Jv7MWlBAJQgPJ-lyhP6Ay0eoQLu-8erFJq3yXJgDRa6R-FXKwI/s1600/1661916231426728-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh99nRtZ-CDQmEf2ccTJa_-v01UWPb13_CiTwbVCW3XFxUcTwVplWlTX_3odXiO9Vq4scGKR5B7Ak3meKBfDgI8KwsSi2Jv7MWlBAJQgPJ-lyhP6Ay0eoQLu-8erFJq3yXJgDRa6R-FXKwI/s1600/1661916231426728-0.png" width="400">
</a>
</div><br><p dir="ltr">Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter yang dimilikinya. Hanya bangsa yang memiliki generasi muda berkarakter kuat yang mampu menjadikan dirinya sebagai bangsa yang bermartabat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu menjadi bangsa yang berkarakter adalah impian bangsa Indonesia. </p><p dir="ltr">Generasi muda merupakan tunas bangsa yang mempunyai peran penting dalam mempertahankan keutuhan bangsa dan negara, karena di tangan mereka penentu masa depan bangsa. Pemuda bukanlah sosok manusia yang tanpa masalah. Dengan usianya yang relatif muda, mereka dihadapkan dengan berbagai masalah kehidupan di tengah masyarakat. Dewasa ini, generasi muda harus meyadari berbagai ancaman dan tantangan di era modern, tantangan dan ancaman terhadap jati diri mereka sebagai bangsa yang bermoral dan bermartabat sedang diuji. Dengan demikian, maka sudah sepatutnya bagi generasi muda membentengi diri dengan sikap kritis dan waspada terhadap lingkungan sekitarnya. Seperti pergaulan bebas yang menghantui generasi muda.</p><p dir="ltr"> Generasi muda sebagai aset terbesar bangsa memiliki potensi yang tidak dapat dipunggkiri untuk menentukan bagaimana nasib bangsa ini di masa akan datang. Sejarah mencatat kiprah pemuda masa lalu bahkan sebelum kemerdekaan. Contohnya, sejak pergerakan nasional (kemerdekaaan Indonesia) banyak lahir pemuda-pemudi yang menjadi kebangsaan bangsa. Pemuda yang lahir itu adalah pemuda yang terpikat hatinya untuk mengabdi dan menumpahkan seluruh jiwa raganya untuk tanah air. Dengan demikian profil kepribadian pemuda merupakan cerminan bangsa. Budi Utomo merupakan organisasi modern pertama di tanah air yang dipelopori oleh kaula muda yang lahir pada 20 Mei 1908, yang menyalakan semangat juang pemuda Indonesia sekaligus membumihanguskan rasa takut pemuda untuk melepaskan diri dari belenggu penjajah. </p><p dir="ltr"> Generasi muda pada zaman tersebut merupakan sosok pemuda yang berjiwa pancasila, mereka pemuda yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjungjung tinggi nilai kemanusiaan dengan semangat persatuan, menyelesaikan permasalahan dengan musyawarah/mufakat dan senantiasa mewujudkan keadilan di kalangan masyarakat. Sungguh mereka dapat dipandang sebagai “Pemuda Generasi Pancasila,Generasi Idaman”.</p><ol><li aria-level="1" dir="ltr"><p dir="ltr" role="presentation"><b>Kiprah pemuda dalam pergerakan nasional di Indonesia</b>. </p></li></ol><div> a. Organisasi Budi Utomo </div><p dir="ltr">Organisasi Budi Utomo lahir pada tanggal 20 Mei 1908 dan menjadi tonggak permulaan pergerakan nasional di Indonesia. Pada awal berdirinya, organisasi Budi Utomo hanya bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial budaya. Organisasi ini mendirikan sejumlah sekolah yang bernama Budi Utomo dengan tujuan berusaha memelihara serta memajukan kebudayaan Jawa. Anggota Budi Utomo terdiri dari kalangan atas, suku Jawa dan Madura</p><p dir="ltr">Menyadari arti penting manfaat organisasi pergerakan bagi rakyat, maka pada tahun 1920 organisasi Budi Utomo membuka diri untuk menerima anggota dari kalangan masyarakat biasa. Dengan bergabungnya masyarakat luas dalam organisasi Budi Utomo, hal ini menjadikan organisasi tersebut berfungsi menjadi pergerakan rakyat. Kondisi ini dibuktikan dengan adanya pemogokan-pemogokan buruh untuk menuntut kehidupan yang lebih baik.</p><p dir="ltr">Kepeloporan Soetomo mendirikan organisasi pemuda bernama Budi Utomo pada 20 Mei 1908 yang kemudian dikenal sebagai hari Kebangkitan Nasional. Gaungnya terdengar keseluruh penjuru tanah air dan menginspirasi lahirnya organisasi – organisasi baru seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Selebes, Sekar Rukun, dan Pemuda Kaum Betawi.</p><p dir="ltr"> b. Sumpah pemuda</p><p dir="ltr">Lahirnya sumpah pemuda berawal atau dipelopori dari pemuda– pemuda yang berkesempatan memanfaatkan pendidikan di bangku sekolahan baik di dalam negeri maupun di luar negeri, sehingga hasil dari ilmu pendidikan memberikan kecerdasan dan kesadaran kepada pelajar dan mahasiswa pribumi untuk menggalang persatuan perjuangan memerdekakan Indonesia.</p><p dir="ltr">Tokoh perhimpunan pemuda Indonesia di negeri Belanda membuat pergerakan pada tanggal 15 November 1925 diadakanlah pertemuan yang dihadiri oleh Jong Java, Jong Sumateranen Bond, Jong Ambon, Jong Bataks Bond, Pelajar Minahasa, Sekar Rukun, dan peminat perorangan untuk membentuk panitia kongres pemuda pertama. Kelanjutan daripada pertemuan tersebut yaitu terselenggarakannya kongres pertama. Keinginan untuk bersatu seperti yang didengung-dengungkan oleh Perhimpunan Indonesia (PI) dan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) telah tertanam di dalam sanubari pemuda-pemuda Indonesia. Untuk itu, pada tanggal 30 April - 2 Mei 1926 di Jakarta di adakan Kongres I Pemuda Indonesia. Kongres tersebut diikuti oleh semua perkumpulan pemuda yang bersifat kedaerahan. Kongres Pemuda I, di dalamnya dilakukan beberapa kali pidato tentang pentingnya Indonesia bersatu. Disampaikan pula tentang upaya-upaya memperkuat rasa persatuan yang harus tumbuh di atas kepentingan golongan, bahasa, dan agama. Selanjutnya, dibicarakan juga tentang kemungkinan bahasa dan kesusastraan Indonesia kelak di kemudian hari.</p><p dir="ltr">Kongres kedua yang diketuai oleh Sugondo Djoyopuspito diselenggarakan pada 27 – 28 Oktober 1928 Jalan Kramat 106 Jakarta dan dikala itu juga pertama kali lagu Indonesia Raya dikumandangkan di muka publik yang dinyanyikan oleh WR. Soepratman dengan musik instrument (biola) dan pada tanggal 28 Oktober 1928 juga dikumandangkan hasil kongres Jong Java, Jong Sumateranen Bond, Jong Ambon, Jong Bataks Bond, Pelajar Minahasa, Sekar Rukun dan lain-lain melebur menjadi satu yaitu Indonesia Muda yang disatukan oleh ikrar bersama yaitu Sumpah Pemuda.</p><p dir="ltr"> c. Peristiwa Rengasdengklok</p><p dir="ltr">Peristiwa Rengasdengklok terjadi dikarenakan adanya perbedaan pendapat antara golongan muda dan tua tentang masalah kapan dilaksanakannya proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kejadian tersebut berlangsung tepatnya pada tanggal 16 Agustus 1945. Golongan muda membawa Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta ke Rengasdengklok dengan tujuan untuk mengamankan keduanya dari intervensi pihak luar. Daaerah Rengasdengklok dipilih karena menurut perhitungan militer, tempat tersebut jauh dari jalan raya Jakarta-Cirebon. Di samping itu, mereka dengan mudah dapat mengawasi tentara Jepang yang hendak datang ke Rengasdengklok dari arah Bandung maupun Jakarta.</p><p dir="ltr">Soekarno-Hatta berada di Rengasdengklok selama satu hari penuh. Usaha dan rencana para pemuda untuk menekan kedua pemimpin bangsa Indonesia itu agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa campur tangan tentara Jepang tidak dapat dilaksanakan. Dalam peristiwa Rengasdengklok tersebut tampaknya kedua pemimpin itu mempunyai wibawa yang besar sehingga para pemuda merasa segan untuk mendekatinya, apalagi melakukan penekanan. Namun, melalui pembicaraan antara Shodanco Singgih dengan Soekarno, menyatakan bahwa Soekarno bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia setelah kembali ke Jakarta.</p><p dir="ltr">Berdasarkan pernyataan Soekarno itu, pada tengah hari Shodanco Singgih kembali ke Jakarta untuk menyampaikan berita proklamasi kemerdekaan yang akan disampaikan oleh Soekarno kepada kawan-kawannya dan para pemimpin pemuda. Sementara itu, di Jakarta sedang terjadi perundingan antara Achmad Subardjo (mewakili golongan tua) dengan Wikana (mewakili golongan muda). Dari perundingan itu tercapai kata sepakat, bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan di Jakarta. Di samping itu, Laksamana Tadashi Maeda mengizinkan rumah kediamannya dijadikan sebagai tempat perundingan dan bahkan ia bersedia menjamin keselamatan para pemimpin bangsa Indonesia itu.</p><p dir="ltr">Berdasarkan kesepakatan antara golongan pemuda dengan Laksamana Tadashi Maeda itu, Jusuf Kunto bersedia mengantarkan Achmad Subardjo dan sekretaris pribadinya pergi menjemput Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Sebelum berangkat ke Rengasdengidok, Achmad Subardjo memberikan jaminan dengan taruhan nyawanya bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia akan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945, selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB. Dengan jaminan itu, komandan kompi Peta Cudanco Subeno bersedia melepas Ir.Soekarno dan rombongan tersebut tiba di Jakarta pada pukul 17.30 WIB. </p><p dir="ltr">Begitulah gambaran singkat pelajaran sejarah dari Gerakan Pemuda tempo dulu, dinamika perjuangan putra-putri Indonesia terhadap kondisi objektif kala itu dan gagasan-gagasan yang lahir untuk mengantarkan kemerdekaan Indonesia serta pada akhirnya Indonesia merdeka. Demikianlah sumbangsih perjuangan pemuda tempo dulu.</p><ol start="2"><li aria-level="1" dir="ltr"><p dir="ltr" role="presentation">Potret pemuda dalam menyongsong era globalisasi</p></li></ol><p dir="ltr">Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa arus globalisasi begitu cepat masuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan generasi muda. Arus globalisasi itu kian hari kian bergejolak. Pengaruh globalisasi terhadap generasi muda begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak generasi muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Misalnya, kebudayaan barat yang sebagian besar diadopsi oleh para pemuda Indonesia, membuat pemuda melupakan bahkan tidak mengenal lagi budaya-budaya leluhur yang sudah ada sebelumnya.</p><p dir="ltr">Kehidupan global dalam berbagai dimensi tidak dapat dihindari dan akan terus mengikuti perjalanan kehidupan suatu bangsa. Oleh karena itu, mau tidak mau suatu bangsa harus siap menghadapi globalisasi di setiap waktunya. Dalam situasi yang senantiasa berkembang di era globalisasi ini, menuntut peran aktif pemuda sebagai agen perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional. Selain itu pemuda diharapakan mampu bertanggung jawab dalam menjaga Pancasila dan Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan demikian, pemuda harus lebih peduli terhadap tanah air. Adanya globalisasi, membawa berbagai macam perubahan dalam jiwa pemuda-pemudi Indonesia sebagai generasi penerus bangsa. Perubahan-perubahan tersebut ada yang bersifat positif namun tidak sedikit pula yang bersifat negatif yang dapat menghancurkan alur pemikiran pemuda. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi pemuda Indonesia saat ini memang sangat kompleks, mulai dari masalah krisis mental, krisis eksistensi, pengangguran, hingga masalah dekadensi moral. Belum lagi banyaknya pemuda yang terjebak dalam lingkaran apatisme, hedonisme, yang semuanya mengarah pada satu hal yang disebut antisosial. Padahal permasalahan yang dihadapi bangsa kita saat ini cukup besar dan sulit diselesaikan apabila pemuda penerus bangsa bermental antisosial.</p><p dir="ltr">Pemuda diibaratkan Perahu, Nahkoda adalah jalan pikiran pemuda, Lautan itu adalah bumi tempat pemuda hidup, Angin adalah kesempatan dalam hidup pemuda, Ombak besar dan Badai adalah rintangan dalam kehidupan pemuda dan Dermaga adalah pelabuhan dari cita-cita pemuda. Jalan pikiran pemuda sebagai nahkoda harus bisa mengendalikan diri pemuda sebagai perahu dalam mengarungi hidup, untuk bisa mencapai dermaga yang pemuda cita-citakan ia harus bisa memanfaatkan setiap kesempatan yang datangnya seperti angin, yang ia sendiri tidak tahu kapan angin akan datang dan pergi, pemuda juga tidak bisa mengetahui angin yang datang akan besar dan kecil. Pemuda hanya bisa menerka dan menerka sambil mencoba memprediksi sesuai dengan kebiasaan yang pernah terjadi. Pemuda juga harus memilki tulang kawat urat besi untuk mengalahkan ombak besar dan badai yang merintangi perjalanan hidup pemuda. Nahkoda harus dapat mengimabangi perahu dalam mengarungi lautan. </p><p dir="ltr">Dalam pengandaian di atas timbullah pertanyaan “Mampukah seorang pemuda menstabilkan jalan pikirannya dengan arus globalisasi saat ini “. Menurut Sigmund Freud, perkembangan manusia dibagi menjadi empat tahapan, yaitu tahap oral, anal, phalik, dan tahap genital. Masa muda merupakan masa “phalik” atau adolesen, yaitu masa peralihan dari masa anak-anak menuju ke masa dewasa dan juga sebagai tahap menuju tahap genital. Masa ini dideskripsikan sebagai sosok pribadi yang labil, mudah goyah, dan rentan terhadap setiap perubahan yang ditandai dengan perilaku yang cenderung ingin mencoba-coba bertindak atas dasar kemauan sendiri dan cenderung memberontak terhadap aturan yang sudah mapan. Oleh karena itu, pada masa ini para pemuda sering terjerumus pada pola-pola pergaulan tertentu yang pada prinsipnya dapat membahayakan dirinya sendiri.</p><p dir="ltr">Berikut adalah potret-potret pemuda masa kini dalam menyongsong era globalisasi. Potret tersebut dapat ditinjau dari dua sisi, yakni sisi positif dan sisi negatif.</p><p dir="ltr"><b>Sisi positif globalisasi</b> :</p><ol><li aria-level="1" dir="ltr"><p dir="ltr" role="presentation">Keterbukaan Informasi</p></li><li aria-level="1" dir="ltr"><p dir="ltr" role="presentation">Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi</p></li><li aria-level="1" dir="ltr"><p dir="ltr" role="presentation">Perekonomian Indonesia semakin menggeliat</p></li><li aria-level="1" dir="ltr"><p dir="ltr" role="presentation">Meningkatnya taraf hidup masyarakat</p></li><li aria-level="1" dir="ltr"><p dir="ltr" role="presentation">Persaingan yang sehat</p></li></ol><p dir="ltr"><b>Sisi Negatif Globalisasi</b> :</p><ol><li aria-level="1" dir="ltr"><p dir="ltr" role="presentation">Informasi tak terkendali</p></li><li aria-level="1" dir="ltr"><p dir="ltr" role="presentation">Budaya Kebarat–baratan</p></li><li aria-level="1" dir="ltr"><p dir="ltr" role="presentation">Sikap individualisme</p></li><li aria-level="1" dir="ltr"><p dir="ltr" role="presentation">Kesenjangan sosial semakin besar</p></li><li aria-level="1" dir="ltr"><p dir="ltr" role="presentation">Hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri</p></li></ol><p dir="ltr">Dari pemaparan kiprah pemuda dalam pergerakan nasional serta potret pemuda dalam meyongsong era globalisasi dapat kita simpulkan bahwa kesadaran pemuda zaman dahulu dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila lebih baik dari pada pemuda zaman sekarang yang antisosial, karena pemuda zaman dahulu memiliki rasa bertanggung jawab demi bangsa dan negaranya,seperti saat diproklamirkan kemerdekan Indonesia. Dibandingkan dengan pemuda zaman sekarang yang tidak perlu mengangkat senjata,hanya perlu meneruskan apa yang sudah diperjuangkan dan memperbaiki serta membuat bangsa ini menjadi lebih baik,yaitu dengan berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang. Akan tetapi kenyataan yang ada saat ini, Pemuda lebih bersikap antisosial dalam berbagai dimensi kehidupan. Namun hal itu semua dapat kita atasi dengan beberapa cara sebagai berikut:</p><ol><li aria-level="1" dir="ltr"><p dir="ltr" role="presentation">Menanamkan nilai-nilai agama dalam jiwa, karena dengan kuatnya nilai agama, pemuda dapat membentengi dirinya dalam menghadapai berbagai tantangan dan dapat menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi oleh pemuda.</p></li><li aria-level="1" dir="ltr"><p dir="ltr" role="presentation">Memiliki rasa kebersamaan dalam menjaga keutuhan NKRI. Dengan memiliki rasa kebersamaan maka apabila ada suatu permasalahan dalam Negara ini, kita harus ikut andil dalam menyelesaikan maslah tersebut.</p></li><li aria-level="1" dir="ltr"><p dir="ltr" role="presentation">Mengembalikan citra pemuda masa lalu dan menanamkan semangat juang pada pemuda masa kini.</p></li><li aria-level="1" dir="ltr"><p dir="ltr" role="presentation">Menjadi pemuda yang berperilaku sosial dan mengutamakan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi.</p></li><li aria-level="1" dir="ltr"><p dir="ltr" role="presentation">Saling menghormati dalam keberagaman.</p></li></ol><p dir="ltr">Maka dalam hal ini penulis mengharapkan jati diri pemuda dahulu tercerminkan dalam jiwa pemuda sekarang, karena pemuda generasi pancasila adalah pemuda yang diidamkan oleh bangsa Indonesia.</p><br><b>Referensi</b><div><b><br></b><div>Muttaqin, Fajriuddin dan Wahyu Iryana. Sejarah Pergerakan Nasional. Bandung: Penerbit Humaniora, 2015. </div><div><br></div><div>Wardianti, Yuanita dan Dian Mayasari. “Pengaruh Fase Oral Terhadap Perkembangan Anak.” Jurnal Bimbingan dan Konseling Indonesia, vol. 1 no. 2 (September 2016): 36-37. </div><div><br></div><div>Suganda, Her. Peristiwa Rengasdengklok. Bandung: Penerbit Kiblat Buku Utama, 2013. </div><div>Januarharyono, Yudhaswara. “Peran Pemuda di Era Globalisasi.” Jurnal Ilmiah Magister Administrasi, vol. 13, no. 1 (2019).<br><br>*) <b>Penulis</b>: Firdarini, Mahasiswi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini merupakan Putri Aceh Selatan. Tertarik pada isu keislaman dan pendidikan. Saat ini diamanahkan menjadi salah satu pengurus di Asrama Putri UIN Jakarta sembari mengambil privat di sekitar.<br><br><br><br><br><br><br><br><br></div></div>Jakfarhttp://www.blogger.com/profile/04458300835549416198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-879662781420047963.post-1270545216666684812022-08-15T10:09:00.001+07:002022-08-15T10:13:27.359+07:00Dari Moge ke Saudagar Moge : Peran Pedagang Rempah Aceh dan Hasil Pertanian lainnya dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Pedesaan Aceh”<div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNvqK25sIB_Gtfg40z2PwXxbqQ5qVL_CwjZS3oQNFuU3w_aARiR6RiW2HQcsiFyJ5LOzRBQe-lCO0AIXs3evqOOYoD99uKBGyu8zQjZ8q0xzEB59LDDkeJ45c0hMw5veuPR9Mw2ol8eN3y/s1600/1660532944178156-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNvqK25sIB_Gtfg40z2PwXxbqQ5qVL_CwjZS3oQNFuU3w_aARiR6RiW2HQcsiFyJ5LOzRBQe-lCO0AIXs3evqOOYoD99uKBGyu8zQjZ8q0xzEB59LDDkeJ45c0hMw5veuPR9Mw2ol8eN3y/s1600/1660532944178156-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div><br></div><div>Tema : Peningkatan Hasil Pertanian untuk Ketahanan Pangan Nasional </div><div><br></div>Bumi tanah rencong, julukan provinsi paling barat di Indonesia, merupakan salah satu daerah dengan hasil kekayaan alam terbaik di dunia. Luas wilayah Aceh mencapai 5.677.081 ha, dengan hutan sebagai lahan terluas mencapai 2.290.874 ha, diikuti lahan perkebunan rakyat seluas 800.553 ha, dan lahan industri 3.928 ha menjadikan bumi rencong ini sebagai daerah komoditas pertanian unggulan di tanah air bahkan di kancah internasional (http://acehprov.go.id/).<div><br></div><div>Selain itu, negeri yang pernah menjadi pintu gerbang lalu lintas perdagangan internasional saat masa penjajahan Belanda ini memiliki segudang hasil pertanian yang berkualitas tinggi. Hal ini terlihat dari banyaknya hasil alam Aceh (pertanian dan perkebunan) yang diekspor ke mancanegara. Tak heran jika negeri yang disebut Serambi Mekkah ini juga terkenal akan surganya rempah-rempah dunia.<br></div><div><div>Selain sebagai penghasil rempah, bumi Iskandar Muda juga memiliki hasil pertanian yang cukup berkualitas sebagai komoditas ekspor unggulan nasional. Komoditas pertanian tersebut meliputi kopi, padi, karet, kelapa sawit, kopra, palawija, dan buah-buahan. Lahan pertanian Aceh tersebar luas mulai dari pesisir utara hingga pesisir timur dan selatan Aceh dengan jantung pertanian terletak di wilayah tengah Aceh.</div><div><br></div><div>Potret kehidupan dan aktivitas pertanian di Aceh akan menjadi penunjang utama pertanian nasional. Selain itu, juga dapat menjadi sentra dan lumbung komoditas unggulan nasional. Tentunya, peran pemerintah, pakar-pakar pertanian, dan pedagang sangat diharapkan. Salah satunya adalah moge dan saudagar moge sebagai alternatif perdagangan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan Aceh. </div><div><br></div><div>Sesuai dengan kajian esai ini, penulis memfokuskan untuk memberikan pandangan sesuai judul “ Dari Moge ke Saudagar Moge : Peran Pedagang Rempah Aceh dan Hasil Pertanian lainnya dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Pedesaan Aceh”.</div><div>Moge dalam keseharian masyarakat Aceh diartikan sebagai “agen” atau “agen keliling”, di mana moge tersebut akan mengantarkan barang dagangannya yang dikumpulkan dari desa-desa dan kemudian membawanya ke pusat penjualan yaitu pada saudagar moge. </div><div>Layaknya di negeri Rencong ini, sebagian masyarakat yang berprofesi sebagai moge merupakan penduduk yang tinggal di daerah pedesaan. Hal ini kembali pada keadaan alam khususnya di sektor pertanian yang masih sangat strategis dan memiliki lahan yang cukup untuk dikembangkan. Terlebih di wilayah pedesaaan Aceh yang masih menyimpan sejuta hasil pertanian terutama rempah-rempah khasnya. </div><div><br></div><div>Transaksi yang dilakukan antara para moge dengan masyarakat tani dan saudagar moge di pedesaan Aceh jauh dari sikap tangkulak. Sikap yang digunakan sesuai dengan norma dan syariat islam yang berlaku di Aceh. Bagi para moge di Aceh, bertransaksi dengan cara seperti itu berarti membantu meningkatkan perekonomian masyarakat pedesaan Aceh yang islami.</div><div><br></div><div>Ada beberapa indikator yang memenuhi syarat moge yang jauh dari sikap tangkulak, diantaranya timbangan atau sukatan yang dilakukan jujur sebagaimana mestinya. Kemudian, para moge tidak melakukan tawar-menawar berulang kali serta menepati janji ketika membeli secara utang dari pemilik barang. Tidak jarang juga di kalangan moge, memberikan pinjaman kepada masyarakat tani baik sebagai modal untuk menggarap lahan maupun untuk kebutuhan rumah tangga seperti biaya pendidikan anak, biaya sandang dan pangan dll. Hal ini menyebabkan terjalinnya ikatan emosional antara masyarakat tani dengan moge sehingga pada saatnya panen, masyarakat tani menjual hasil pertanian kepada moge yang bersangkutan dengan harga yang sesuai harga pasar. Salah satu jenis moge di Aceh adalah pedagang rempah dan hasil pertanian. </div><div><br></div><div>Tanah Rencong sebagai surganya rempah-rempah dan komoditas hasil pertanian lainnya, para pedagang tersebut tentunya memanfaatkan keadaan itu. Lada, pala, cengkeh, kemiri dan hasil pertanian lain seperti jagung, kakao dan kacang-kacangan menjadi incaran mereka untuk melakukan transaksi. Bahan-bahan tersebut mereka ambil di lingkungan masyarakat pedesaan dan di jual ke pusat penjualan (saudagar moge). Hal itu sangat berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat pedesaan. Di mana yang dulunya mereka memiliki lahan dengan hasil yang banyak tetapi mereka tidak tau cara bagaimana cara memasarkan untuk mendapatkan finansial yang bernilai ekonomis. Dengan demikian, potensi alam yang dimiliki semakin mengalami peningkatan serta dapat mengembangkan pedesaan Aceh yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi masyarakat.</div><div><br></div><div>Berbicara tentang pedagang rempah Aceh dan hasil pertanian lainnya sangat erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Ini dikarenakan lahan yang begitu luas ditambah tanah yang subur mengantarkan masyarakat harus lebih proaktif dalam memberdayakan lahan pertanian. Bukan hanya itu, kurangnya ketersediaan lapangan kerja bagi masyarakat pedesaan membuat mereka harus lebih menggeliat dalam mengolah lahan pertanian, salah satunya dengan pola tanam berkelanjutan dan pola tanam bergilir , yang lebih terpenting lagi adalah mereka memiliki sikap pola hidup yang hemat. Jika pola-pola tersebut tidak mereka terapkan tentunya keberlangsungan hidup mereka tidak sejahtera. </div><div><br></div><div>Sejak merdeka, negara Indonesia khususnya Aceh tidak luput dari gejolak dan ancaman yang membahayakan kelangsungan hidup bangsa. Terutama mempertahankan ketahanan nasional dalam hal kebutuhan ekonomi yang termasuk di dalamnya ketahanan pangan. Ditinjau dari geopolitik dan geostrategi dengan posisi geografis, sumber daya alam dan jumlah serta kemampuan penduduk menjadi ajang persaingan kepentingan dan perebutan pengaruh antar negara besar. Hal ini secara langsung maupun tidak langsung memberikan dampak negatif terhadap segenap aspek kehidupan sehingga dapat mempengaruhi dan membahayakan kelangsungan hidup dan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terutama Aceh. Untuk itu rakyat Aceh sendiri harus memiliki keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional sehingga berhasil mengatasi setiap bentuk tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan dari mana pun datangnya.</div><div><br></div><div>Dari paparan yang penulis kemukakan, penulis menyakini bahwa hadirnya moge dan saudagar moge di tengah-tengah masyarakat Aceh pada umumnya dan masyarakat tani Aceh khususnya, dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan Aceh.</div><div><br></div><div>Penulis, gadis berdarah asli Aceh yang merupakan satu di antara pemuda-pemudi di Indonesia, tentunya penulis merupakan bagian terdepan dari barisan yang akan membawa perubahan dengan gagasan-gagasan baru demi Indonesia lebih baik ke depannya. Penulis dan pemuda-pemudi Indonesia lainnya adalah para penerus bangsa dan merupakan pemegang estafet kepemimpinan di masa depan serta penentu nasib bangsa di kemudian hari. </div><div><br></div><div>Gagasan dan harapan mulia sebagaimana penulis tuturkan di atas, seandainya ke depan penulis menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, pasti tentunya akan penulis suarakan dalam sidang-sidang Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang pada akhirnya harapan dan gagasan ini menjadi isu nasional yang memiliki kekuatan hukum tertuang dalam undang-undang.</div><div><br></div><div>MOTTO :KAMI HARI INI ADALAH PEMUDA DAN BESOK KAMI ADALAH PEMIMPIN BANGSA</div><div><br></div><div><b>*)Firdarini, </b></div><div>Mahasiswi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini merupakan Putri Aceh Selatan. </div><div>Tertarik pada isu keislaman dan pendidikan. Saat ini diamanahkan menjadi salah satu pengurus di Asrama Putri UIN Jakarta sembari mengambil privat di sekitar.</div><div><br></div></div>Jakfarhttp://www.blogger.com/profile/04458300835549416198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-879662781420047963.post-80504962457594099182022-06-20T17:22:00.001+07:002022-06-20T17:22:22.234+07:00Anak Muda Peduli Lingkungan<div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1yXk8gSvIfueYTQUdqSDEweHYnIIHCzksxEHmDWTDcfHoNnrzATEcaksRqxFNB38EqbOrMzivieHIGC8Ox9nGb3fYn5pZQkYofguMkq1IMgarnRUPvxoRhyF0PQ0vwAMTwxytRPbCOwz6/s1600/1655720534963086-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1yXk8gSvIfueYTQUdqSDEweHYnIIHCzksxEHmDWTDcfHoNnrzATEcaksRqxFNB38EqbOrMzivieHIGC8Ox9nGb3fYn5pZQkYofguMkq1IMgarnRUPvxoRhyF0PQ0vwAMTwxytRPbCOwz6/s1600/1655720534963086-0.png" width="400">
</a>
</div>Documentasi KOMUNITAS Meurah Nanggroe</div><div><br></div>Meureude (20/06/2022) dalam siaran persnya, Komunitas Meurah Nanggroe melaksanakan kegiatan anak muda peduli lingkungan. Kegiatan ini berlangsung pada 08.00 Wib s.d 12.30 Wib di Pantai Meurah Seutia, Meureudu, Pidie Jaya. Bermitra dengan Yayasan Keadilan dan Perdamaian (YKPI) dan didukung oleh Dinas Lingkungan Hidup Pidie Jaya. Nyanyak Marawan Putri selaku ketua komunitas menyampaikan Ada 33 orang yang hadir terdiri dari 17 pedagang Pantai Meurah Seutia, 4 orang mewakili Dinas Lingkungan Hidup, 5 orang mewakili aparatur Gampong, 3 orang mewakili pihak pesantren dan 4 orang sebagai panitia. Aparatur Gp sangat mendukung dan juga sangat antusias menyambut kegiatan ini dilaksanakan ditempat mereka tutupnya.<div><br></div><div>Ada empat tujuan pelaksanaan kegiatan ini yakni sebagai berikut; (1) Melahirkan pedagang yang memiliki kepedulian lingkungan tinggi, (2) Agar produksi sampah plastik dapat diminimalkan di objek wisata pantai meurah seutia, (3) Lahirnya sebuah aturan bersama para pemilik kedai untuk memiliki komitmen bersama untuk menjaga lingkungan dalam hal ini dibangun komitmennya bersama aparatur gampong (GP) setempat yaitu GP Meunasah Balek, (4) Adanya kesadaran untuk memilah sampah organik dan non organik.</div><div><br></div><div>Dari segi output ada lima yakni; (1)Produksi sampah plastik dapat diminimalkan di objek wisata Pantai Meurah Seutia, (2) Lahirnya sebuah aturan bersama para pemilik kedai untuk memiliki komitmen bersama dalam menjaga lingkungan lalu membangun komitmennya bersama aparatur Gp. setempat yaitu Gp. Meunasah Balek, (3) Sadarnya para pedagang untuk memilah sampah organik dan non organik, (4) objek wisata Pantai Meurah Seutia sebagai sarana untuk mengedukasi masyarakat melalui papan sosialisasi produksi sampah secara minimal mungkin dan pemutaran rekaman penjelasan bahaya sampah tidak terkelola dengan baik dan sampah plastik, (5) Adanya MoU antara dinas lingkungan hidup dengan kelompok pedagang terkait mobil angkut sampah.</div><div><br></div><div>Lanjut Nyanyak Marawan Putri kegiatan ini dilaksanakan melalui tiga tahapan yakni; Tahap pertama melalui adanya sosialisasi edukasi 5R, penanganan sampah kepada para pedagang yaitu memberikan pemahaman secara umum tentang sampah dan bahaya sampah plastik lalu dilanjutkan lebih kepada pengenalan berbagai jenis plastik dan dampaknya bagi lingkungan dengan tujuan para pedagang lebih memahami cara penanganan sampah. Untuk mendukung hal tersebut lalu diadakan pemberian tong sampah secara gratis kepada pedagang yang terlibat dalam implementasi program ini. Tahap kedua dari implementasi program ini adalah berupa pengunjung yang ikut berpartisipasi dalam membersihkan pantai dengan mengumpulkan sampah botol plastik kemudian bisa ditukarkan dengan aneka kerajinan tangan dari barang bekas. Tahap ketiga dari bentuk implementasi program ini adalah karya seni yang menarik dalam hal ini kami melibatkan 10 orang perempuan kreatif dan berkomitmen menjalankan program ini hingga berkelanjutan sehingga barang bekas dan sampah plastik seperti botol, sedotan bisa dijadikan sebuah karya seni yang menarik dan bernilai. </div><div><br></div>Jakfarhttp://www.blogger.com/profile/04458300835549416198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-879662781420047963.post-9199651918373300572022-05-18T00:49:00.001+07:002022-05-18T00:49:22.112+07:00Vaksinasi Jadi “Benteng” Jurnalis Bekerja di Tengah Pandemi Covid-19<p dir="ltr" id="docs-internal-guid-c96f95e1-7fff-6957-86ab-f064a57b0091"><br></p><p dir="ltr">Varian virus baru Covid-19 muncul menjelang akhir 2019 dan masuk ke Indonesia pada 2020. Hari-hari setelahnya di layar televisi selalu dihiasi oleh pemberitaan tersebut. Kehadiran virus itu lambat laun memengaruhi berbagai pola aktivitas kita, termasuk mereka yang bekerja di sektor publik seperti jurnalis. Jurnalis yang biasanya berinteraksi langsung dengan para narasumber di lapangan, pola kerjanya berubah melalui berbagai perantara seperti menelepon untuk menghindari pertemuan langsung, atau menggunakan aplikasi seperti Google Zoom, Google Meet, dan sebagainya. Was-was saat ke lapangan menjadi sebuah keniscayaan di antara keinginan mengabarkan informasi kepada masyarakat atau potensi tertular Covid-19.</p><p dir="ltr">Bekerja sebagai jurnalis “di masa-masa sulit” (istilah yang saya gunakan untuk membedakan bekerja dalam situasi normal dengan situasi pandemi covid-19) sangat menguji adrenalin. Hal ini diakui Hendri Irawan, salah satu wartawan media IndojayaNews.com. yang bertugas di area Kota Banda Aceh. </p><p dir="ltr">“Pandemi Covid-19 telah mengubah berbagai pola aktivitas seluruh masyarakat tanpa terkecuali. Interaksi secara langsung menjadi harus diminimalkan. Hal yang amat sulit bagi kami yang bekerja di lapangan seperti jurnalis. Area bekerja jurnalis adalah di lapangan dan bertemu dengan orang untuk diminta informasinya, ” kata Hendri”.</p><br><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTZXB0tGhJxFgibl5idx5dA4zT52IqDUaHO_NvPXTXPoSrnUKTweY082ZYzDqfVpFKFVqjlahBm444Y-jyRbYkIrR0h7m7ecf0wKfQj4hgUVqjfSlJHvRMBzQ6MSjRxLjSxFAwkHe3WhyphenhyphenX/s1600/1652809752879377-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTZXB0tGhJxFgibl5idx5dA4zT52IqDUaHO_NvPXTXPoSrnUKTweY082ZYzDqfVpFKFVqjlahBm444Y-jyRbYkIrR0h7m7ecf0wKfQj4hgUVqjfSlJHvRMBzQ6MSjRxLjSxFAwkHe3WhyphenhyphenX/s1600/1652809752879377-0.png" width="400">
</a>
</div><br><p dir="ltr">Photo Hendri Irawan</p><p dir="ltr">“Saya secara pribadi agak was-was, dengan mematuhi protokol kesehatan ketat, saya pun kembali ke lapangan. Rasa was-was tersebut ada hubungan dengan penetapan status darurat global terkait virus korona oleh World Health Organization (WHO) pada 30 Januari 2020,”katanya. </p><p dir="ltr">Hendri mengatakan, sebelum ditemukan vaksin Covid-19, dalam melakukan aktivitasnya apabila masih memungkinkan untuk menggunakan perantara maka itu menjadi opsi proritas baginya, kecuali ada kasus pembunuhan atau; kebakaran atau sebagainya; yang memang diharuskan melihat langsung seperti apa kejadiannya. Ia sudah menjadi wartawan sejak 2016. Sangat terasa perbedaan bekerja sebagai jurnalis saat pandemi Covid-19 dengan kondisi sebelumnya.</p><p dir="ltr">“Kalau dulu, kita dengan mudah bisa berjumpa dengan informan di sela-sela kesibukan seperti di warung kopi, ke rumahnya, ataupun ke kantornya. Namun, saat pandemi Covid-19 menjadi hal yang sulit. Kalaupun diizinkan ke rumah narasumber maka sudah melakukan swab dan dinyatakan negatif, ”katanya.</p><p dir="ltr">Saat pemerintah memberikan kesempatan vaksinasi bagi jurnalis, Hendri langsung melakukan vaksinasi tahap pertama. Ia menyadari bahwa vaksin akan meningkatkan imunitas tubuh, tetapi bukan berarti bisa abai pada protokol kesehatan. Ia tetap memakai masker dan hand sanitizer yang sudah menjadi “teman” paling dekat saat meliput ke lapangan. Setelah vaksinasi Hendri merasa lebih tenang ketika bekerja di lapangan. Hal itu berpengaruh terhadap intensitas aktivitasnya di lapangan yang lebih banyak dibandingkan sebelumnya.</p><p dir="ltr">“Saya pun melakukan vaksinasi tahap dua. Berita bohong terkait vaksin sangat banyak beredar di media sosial. Hal awal yang saya lakukan untuk membendung berita bohong yang beredar yakni dengan melakukan sosialisasi kepada orang terdekat seperti orang tua, adik, dan sanak saudara lainnya. Orang tua dan adik-adik saya sudah melakukan vaksin semuanya termasuk yang masih kelas satu madrasah ibtidai’yah negeri (MIN)”.</p><p dir="ltr">Wartawan lainnya, Cut Nauval Dafistri yang berasal dari Aceh Besar dan merupakan jurnalis media waspadaaceh.com. juga mengalami hal yang sama. Ia mulai berkarier sebagai jurnalis sejak 2020, di masa-masa sulit untuk berinteraksi dengan siapa pun. Cut Nouval melihat jurnalis sebagai profesi yang mengantarkannya untuk mempelajari banyak hal. </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGrG6O1m8AraJl4ZIWKIKhal0pU5i9P_lBma4s3PzkruEpiRqRrB8L4f0vW7EYzhVe3BKDGn7ay1OWpBISt7v_uvTuqmrfbJlAP8IEswMjERlHJJ8Abk6ybi7am3Wu1de9Ym2Pkr1NPwqV/s1600/1652809746593818-1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGrG6O1m8AraJl4ZIWKIKhal0pU5i9P_lBma4s3PzkruEpiRqRrB8L4f0vW7EYzhVe3BKDGn7ay1OWpBISt7v_uvTuqmrfbJlAP8IEswMjERlHJJ8Abk6ybi7am3Wu1de9Ym2Pkr1NPwqV/s1600/1652809746593818-1.png" width="400">
</a>
</div><p dir="ltr">Photo Cut Nauval Dafistri</p><p dir="ltr">“Area tugas saya bersifat random. Hanya fokus isu saja, seperti polhukam, ekonomi, pariwisata, dan lingkungan. Namun, apabila ada kejadian lain dan mampun diliput maka itu menjadi area tugas saya, ”katanya.</p><p dir="ltr">Pandemi Covid-19 telah membuat Cut Nouval sangat was-was. Ia pun melakukan vaksinasi sebagai ikhtiar menjaga imunitas. “Saya vaksinasi bersama teman-teman jurnalis dari berbagai media, saat itu saya vaksinasi di Ulee Lheue. Kantor saya tidak ada kebijakan untuk mewajibkan melakukan vaksin. Setelah vaksin saya lebih percaya diri untuk menjalankan tugas sebagai jurnalis. Interaksi dengan orang dapat dilaksanakan kembali. Sangat sulit seorang jurnalis membatasi interaksi dengan orang lain, karena itu merupakan sumber informasinya. Setelah vaksin saya tetap mengunakan masker dan hand sanitizer sudah seperti sesuatu yang wajib. Vaksin adalah salah satu cara memutuskan mata rantai penyebaran Covid-19,” Ujarnya</p><p dir="ltr">Rekan Cut Nouval. Rukiah yang berasal dari Gayo Lues juga jurnalis waspadaaceh.com. Rukiah menyelesaikan studi Stara Satu pada Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala (USK). Profesi sebagai wartawan ia mulai pada tahun 2020. Ia sadar profesi wartawan mengharuskan dirinya selalu di lapangan. Area tugasnya di Kota Banda Aceh dengan fokus isu politik hukum. Memasuki tahun 2022 Rukiah sudah sering di lapangan, sementara di tahun 2021 tergantung kesediaan narasumber. Adakalanya via telepon menjadi alternatif apabila narasumber tidak bersedia berjumpa langsung. Sadar sering di lapangan maka ia melakukan vaksinasi karena apabila tidak vaksinasi, maka berisiko memaparkan kepada orang lain, apalagi orang tuanya termasuk kelompok yang rentan terpapar. </p><br><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipn4n3mw-M_DtqFxGuEABoqOz7nQM4CqqtH9k0mPqSNidqDXr2bDxRwXNQyFj8HgO1x00hFCW7aamJFUu_5sTeMJVSu2HWpcfymlmBiym9m_gUzq75o7NhJUFiTmI4gXNjP0Yhd-16eLaL/s1600/1652809740490489-2.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipn4n3mw-M_DtqFxGuEABoqOz7nQM4CqqtH9k0mPqSNidqDXr2bDxRwXNQyFj8HgO1x00hFCW7aamJFUu_5sTeMJVSu2HWpcfymlmBiym9m_gUzq75o7NhJUFiTmI4gXNjP0Yhd-16eLaL/s1600/1652809740490489-2.png" width="400">
</a>
</div><br><p dir="ltr">Photo Rukiah</p><p dir="ltr">“Bagi para pekerja di lapangan vaksin menjadi hal penting, pertama untuk rasa aman diri sendiri, kedua untuk melindungi orang lain. Vaksin adalah ikhtiar untuk sehat, jangan kita mudah termakan dengan berita-berita bohong. Aktivitas kita dapat kembali seperti semula apabila semua masyarakat sudah melakukan vaksinasi,” ujarnya.[]</p><p dir="ltr"><br></p><p dir="ltr"><br></p><p dir="ltr"><b>*) Penulis adalah Munawwar Mahasiswa PPs Universitas Islam Ar-Raniry dan anggota Komunitas JW Banda Aceh. </b></p><br>Jakfarhttp://www.blogger.com/profile/04458300835549416198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-879662781420047963.post-66889490977590490702022-05-10T17:45:00.001+07:002022-05-10T17:45:32.789+07:00Diskusi Online Spesial Ramadhan <div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiomfg_Fkw6iDcfNBbCuFOYc76ItySTol8C_qHp7a52NObTuRJRXJ1Kd6G91lbGN2kGmajKERqHWAjuG3gCrTk6vcoKg1gUn-lYGmrUNlcISGmeksojSwddiRyQ59CEoIeAm4Qp7txb7RgX/s1600/1652179522354146-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiomfg_Fkw6iDcfNBbCuFOYc76ItySTol8C_qHp7a52NObTuRJRXJ1Kd6G91lbGN2kGmajKERqHWAjuG3gCrTk6vcoKg1gUn-lYGmrUNlcISGmeksojSwddiRyQ59CEoIeAm4Qp7txb7RgX/s1600/1652179522354146-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div><br></div><div>Banda Aceh (Rabu, 27 April 2022) Political Club menyelenggarkan diskusi dengan mengusung tema “Aceh Ditetapkan Sebagai Daerah Termiskin Di Sumatera, Sudah Tepatkah?”. Kegiatan ini menghadirkan dua orang narasumber yakni: pertama Tajul Ula, S.E., M.Si Akademisi dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Langsa, Kedua, Mukhrijal, S.IP., M.IP akademisi Ilmu Pemerintahan Universitas Syiah Kuala (USK) dan Researcher at Pusat Penelitian Ilmu Sosial dan Budaya (PPISB) USK. Kegiatan ini dimoderatori oleh Nyanyak Marawan Putri Mahasiswa S-2 Departemen Politik & Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah Mada (UGM). Kegiatan ini dimulai pada pukul 14.00 Wib s.d 17.00 Wib dengan mengunakan platform Google Zoom. </div><div><br></div><div>Peserta yang mengikuti kegiatan ini berjumlah 88 orang dengan berbagai latar belakang keilmuan meliputi Ilmu Sosial, Ekonomi, Hukum dan sebagainya. Tidak hanya itu saja, lintas daerah dan Universitas. Meliputi, Universitas Syiah Kuala, UIN Ar- Raniry, IAIN Langsa, Universitas Samudera dan lain sebagainya.</div><div><br></div><div>Atensi tinggi dari peserta sudah terlihat sebelum dimulai pemaparan dari para narasumber. Peserta sudah mulai memberikan pandangannya setelah selesai pemutaran video, yang berisi cuplikan Aceh ditetapkan sebagai Daerah termiskin di Sumatera dan metode Badan Pusat Statistik (BPS) yang digunakan untuk melakukan penetapan tersebut.</div><div><br></div><div>“Kegiatan ini, kita selenggarakan didasarkan oleh kepedulian tinggi terhadap Aceh dan juga untuk menyelesaikan polemik yang berkembang pada tataran masyarakat apakah sudah tepat Aceh ditetapkan sebagai daerah termiskin di Sumatera sementara itu, masyarakat Aceh tidak merasa miskin karena tidak ada yang benar-benar lapar dan tidak bisa makan setiap harinya” Ungkap Muhammad Wuda Fauzan selaku ketua panitia dalam laporannya.</div><div><br></div><div>“Secara historis Aceh menjadi modal terhadap perjuangan kemerdekaan baik itu secara perjuangan maupun ekonomi. Masyarakat Aceh menyumbang untuk pembelian pesawat Dakota 01. Pesawat pertama yang dimiliki Negara Indonesia. Sudah 19 tahun posisi Aceh selalu berada daerah termiskin di Sumatera. Hal ini bukanlah sesuatu yang bisa dianggap baik-baik saja melainkan ada persoalan dari hulu sampai hilir. Persoalan ini harus diidentifikasi agar bisa dirumuskan sebuah solusi dalam menyelesaikan masalah tersebut” Ungkap Munawwar dalam sambutannya sebagai Koordinator Political Club. </div><div><br></div><div> Lanjutnya lagi, Kegiatan ini memang mengfokuskan menyasar para intelektual muda. Para intelektual terkenal dengan inovasi yang bersifat revolusioner. “Penyebab Kemiskinan dapat dikatagorikan kepada beberapa katagori yakni: (1) Alamiah, (2) Buatan, dan (3) Struktural”. Kalau kita lihat kondisi Aceh saat ini, secara komsumsi makanan pokok berada dalam posisi yang wajar dan tidak berada dalam kondisi rendah. Aceh seperti kita ketahui pasca terwujudnya perdamaian antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Republik Indonesia maka Aceh secara provinsi diberikan dana otonomi khusus oleh pusat. Namun demikian nampaknya dana otonomi khusus tersebut belum dapat teroptimalkan dengan baik.</div><div><br></div><div> Ungkap Tajul Ula dalam pemaparannya</div><div>“Apabila kita merujuk kepada definisi BPS terhadap kemiskinan maka kemiskinan merupakan ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan diukur dari sisi pengeluaran. Ada empat faktor pemicu peningkatan kemiskinan di Aceh yaitu Tingkat pengangguran terbuka; pandemi covid; komoditi makan; komiditi bukan makanan. Ada dua cara untuk mengatasi kemiskinan di Aceh yaitu; (1) melakukan peningkatan pembangunan dan (2) membuat visi strategis program kerja pemerintah (master plan) Ungkap Mukhrijal dalam pemaparannya</div><div><br></div><div>Lanjut lagi, secara kongkret Pemerintah Aceh harus membentuk tim penanggulangan kemiskinan Aceh (TPKA) yang profesional dengan cakupan empat tugas utamanya, yakni: merumuskan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan; melakukan pengawasan pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di setiap kabupaten/kota; membina pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di setiap kabupaten/kota; melaporkan pelaksanaan kebijakan penangulangan kemiskinan kepada pihak Pemerintah Aceh. </div><div> </div><div><br></div><div><br></div><div><br></div><div><br></div><div><br></div><div><br></div><div><br></div><div><br></div><div><br></div><div> </div><div><br></div>Jakfarhttp://www.blogger.com/profile/04458300835549416198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-879662781420047963.post-57869864733507818222022-03-04T23:41:00.000+07:002022-03-04T23:41:24.084+07:00PPP Mewakili Segmentasi Umat Islam<div> </div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjti6EzhzJe-u8dngnJ8HfSbS1DLKkmtqvFNBxHHDmysOWbHsqzkzTX6uDdw_B8as85fkV2I7eGbLRZiMAJ_riy8bP5Gb34yyKRRBhMfxEug3PDN-6sVhmXprz0AQlTv7DiGuL1pk8_Nqo4/s1600/1646412077753514-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjti6EzhzJe-u8dngnJ8HfSbS1DLKkmtqvFNBxHHDmysOWbHsqzkzTX6uDdw_B8as85fkV2I7eGbLRZiMAJ_riy8bP5Gb34yyKRRBhMfxEug3PDN-6sVhmXprz0AQlTv7DiGuL1pk8_Nqo4/s1600/1646412077753514-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div><br></div><div>Apabila kita telusuri, Partai Politik muncul bersamaan dengan lahirnya semangat kebangsaan pada masa pendudukan Belanda. Embrio lahirnya partai politik didasarkan pada Maklumat Pemerintah 3 November 1945. Melalui maklumat tersebut pemerintah memberikan pesan dan menghendaki agar partai politik dapat dilahirkan. Tentu Tujuannya agar berbagai aliran paham yang ada dalam masyarakat dapat dipimpin ke jalan yang teratur. Segmentasi kelompok sudah muncul sebelum Indonesia dimerdekakan namun segmentasi itu diredam oleh para pendiri negara. Partai Politik hadir untuk mewakili segmen kelompok masyarakat tertentu. Pertanyaan mendasar yang muncul mengapa Indonesia memberikan ruang kepada partai politik?<br></div><div><br></div><div> Dalam rangka menjawab pertanyaan tersebut penulis mengutip pendapat Ichlasus Amal bahwa partai politik merupakan keharusan dalam kehidupan politik modern yang demokratis. Partai Politik sebagai suatu organisasi secara ideal dimaksudkan untuk mengaktifkan dan memobolisasi rakyat, mewakili kepentingan tertentu, memberi jalan kompromi bagi pendapat yang saling bersaing, serta menyediakan sarana suksesi kepemimpinan politik secara absah dan damai. Indonesia memilih demokrasi dalam pelaksanaan ketatanegaraannya maka memiliki konsekuensi logisnya yakni dalam sistem penyelenggaraan negara harus menjamin bahwa rakyat terlibat penuh dalam merencanakan, mengatur dan mengawasi serta menilai pelaksanaan fungsi-fungsi kekuasaan.
</div><div><br></div><div> Sementara itu, untuk karakteristik dari demokrasi dapat dilihat terbuka melalui pembukaan UUD 1945 dan beberapa pasal UUD 1945 yakni: … maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat…, 10 Pasal 1 ayat (2), Pasal 2 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Pasal 4 Tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara, Pasal 19 Tentang Dewan Perwakilan Rakyat, Pasal 24 Tentang Kekuasaan Kehakiman.
</div><div> Sistem kepartaian menjadi salah satu alat ukur apakah negara itu sebagai negara demokrasi atau bukan. Negara yang tidak menjadikan demokrasi sebagai pilihan dalam konstitusinya maka sistem kepartaian tidak ada, ataupun berjalan secara tidak jelas. Dengan demikian menempatkan Partai politik dalam kedudukan yang sentral. Yang mana partai politik memiliki tugas untuk menghimpun, menyalurkan dan menata aspirasi rakyat untuk kemudian dijadikan kebijakan publik yang sistematis dan terstruktur. Schattscheider juga menyampaikan bahwa partai politik yang membentuk demokrasi dan bukan sebaliknya. Frank J. Sorouf menyampaikan partai politik terdiri dari beberapa unsur yakni: (1) mengembangkan organisasi dan mencapai tujuan melalui pemilihan umum, (2) organisasi bersifat inklusif dan mencakup berbagai kelompok masyarakat (ekstensif), (3) perhatian utama pada panggung politik untuk mencapai tujuannya, (4) menunjukkan stabilitas dan berkelanjutan, serta bekerja sebagai suatu kesatuan dalam pembuatan keputusan dan loyalitas dari anggota-anggotanya.
</div><div><br></div><div> Sebagaimana yang telah penulis kemukakan diatas bahwa partai politik lahir bersamaan dengan mewakili segmentasi kelompok tertentu. Segmentasi itu berimplikasi terhadap ideologi yang dimiliki oleh partai politik?
</div><div><br></div><div> Sebelum penulis menguraikan ideologi yang dimiliki oleh partai politik, maka pada bagian ini akan menyampaikan bahwa secara konsep partai politik dapat dibedakan menjadi tiga katagori yakni: (1) Partai Massa, (2) Partai kader, (3) Partai Catch All. Partai massa, yakni partai yang mengutamakan dan mengandalkan jumlah anggotanya. Partai jenis ini memobilisasi masa dengan sebanyak-banyaknya dan mengembangkan diri sebagai pelindung bagi berbagai kelompok dalam masyarakat agar elektabilitas partai pada pemilihan umum dapat meningkat. Biasanya basis partai ini didasarkan pada kelas sosial tertentu, seperti orang kecil. Selain itu bisa juga dibasiskan agama. Para simpatisan partai ini cenderung bergabung karena adanya kesamaan identitas sosial ketimbang ideologi atau kebijakan, Partai kader, yakni partai yang tidak menekankan kepada banyaknya jumlah anggotanya melainkan terfokus kepada pembentukan loyalitas dan disiplin anggotanya sehingga tercipta sebuah partai yang solid. Partai ini mengasumsikan bahwa dengan jumlah yang sedikit maka tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya dapat dicapai. Proses pembentukan loyalitas dan disiplin yang tinggi tersebut tercermin dari proses seleksi anggota yang sangat ketat dan berjenjang, Partai Catch All, sepintas serupa dengan partai massa. Namun, berbeda dengan partai massa yang mendasarkan diri pada kelas tertentu, partai catch all menyatakan bahwa partainya mewakili kepentingan bangsa secara keseluruhan. Orientasi dari partai ini adalah semata-mata memenangkan pemilu. Oleh sebab itu, isu yang disampaikan ketika kampanye kerap kali berubah-ubah tergantung kepada isu yang sedang populer di kalangan pemilih. Partai Catch All juga sering disebut sebagai partai elektoral professional atau partai rational efficient. Umumnya partai di Indonesia lebih sering menonjolkan sebagai partai Catch All karena kenyataannya di Indonesia tidak ada partai yang benar-benar menampilkan ciri dari partai massa atau partai kader akan tetapi perpanduan kedua jenis partai tersebut. Hal ini terjadi karena di satu sisi partai mempunyai ideologi tertentu yang dijadikan acuan dalam mencapai tujuan dan orientasi untuk merekrut kader-kader berkualitas yang dapat dijadikan ikon bagi partai tersebut. Namun, disisi lain kebijakan partai juga memberikan peluang bagi siapa saja yang ingin bergabung menjadi anggota partai tanpa memandang latar belakang pekerjaan, pendidikan, pendidikan, agama bahkan ideologis sekalipun.
</div><div><br></div><div> Keberadaan partai politik tentunya memiliki fungsi yang ingin diwujudkan. Almond dan Powel menyampaikan ada tiga fungsi partai politik yakni: (1) rekrutmen politik, (2) sosialisasi politik, (3) artikulasi dan agregasi kepentingan. Sementara Yves Meny dan Andrew Knapp menyampaikan ada empat fungsi partai politik yakni: (1) mobilisasi dan integrasi, (2) sarana pembentukan pengaruh perilaku memilih, (3) sarana rekrutmen politik dan (4) sarana elaborasi pilihan-pilihan kebijakan. Muchamad Ali Safa’at Tipologi dibedakan berdasarkan beberapa klasifikasi antara lain: (1) berdasarkan asas dan orientasinya, (2) berdasarkan komposisi dan fungsi anggotanya, (3) berdasarkan kemungkinan untuk memenangkan pemilu.</div><div><br></div><div> Partai politik selalu berkembang. Ramlan Surbakti menyampaikan ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan partai politik yakni: <i>(1) the electoral dimension, (2) the interest of the party constityency, (3) party organization, (4) the party system, (5) policy formation (program dan ideologi), (6) policy implementation.</i></div><div><br></div><div> Proses pengdelegasian kepemimpinan dilakukan secara pemilihan umum dan melalui partai politik. Untuk menemukan segmetasi yang sesuai maka partai politik hadir dengan membawa identitas tersendiri. Identitas tersebut dimaksukan untuk menemukan konstituen masing-masing. Masyarakat di Indonesia memiliki kelompok-kelompok tersendiri. Feith dan Castles dalam Dhakidae membagi masyarakat kedalam empat kelompok yakni: (1) Kelompok Nasional, (2) Pembangunan, (3) agama dan (4) Sosialisme. Sementara Suryadinata membagi aliran politik Indonesia kepada dua katagori besar yakni: (1) aliran Pancasila dan (2) aliran politik Islam . Pengelompokan dan aliran tersebut maka dibaca oleh partai politik untuk menjadi arah perjuangan (ideologi partai). Asep Nurjaman mengelompokan ideologi partai politik kedalam empat katagori yakni: (1) Ideologi Islam, (2) Nasionalis Sekuler, (3) Nasionalis Religius, (4) Ideologi Kristen.
</div><div><br></div><div> Namun menurut hemat penulis corak ideologi partai politik di Indonesia dewasa ini hanya dapat digolongkan kepada tiga yakni: (1) ideologi Islam, (2) Nasional Sekuler, (3) Nasionalis Religius. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menjadi partai dengan ideologi Islam. Partai ini apabila kita telisik merupakan fusi dari empat partai besar Islam, yaitu Nahdlatul Ulama, Parmusi, PSII dan Perti. Lahir pada tanggal 5 Januari 1973. Soeharto melakukan penyederhanan parpol. Dengan demikian tidak mengherankan apabila Didalam pasal Anggaran Dasar pasal II menyebutkan PPP berasaskan Islam dengan bercirikan Ahlusunnah Wal Jama’ah dengan prinsip perjuangan PPP yakni: a. Prinsip ibadah; b. Prinsip amar ma’ruf nahi munkar; c. Prinsip kebenaran, kejujuran, dan keadilan; d. Prinsip musyawarah; e. Prinsip persamaan, kebersamaan, dan persatuan; f. Prinsip istiqamah. Dengan tujuan untuk terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur, sejahtera lahir-batin, dan demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila di bawah ridla Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
</div><div>
</div><div><br></div> Bagaimana PPP didalam melaksanakan aspirasi konstituen? Pada sidang umum MPR 1979 PPP melakukan perlawanan dipelopori oleh KH. Bisri Syamsuri yang menjabat sebagai Majelis Syuro PPP, dikarenakan hasil sidang umum tersebut menetapkan aliran kepercayaan sejajar dengan agama-agama resmi dengan memasukan dalam GBHN dan mewajibkan indokrinisasi ideologi negara secara masal lewat Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4). Ketetapan ini mengakibatkan banyak kekecewaan di kalangan umat Islam. Ditolaknya ketetapan tersebut dengan alasan bahwa masuknya aliran kepercayaan ke dalam GBHN akan melegalisasi aliran kepercayaan menjadi agama tersendiri yang sejajar dengan agama lain, yang lebih buruk adalah ketetapan ini dapat dijadikan sebagai alasan untuk menyebarkan misionaris Kristen di kalangan Islam abangan. <div><br><div> Dari sudut pandang KH. Bisri Syamsuri persoalan aliran kepercayaan atau aliran kebatinan ini bertentangan dengan aqidah Islam karena lebih cenderung kepada syirik (perbuatan menyekutukan Allah) Alasan PPP dalam perlawanan di parlemen mengenai pencantuman P-4 dalam Tap MPR dikarenakan dengan memasukkan P 4 dalam Tap MPR akan membuat P-4 mempunyai kekuatan sebagai salah satu sumber hukum yang ada di Indonesia selain Pancasila. Kekhawatiran itu justru akan membuat kebingungan terhadap generasi penerus, apakah mereka akan memilih pedomannya atau Pancasila. P-4 ini juga akan dapat mengaburkan kemurnian Pancasila. Sementara dalam pandangan Islam secara umum adanya P-4 dikhawatirkan dapat mengganti posisi agama dalam kehidupan bermasyarakat. KH. Bisri Syamsuri berpandangan bahwa keputusan tesebut sebagai ancaman terhadap status Islam sebagai agama sehigga beliau memprotesnya dengan keras. Menghadapi dua permasalahan tersebut FPP secara kompak menolak keputusan tersebut. Setelah FPP melakukan berbagai usaha untuk mufakat mengalami dead lock, sementara scorsing dan lobbying dilakukan berkali-kali tanpa menunjukan hasil yang berarti, maka dilakukanlah voting. Melihat kemungkinan voting yang tidak mungkin dimenangkan karena adanya perbedaan perwakilan di DPR, akhirnya FPP mengambil tindakan politik dengan jalan walk out yang mengisyaratkan bahwa PPP tidak bertanggung jawab terhadap keputusan tesebut. </div><div><br></div><div><b>Dewasa Ini Bagaimana PPP?
</b></div><div><br></div><div> Fakta empiris menunjukkan bahwa umat Islam Indonesia sedang berada dalam kondisi yang tidak pasti. Salah satunya dengan regulasi yang dijalankan Pemerintah selama pandemi Covid baik itu dengan melarang mudik, mengeser hari libur berkenaan dengan umat Islam. Memang dasarnya adalah pandemi namun persoalannya adalah pergeseran hari libur tersebut dilakukan beberapa saat sebelum masuk tanggal tersebut. Apabila dilakukan jauh sebelum hari h itu maka kecurigaan itu dapat dicegah terjadi. Selain itu juga jamaah Haji yang tidak kunjung di berangkatkan. </div><div><br></div><div> Apabila kita merujuk kepada pendapat Almond dan Powel ada tiga fungsi partai politik terutama bagian artikulasi dan agregasi kepentingan. PPP sejatinya menjadi penyambung lidah masyarakat di dalam parlemen. Namun menurut hemat kinerja PPP masih boleh maksimal. Penulis akan menampilkan beberapa faktanya, (1) belum berhasilnya jamaah Haji diberangkatkan sejak 2020. Ibadah Haji merupakan rukun Islam yang terakhir dan semua umat Islam Indonesia ingin mewujudkan hal itu, (2) Stigma teroris kepada umat Islam. Bukan hal yang baru umat Islam dicap teroris. Pelabelan Teroris kepada umat adalah hal yang keliru. Para pelaku tindak teror merupakan perseorangan maupun kelompok tak sedikitpun mewakili umat Islam. Mereka hanya mewakili pemikiran yang keliru, (3) Stigma Radikal kepada umat Islam. Padahal yang berpikir radikal tidak mewakili umat Islam namun stigma tersebut terus-menerus menyerang Islam. </div><div><br></div><div> Apabila dikaji secara historis, PPP merupakan partai yang lahir dalam rangka untuk mewujudkan perjuangan partai Islam yang harus dibubarkan pada masa Presiden Soeharto. Dengan demikian ada beban moral yang harus diperjuangkan oleh PPP. Oleh sebab itu tidak salah PPP meruapakan partai harapan umat Islam dalam perpolitikan. Pada harlah 49 menjadi sarana pengrefleksian, bagaimana kiprahnya selama ini. Apa yang penulis kemukakan diatas hanya sedikit harapan umat Islam yang muncul ke permukaan tentunya amat banyak sekali harapan umat yang patut direspon oleh PPP. </div><div><br></div><div><b>Saran kepada PPP</b></div><div><br></div><div>Momentum harlah yang ke-49 harus menjadi sarana pengrefleksian. Jangan puas dengan capaian kursi di DPR ataupun capaian kepada daerah yang berhasil dimenangkan namun harus kembali melihat sejauh mana sudah berkontribusi kepada umat. Masyarakat Indonesia amat beragam secara pemikiran, pendidikan dan profesi. </div><div><br></div><div>Dalam hal ada beberapa saran kepada PPP yakni, (1) Gali kembali aspirasi masyarakat yang terkubur. Masyarakat sejatinya selalu menyampaikan aspirasinya namun terkadang aspirasi masyarakat masih belum terakomodir. Oleh sebab itu, PPP harus mengali kembali, (2) Melaksanakan rumah aspirasi secara digital dan ofline. Perkembangan teknologi tentunya harus dimanfaatkan dengan baik melalui penampungan aspirasi untuk diperjuangkan baik itu secara digital maupun ofline. Tidak bisa dipungkiri ditengah perkembangan teknologi yang semakin pesat terdapat juga masyarakat yang belum melek dengan teknologi. Melalui kehadiran rumah aspirasi maka dapat dimanfaatkan masyarakat apa yang dialaminya, (3) mendata regulasi yang telah lahir berkenaan dengan kemaslahatan umat. Dinamika dalam parlemen dan eksekutif sesuatu yang tidak dapat dihindarkan namun proses dinamika yang dilakukan tentunya dalam rangka mencapai tujuan tersebut, (4) Sikap PPP harus mewakili kepentingan masyarakat. Partai politik terkadang lupa dengan AD Art nya demi mencapai kepentingan kelompok dengan membentuk para sistem oligarki. PPP harus berpijak berdasarkan kepenitingan rakyat.
</div><div><br></div><div> “Ka’bah merupakan kiblat umat Islam, sudah sepatutnya PPP harus mewakili kepentingan umat Islam, tanpa tersandera dengan kepentingan kelompok. Jangan gadaikan cita-cita para pendiri partai demi kepentingan sesaat dan pribadi”. Jangan nodai Ka’bah. PPP Wujudkan cita-cita masyarakat terutama umat Islam. Jangan menyerah dan diwarnai dengan hal yang keliru. Teruslah jaya. Sekian Terima Kasih. Wasalam </div><div><br></div><div><br></div><div>
*) Penulis : <div>Munawwar, S.Pd., S.IP(Alumni Ilmu Politik USK)</div></div></div>Jakfarhttp://www.blogger.com/profile/04458300835549416198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-879662781420047963.post-62148698069707772002022-02-15T16:13:00.001+07:002022-02-15T16:16:29.785+07:00Tantangan Dan Benturan Konsep HAM Dengan Kearifan Lokal Studi Kasus Aceh<br><div><b><br></b></div><div><b><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPO894jZkAri8u3ur8GmOkOee_WO2Gaqc8qH9Asf06a0NlxAHeXsDJkzhQlFIJDSJn2b5FNznJ8HRqPVWrcriupIco4yi8iq259SC1dAH13btYqJ3vLkC6CMXlb8CoP_rogbfA8-_YZ2i_/s1600/1644916374818283-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPO894jZkAri8u3ur8GmOkOee_WO2Gaqc8qH9Asf06a0NlxAHeXsDJkzhQlFIJDSJn2b5FNznJ8HRqPVWrcriupIco4yi8iq259SC1dAH13btYqJ3vLkC6CMXlb8CoP_rogbfA8-_YZ2i_/s1600/1644916374818283-0.png" width="400">
</a>
</div><br></b><div><b>Sejarah HAM</b></div><div><br><div> Hak Asasi Manusia merupakan suatu hak yang melekat pada diri sesorang sejak lahir. Menurut UU Menurut UU No. 39 tahun 1999 HAM ialah seperangkat hak yang melekat pada hakikat setiap keberadaan manusia yang merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hak merupakan anugerah-Nya yang haruslah untuk dihormati, dijunjung tinggi, serta dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang untuk kehormatan serta perlindungan harkat martabat manusia.
</div><div><br></div><div> Sejarah Hak Asasi Manusia sudah berlangsung cukup lama, di awali pada tahun 1215 dengan lahirnya Makna Charta di Inggris . Dalam Makna Charta itu dicantumkan hak-hak para bangsawan yang harus dihormati Raja Inggris. Walaupun terbatas dalam hubungan anatara Raja dan Bangsawan, namun suatu prinsip bahwa hak-hak tertentu telah diakui eksistensinya oleh pihak penguasa. Hal ini merupakan awal suatu kemenangan.</div><div><br></div><div> Perkembangan HAM selanjutnya adalah pada Revolusi Amerika tahun 1776 yang melahirkan The Virginia bill of Right “ dan Revolusi Perancis tahun 1789 yang mencetuskan “Declaration des droit de I’homme et du Citoyen”. Kedua Revolusi itu menghasilkan pengakuan HAM yang lebih luas.HAM terbungkus dalam kedaulatan negara, pelayanan dan rasional dari negara terhadap HAM tidak ada hubungannya dengan masyarakat Internasional (jawahir Thontawi, 1997,11). Berdasarkan uraian di atas, penegakan HAM merupakan salah satu wujud dari upaya melepaskan diri dari belenggu penindasan dari kesewenang-wenangan penguasa yang otoriter, sehingga salah satu upaya adalah menghentikan bentuk penindasan itu melalui penegakan hukum atas penyelewengan tersebut, sehingga HAM dapat ditegakkan. Dalam piagam PBB, Hak asasi Manuasia pasal 55 yang berbunyi “ Memajukan pengargaan dan penghormatan atas hak-hak asasi manusia serta kebebasan-kebebasan dasar bagi segala bangsa tanpa pembedaan suku bangsa, kelamin, bahasa atau agama.”
</div><div><br></div><div><b>Korelasi Hukum Adat Dengan Hukum Nasional</b></div><div><br></div><div> Sebagaimana yang diketahui dalam rangka pembinaan hukum nasional, peranan hukum adat, yang di dalamnya berisi kebiasaan, dipertahankan secara turun-temurun dan merupakan bahan baku di dalam penyusunan hukum nasional tersebut. Hukum adat sendiri dapat diartikan sebagai berikut: pertama, hukum yang tidak dibuat dengan sengaja, kedua, hukum yang memperlihatkan aspek kerohanian yang kuat, ketiga, hukum yang berhubungan erat dengan dasar-dasar dan susunan masyarakat setempat (Satjipto Raharjo, 1975:1) mempunyai sifat-sifat elastik di dalam menghadapi kemajuan. Hukum adat memiliki dinamika yang kuat, artinya dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan negara, sehingga hukum adat hakikatnya tidak akan ditingalkan atau meninggalkan anggota masyarakat, karena hukum adat menurut Eugen Ehrlich termasuk Living Law, hukum adat sebagai hukum yang hidup dan dipratikan dalam masyarakat dikembangkan terus dalam situasi masyarakat yang berubah dan semakin maju.
</div><div><br></div><div><b>Aceh , Syariat Islam dan Ham</b></div><div><br></div><div> Aceh adalah salah satu provinsi di Indonesia yang dulunya merupakan sebuah kerajaan lima besar Islam di dunia. Aceh saat ini merupakan bagian integrasi Indonesia. Januari 2002, sebuah undang-undang disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat yakni penerapan syariat Islam. Pemerintah Aceh menunjuk 27 anggota Majelis Permusyarakatan Ulama (MPU) yang tugas utamanya membuat fatwa dan membuat dirinya sebagai pilar keempat pemerintah di Aceh menambah pilar yudikatif, legislatif dan esekutif.
</div><div><br></div><div> MoU Helsinki adalah peletak dasar di bentuknya UUPA. MoU tersebut sebagai usaha perundingan ketiga kalinya dilakukan pemerintah, setelah dua kali sebelumnya buntu, melalui jasa Henry Dunant Center (HDC) hingga Cessation of Histilities Agreement (COHA). UUPA adalah hasil transformasi nilai-nilai dan norma yang terkandung di dalam MoU Helsinki. Dengan semangat dan komitmen menyelesaikan konflik Aceh secara damai, menyeluruh, berkelanjutan, dan bermartabat, serta demi menciptakan kondisi sehingga pemerintahan rakyat Aceh dapat diwujudkan melalui suatu proses yang demokratis dan adil.
</div><div><br></div><div> Syariat Islam sudah menjadi sesuatu yang mendarah daging dan sangat tidak bisa dipisahkan dalam diri masyarakat Aceh, apabila kita kembali membuka lembaran perjuangan yang coba digagas dan dilakukan oleh pedahulu dahulu adalah untuk mendapatkan pelaksanaan Syariat Islam yang memiliki payung hukum secara nasional, kehadiran Syariat Islam di Aceh sudah di mulai disaat masa Presiden Soekarno yang mengambulkan permintaan Rakyat Aceh untuk melaksanakan Syariat Islam, namun harapan tersebut tidak kunjung menjadi kenyataan, barulah pada tahun 1999, harapan masyarakat baru benar-benar terwujud melalui UU No 44 tahun 1999 tentang Penyelengaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Konflik yang sudah di mulai sejak lama, dan baru berakhir tahun 2005 melalui perjanjian di Helsinki, membuat keberadaan Syariat Islam semakin kuat melalui implentasi UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang pemerintah Aceh. Undang-undang ini juga bersifat lex spesialis.
</div><div><br></div><div> Dengan demikian pedoman pelaksanaan kehidupan di Aceh mengacu kepada undang-undang tersebut termasuk pelanggaran , seperti perzininaan dan lain-lain, hukumannya pun beragam baik itu cambuk, rajam dan sebagainnya. Mengenai pelaksanaan cambuk ini."Komnas HAM juga berpendapat penangkapan dan penghukuman cambuk tersebut, bertentangan dengan Kovenan Internasional atas Hak-hak Sipil Politik dan Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Keji, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia. Dalam deklarasi Human Right atau piagam PBB pasal 7 menyatakan bahwa setiap orang memiliki hak untuk tidak di siksa (hak non derogable).
</div><div><br></div><div>Ditambah lagi menurut ICJR hukuman cambuk yang diberikan semakin berat, sampai dengan 100 deraan cambuk. Artinya klaim hukuman hukuman cambuk yang digunakan untuk mempermalukan terpidana (efek jera) tidak bisa lagi dipertahankan, dan secara perlahan-lahan hukuman ini berubah menjadi hukuman bengis yang bersifat melukai-merusak tubuh," ujar Ajeng.Salah seorang terpidana Linda Darmawati (21) mendapat hukuman cambuk 26 kali deraan. Dan menyerah dan algojo menghentikan eksekusi. Menurut Tim Dokter, Kondisi tekanan darah turun dari 90 menjadi 60. Setelah dicambuk ia tidak bisa dilanjutkan karena kondisi psikisnya tiba-tiba shock.Penggunaan hukuman cambuk dinilai sebagai penyiksaan, hukuman kejam tidak manusiawi dan merendahkan martabat.
</div><div>"Juga melanggar hukum internasional tentang penyiksaan, dan perlakuan kejam, tidak manusiawi, atau tidak bermartabat lainnya yang ada di dalam Kovenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik (ICCPR) dan Konvensi Internasional Melawan Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat (CAT), yang mana Indonesia merupakan salah satu negara yang meratifikasinya.
</div><div><br></div><div>Menurut undang-undang 1945 secara formal tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, pasal 27 UUD 1945 dengan tegas mengatakan bahwa semua orang sama kedudukannya di hadapan hukum. Penerapan Syariat Islam di Aceh, telah mengundang kontroversi dalam beberapa persoalan diantaranya menyangkut diskriminasi terhadap kaum perempuan. Kalangan aktivis perempuan berpendapat bahwa penerapan Syariat Islam di Aceh lebih memojokkan kaum perempuan, sebagaimana yang di sampaikan oleh ibu khairani, bahwasanya berlakunya Syariat Islam di provinsi Aceh maka sangat memojokan kaum perempuan. Dan perempuan telah dipaksakan mengunakan busana muslim. Ironisnya, di sisi lain, koruptor-koruptor di Aceh sama sekali belum tersentuh sedikitpun oleh hukum Syariat Islam.
</div><div><br></div><div> Aturan negara kita mengakui keberadaan hukum adat hal tersebut telah diakui secara konstitusional. Sebagaimana tertuang dalam Pasal 18B ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang”. Selanjutnya dalam Pasal 28I ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan jaman dan peradaban. Dalam berbagai undang-undang juga disinggung memgenai Berkaitan dengan menguatnya peran dan kapasitas kearifan lokal dalam masyarakat, sistem hukum nasional juga harusbersiap memberikan ruang untuk menghadapi situasi yang disebut oleh Holleman sebagai hybrid law atau unnamed law. Hybrid law atau unnamed law adalah situasi dimana tumbuh bentuk hukum-hukum baru yang tidak dapat diberi label sebagai hukum negara, hukum adat atau hukum agama. Pada perkembangannya saat ini dapat dilihat di beberapa daerah di Indonesia telah banyak upaya melembagakan hukum adat ”baru” dengan format hukum negara, yaitu menjadi peraturan daerah atau peraturan desa mengikuti struktur formal dan logika hukum negara.
</div><div><br></div><div> Dengan demikian tantangan perlindungan HAM di Indonesia di sebabkan dengan adanya kearifan lokal yang diadopsi oleh daerah tersebut, sebagaimana yang terjadi di Aceh, di mana pelaksanaan pelanggaran hukuman di kembalikan kepada Syariat Islam, kendati di dalam Piagam PBB pasal pasal 7 menyatakan bahwa setiap orang memiliki hak untuk tidak di siksa. kendati pelaku tersebut memiliki daya tahan fisik yang rendah, maka tetap saja dilaksanakan seperti ketentuan yang seharusnya.
</div><div><br></div><div><br></div><div>*) Penulis Oleh: Munawwar</div><div>Mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Ar-Raniry Banda Aceh</div><div>Munawarsigli@gmail.com
</div><div>
</div><div><br></div><div>
</div><div>
</div><div>
</div><div>
</div><div>
</div><div>
</div></div></div>Jakfarhttp://www.blogger.com/profile/04458300835549416198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-879662781420047963.post-37027823839628792392021-11-30T23:07:00.001+07:002021-11-30T23:07:55.301+07:00SMP Methodist Banda Aceh Lauching Buku Ontologi Siswa<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyxEYaAAN9i2uXSvpLfJBzIp7tX5AamN9dWyjCdocDSJRrIHXnizX-sECD-nxycDTCGPFsIsLLDJK4ExfkefeDOdXGLUEZJyLx6KKO28MVeN1Wy_-AyEszXnjNyelnQnTQYpdacemcF1aH/s1600/1638288469942101-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyxEYaAAN9i2uXSvpLfJBzIp7tX5AamN9dWyjCdocDSJRrIHXnizX-sECD-nxycDTCGPFsIsLLDJK4ExfkefeDOdXGLUEZJyLx6KKO28MVeN1Wy_-AyEszXnjNyelnQnTQYpdacemcF1aH/s1600/1638288469942101-0.png" width="400">
</a>
</div><div><br></div><div><br></div><div>Banda Aceh, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Methodist Banda Aceh menyelenggarakan Lauching buku antologi karya peserta didik dengan judul Warna-Warni Dibalik Pagar Biru pada 25 November 2021 pukul 10.00 Wib S.d Selesai. Kegiatan lauching ini diselenggarakan bertepatan dengan peringatan Hari Guru Nasional ke 76 tahun. Acara ini dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Banda Aceh, Kabid Pembinaan SMP Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Banda Aceh, Kasi Kurikulum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Banda Aceh, Pengawas SMP Methodist Banda Aceh, Kepala Sekolah TK Methodist Banda Aceh, Kepala Sekolah SD Methodist Banda Aceh dan SMA Methodist Banda Aceh. Selain itu juga hadir semua guru dan staf SMP Methodist Banda Aceh.
</div><div><br></div><div> Peserta didik SMP Methodist Banda Aceh mengikuti kegiatan lauching ini dengan begitu antusias. Aula sebagai tempat pelaksanaan sudah dipadati oleh peserta didik sejak pukul 09.30 Wib. Dalam laporannnya, Ketua Gerakan Literasi Sekolah (GLS) SMP Methodist Banda Aceh, Munawwar S.Pd, S.IP., menyampaikan seharusnya ada 149 peserta didik yang akan hadir di lauching, namun dikarenakan masih berada dalam kondisi pandemi maka peserta didik yang hadir sangat terbatas hanya beberapa peserta didik yang hadir.
</div><div><br></div><div>“GLS SMP Methodist Banda Aceh memiliki tiga skema pelaksanaan yakni; jangka pendek, menengah dan panjang. Untuk jangka pendek itu sendiri sudah diterapkan sejak tahun 2020-2021 melalui membaca buku dan menulis ataupun melakukan presentasi apa yang dipahami. Sementara untuk janga menengah melalui kelahiran sebuah karya peserta didik secara ontologis. Buku Warna-Warni Di Balik Pagar Biru menjadi buah pikiran kejujuran peserta didik selama ini. Buku ini bukanlah akhir karya peserta didik namun merupakan langkah awal terhadap kehadiran karya-karya lainnya, Ungkap Munawwar.
</div><div><br></div><div>“SMP Methodist sebagai salah satu santuan pendidikan di Kota Banda Aceh, berkomitmen untuk mengembangkan literasi pada diri peserta didik. Buku Warna-Warni di Balik Pagar Biru menjadi bukti nyata komitmen tersebut. Apabila ada niat dan tekad maka tidak ada sesuatu yang mustahil ungkap Sheilisa Kepala SMP Methodist Banda Aceh</div><div><br></div><div>“Selama pandemi Covid telah terjadi pergeseran pola pembelajaran daripada sebelumnya. Sebelumnya pembelajaran dilakukan secara tatap muka namun pada saat pandemi dilakukan secara online yang berimplikasi ruang interaksi antara peserta didik dengan pendidik menjadi terbatas. Budaya literasi menjadi makin berkurang. Malah para peserta didik asyik dengan platfom tik tok yang berlebihan. Kehadiran Buku Warna-Warni di Balik Pagar Biru menunjukan dibalik fenomena tersebut masih ada ruang untuk memacu kreativitas peserta didik” ungkap Nacik Pimpinan PKMI Banda Aceh</div><div><br></div><div> Buku yang dihasilkan oleh para peserta didik SMP Methodist Banda Aceh membuat saya sungguh bahagia. Namun buku ini jangan sampai menjadi awal dan akhir daripada kreativitas peserta didik. Segala sesuatu yang dilakukan untuk mengembangkan peserta didik ungkap Sulaiman Bakri, S.Pd., M.Pd selaku Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Banda Aceh
</div><div><br></div><div>
</div>Jakfarhttp://www.blogger.com/profile/04458300835549416198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-879662781420047963.post-49252047599459417492021-04-29T13:34:00.001+07:002021-04-29T13:34:30.727+07:00MENGHILANGKAN ILEGAL LOGING DI PIDIE DENGAN MEMBUKA LAPANGAN PEKERJAAN <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXokA1cfISwcp_3drNb4ZtRWocp1fbATqWik1ECNZsB3LxP-2iZHeDmmPGzj8rcLfsDJNuZAYfCEHCMCAuVQRtPEhIj2moLVvIbpobZxXscQTgmX4T_FXroaYFYVadZnJBdbPWixCdLk_D/s1600/1619678043475322-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXokA1cfISwcp_3drNb4ZtRWocp1fbATqWik1ECNZsB3LxP-2iZHeDmmPGzj8rcLfsDJNuZAYfCEHCMCAuVQRtPEhIj2moLVvIbpobZxXscQTgmX4T_FXroaYFYVadZnJBdbPWixCdLk_D/s1600/1619678043475322-0.png" width="400">
</a>
</div><div><br></div><div> Aceh adalah suatu daerah yang barangkali terkenal dengan konflik yang terjadi sejak dahulu, namun Aceh juga menjadi, suatu daerah yang memiliki beragam sumber daya alam yang melimpah, bahkan hal ini juga membuat berbagai pihak iri akan apa yang di miliki oleh Aceh, Di Aceh terdapat 23 kab baik itu yang berbentuk kotamadya maupun kota adminisifratif lainnya. Hampir di setiap kab yang berada dalam wilayah Aceh terdapat pertambangan, hutan dan juga lahan yang begitu luas. Penulis dalam hal ini mencoba untuk membahas Pidie suatu Kabupaten yang unik dan memiliki beragam kelebihannya.
</div><div><br></div><div> Pidie barangkali terkenal dengan beberapa sosok yang di anggap pahlawan maupun di anggap sebagai biangkladi lahirnya konflik di Aceh, sosok yang di anggap pahlawan yaitu tgk chik di tiro, beliau menjadi sosok yang cukup berjasa di dalam berjuang untuk mengusir Belanda, hingga beliau wafat akibat di racun oleh pihak Belanda, selanjutnya barangkali yang di anggap sebagai pengkhinat ataupun sebagai yang berperan di dalam lahirnya konflik di Aceh, yakni tgk Daud Bereueh, tgk Daud Bereueh menjadi pihak yang mengagas perjuangan untuk medirikan suatu negara Baru, yang berhaluan Islam ataupun dengan kata lain berfalsafah Islam, di mana beliau menganggap bahwa falsafah negara Indonesia pada saat itu belum bisa mengakomodir semua keinginan masyarakat, yang mana masyoritas penduduk Indonesia adalah Islam namun di dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat belum mewakili semua hal tersebut.
</div><div><br></div><div> Setelah Tgk Daud Bereuh dengan pergerakan DII/TII berhasil di redam dengan lahirnya ikrar lamteh, di mana ikrar lamteh ini merupakan suatu kesepakatan damai antara pihak tgk Daud Bereueh dengan pemerintah Repeublik Indonesia. Ternyata konflik ini tidak hanya berakhir sampai di sini saja, namun untuk selanjutnya lahirlah pergerakan yang di pelopori oleh Tgk Hasan di tiro, di mana pergerakan ini merupakan pergerakan sambungan ataupun dengan kata lain lanjutan dari pergerakan yang dilakukan oleh tgk Daud Bereueh.
</div><div><br></div><div> Pesona Pidie tidak hanya dengan hadirnya tokoh-tokoh yang penulis sebutkan di atas tadi namun juga memiliki kekayaan alam yang melimpah, tambang di Geumpang yang sempat mewarnai telingga kita, dan juga memiliki hutan yang melimpah di sekitaran tangse hingga ke geumpang yang kerap menjadi penembangan ilegal untuk mengarap rezeki dari penembangan ini.
</div><div><br></div><div> Lahan yang cukup luas, menjadi faktor utama dengan kerap sekali terjadi ilegal loging di daerah tersebut, syukri warga tangse mengatakan, pihaknya sering melihat sejumlah kayu gelondongan dan olahan hasil pembalakan liar yang diturunkan dari gunung dengan menggunakan kendaraan roda empat.“Dipastikan kayu yang diturunkan itu dan biasanya dilakukan di malam hari adalah hasil pembalakan liar.(waspada, Minggu (15/1/2012). Sebanyak 47 kubik kayu illegal logging hasil sitaan dari tiga kecamatan, yakni Kecamatan Keumala, Tangse dan Manee merupakan hasil sitaan terbanyak selama 2011. Dari tiga kecamatan itu, kayu yang disita petugas itu didominasi dari kawasan Kecamatan Tangse, masing-masing di lima titik, yaitu Blang Malo, Peunalom Dua, Krueng Meriam, Ireu dan Blang Pandak. “Selebihnya di dua titik lainnya, kawasan perbukitan Keumala Dalam, Kecamatan Keumala dan Lutoeng, Kecamatan Maneen,.“Padahal Kecamatan Tangse merupakan daerah yang baru saja dilanda banjir bandang pada awal Maret 2011 diakibatkan pembalakan liar, tapi anehnya penyakit menebang hutan malah tak sembuh-sembuh.
</div><div><br></div><div>Lantas Apa Pengertian ilegal Loging..?</div><div><br></div><div> Untuk menjawab pertanyaan tersebut, sudah barang tentu penulis harus merujuk kepada pengertian terminologi, Illegal Logging berasal dari dua suku kata, yaitu ilegal yang berarti perbuatan yang tidak sah (melanggar), sedangkan logging berarti kegiatan pembalakan kayu sehingga illegal logging di artikan sebagai perbuatan/kegiatan pembalakan kayu yang tidak sah.</div><div><br></div><div> Pengertian Illegal Logging dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2004 dan Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan (selanjutnya disebut “UU Kehutanan”) tidak didefinisikan secara jelas illegal logging dan hanya menjabarkan tindakan-tindakan illegal logging. Kategori illegal logging menurut Pasal 50, antara lain: mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah (ilegal), merambah kawasan hutan, melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan, membakar hutan,dll. Dapat dikatakan bahwa pengertian illegal logging walau tidak dijelaskan secara eksklusif dalm UU,namun pengertiannya bukan hanya menyangkut pembalakan kayu melainkan lebih luasnya yaitu perusakan hutan.
</div><div><br></div><div> Dapat disimpulkan unsur-unsur yang dapat dijadikan dasar hukum untuk penegakan hukum pidana terhadap kejahatan illegal logging yaitu sebagai berikut :(1). Setiap orang pribadi maupun badan hukum dan atau badan usaha (2). Melakukan perbuatan yang dilarang baik karena sengaja maupun karena kealpaannya (3) Menimbulkan kerusakan hutan, dengan cara-cara yakni ,(a) Merusak prasarana dan sarana perlindungan hutan (b), Kegiatan yang keluar dari ketentuan perizinan sehingga merusak hutan.(c), Melanggar batas-batas tepi sungai, jurang, dan pantai yang ditentukan Undang undang.(d), Menebang pohon tanpa izin.(e),Menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan, atau memiliki hasil hutan yang diketahui atau patut diduga sebagai hasil hutan illegal. (f), Mengangkut, menguasai atau memiliki hasil hutan tanpa SKSHH.(g), Membawa alat berat dan alat-alat lain pengelolaan hasil hutan tanpa izin.
</div><div><br></div><div> Illegal loging ini memiliki dampak yang cukup besar, akibat illegal loging bisa merusak hutan atau lahan produktif lainnya, sehingga akibat kerusakan ini bisa menyebabkan musibah banjir, Berdasarkan informasi yang diterima WALHI Aceh bahwa telah terjadi banjir bandang yang melanda beberapa desa di Tangse (Kamis, 10/03/2011) pada pukul 23.30 WIB. Selain korban jiwa, dan sejumlah orang hilang, ratusan rumah penduduk juga hanyut akibat banjir bandang. Banjir menyusul hujan deras selama dua hari di daerah pegunungan itu juga merusak berbagai fasilitas publik.
</div><div><br></div><div> Banjir bandang juga telah menyebabkan sejumlah desa rusak parah, yaitu Layan, Peunalom Sa, Peunalom Dua, Pucok Sa, Pucok Dua, Blang Dalam, dan Blang Me. Lebih dari seratus rumah hancur akibat hantaman pohon kayu besar yang dibawa banjir bandang. Ruas jalan Tangse-Geumpang juga mengalami gangguan, setelah longsor di Desa Alue Lhok, berbatasan Kecamatan Mane.
</div><div>Banjir yang terjadi di Tangse ini telah mengingatkan kita atas kejadian serupa di Wasior, di Papua Barat bulan Oktober 2010 lalu yang telah menewaskan 29 orang dan 103 orang lainnya dinyatakan hilang dan menyebabkan fasilitas dan infrastruktur pemerintah dan asset milik masyarakat rusak serta hancur (detikcom, 5/10/2010).
</div><div><br></div><div> Dari kejadian ini tentunya mengingatkan kita dan juga semua pihak, terutama pemerintah untuk lebih tanggap terhadap upaya pemulihan kondisi hutan. Selain melakukan peningkatan kelestarian hutan untuk kepentingan keseimbangan tata air dan lingkungan hidup, diharapkan pemerintah dapat lebih serius dalam mengupayakan pelestarian hutan. Namun kenyataannya upaya tersebut belum sebanding dengan proses perusakan yang terjadi.
</div><div><br></div><div> Berbagai laporan dan informasi yang disampaikan banyak media yang mensinyalir terjadinya berbagai kasus illegal logging di wilayah tersebut. Bahkan pihak kepolisian sudah berkali-kali menangkap truk pengangkut kayu olahan hasil illegal logging dengan jumlah banyak. Kayu – kayu tersebut diturunkan dari daerah pegunungan seperti, Kec. Geumpang, Tangse dan Mane serta daerah-daerah pegunungan lainnya di Pidie. Ini artinya kinerja pengawasan petugas penjaga hutan di daerah pegunungan Tangse masih rendah.
</div><div><br></div><div> Bencana serupa juga pernah terjadi di Tangse pada tahun 1985, yang menyebabkan sebagian besar kemukiman Beungga, Kecamatan Titeu Keumala serta 5 kecamatan disekitarnya terendam banjir, sejumlah penduduk meninggal dunia dan hancurnya berbagai fasilitas publik. Bencana alam berupa banjir dan longsor terjadi di mana-mana. Tak dapat dipungkiri, bencana itu terjadi dipastikan akibat parahnya kerusakan hutan yang ditimbulkan oleh aktivitas illegal logging dan pembukaan lahan baru. Illegal logging memang mulai marak terutama setelah tsunami, di mana kebutuhan kayu sangat besar dalam masa rekonstruksi Aceh.
</div><div><br></div><div> Investasi modal dan eksploitasi sumber daya hutan merupakan ancaman besar bagi kelestarian hutan Aceh. Ke depan, kerusakan hutan akan tetap terjadi dan bahkan terus meningkat apabila upaya yang dilakukan pemerintah sekedar semacam ”gertak sambal” ala Moratorium Logging. Kita memang prihatin dengan kerusakan hutan di daerah kita. Kehidupan mendatang akan sangat tergantung pada apa yang kita lakukan sekarang dalam menyelamatkan hutan dan lingkungannya.
</div><div><br></div><div> Perusakan sumber daya hutan di tanah air kita menghadapi tantangan berat karena hutan tetap jadi sasaran utama pihak pihak tertentu ingin mencari keuntungan dalam jumlah besar dengan pekerjaan mudah.
</div><div><br></div><div> Kini sudah saatnya kita mempertahankan keberadaan sumber daya hutan dan meningkatkan kawasan yang berfungsi hutan agar kelestarian hutan dapat terjaga dengan baik. Hal ini paling tidak akan mengurangi ancaman bencana alam lebih parah, yang kini tengah mengintai kita. Terlebih di musim-musim penghujan seperti sekarang ini.(Sumber : Siaran Pers WALHI Aceh, Jum’at, 11 Maret 2011).
</div><div><br></div><div>Lantas apa yang menyebabkan Ilegal loging belum bisa di atasi?
</div><div><br></div><div> Penulis tidak bisa memungkiri bahwa sangat sulit untuk mengatasi persoalan illegal loging, apalagi penyebabkan daripada banyak terjadi ilegal loging, di sebabkan banyak sekali masyarakat di sekitar itu tidak memiliki lapangan pekerjaan yang layak, sehingga tidak ada pilihan lain selain kembali melakukan Illegal loging, terlebih lagi sangat sulit di zaman sekarang untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan memadai.
</div><div><br></div><div> Beradasarkan hasil wawacara dengan warga setempat kemiskinan menjadi persoalan yang cukup kompleks yang terjadi, Lihat saja di tahun 2015 BPS mengeluarkan hasil riset diaman di Indonesia dengan jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,51 juta orang (11,13 persen) (sumber data dari BPS).di tambah lagi Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), mencatat bahwa angka Pengagguran di Indonesia mencapai 5,61 juta orang pada Agustus 2016.
</div><div><br></div><div> Menurut BAPPENAS, kemiskinan adalah situasi serba kekurangan karena keadaan yang tidak dapat dihindari oleh seseorang dengan kekuatan yang dimilikinya.dan juga Menurut Suparlan, kemiskinan adalah standar tingkat hidup yang rendah karena kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang bila dibandingkan dengan standar kehidupan yang berlaku di masyarakat sekitarnya.
</div><div><br></div><div> Menurut hemat penulis kemiskinan itu sendiri dapat di sebabkan oleh beberapa hal, dalam hal ini penulis mencatat bahwa ada tiga sebab utama yang menyebabkan kemiskinan, pertama, pengangguran, pengangguran merupakan suatu kondisi yang membuat seseorang tidak memiliki pekerjaan, dengan tidak adanya pekerjaan tentunya dapat berefek dengan tidak ada penghasilan yang di peroleh oleh seseorang, kedua, menurut hemat penulis, tingkat pendidikan yang rendah, pendidikan merupakan suatu hal yang penting untuk membentuk keterampilan seseorang, seseorang yang memiliki pendidikan yang tinggi tentunya lebih banyak memiliki keterampilan dan keterampilan merupakan sesuatu yang penting, tidak adanya keterampilan maka sudah barang tentu membuat orang tersebut sulit bersaing untuk memperoleh lapangan pekerjaan, dengan demikian pendidikan yang tinggi merupakan hal yang amat penting, ketiga atau yang terakhir, yaitu keadaan alam, maksud keadaan alam di sini ialah, seperti banjir, tanah longsor, gunung meletus dan sebagainya, dimana dengan keadaan alam yang tidak menentu ini dapat merusak mata pencarian seseorang, contoh seperti seorang petani, di saat petani tersebut akan melaksanakan panen besar tiba-tiba ada musibah banjir, tentunya padi tadi semuanya mati yang berefek, ke dalam kerugian materi yang begitu banyak.
</div><div><br></div><div> Kemiskinan dan kejahatan merupakan hal yang begitu dekat, seseorang yang berada dalam kemiskinan maka kerap sekali melakukan kejahatan, hal tersebut di sebabkan seseorang tersebut harus menutupi tuntutan kehidupan yang bersifat meteri atau kata lain untuk memenuhi segala sesuatu kebutuhan hidupnya.
</div><div><br></div><div> Kejahatan bisa beragam baik itu, mencuri, merampok atau melakukan pembalakan liar, atau dengan kata lain Ilegal logging, di mana ilegal logging merupakan suatu perilaku yang memang sudah melawan hukum sebagaimna telah penulis paparkan di atas, bahkan banjir yang kerap sekali terjadi di wilayah Pidie, hampir rata-rata di sebabkan tidak adanya pohon-pohon, dimana pohon-pohon tersebut memiliki fungsi untuk menyerap air hujan tersebut, dengan tidak adanya yang menyerap air hujan maka sudah barang tentu dapat menyebabkan musibah banjir, tentunya dengan musibah banjir dapat merusak dan juga menganggu aktivitas warga seperti biasanya.
</div><div><br></div><div> Segala sesuatu yang melawan hukum ataupun aturan yang telah di buat adalah segala sesuatu yang sangat buruk, karena pada dasarnya setiap aturan di buat hanya untuk kemaslatan masyarakat, seperti halnya pelarangan pembalakan liar, karena pembalakan liar ini dapat merusak ekosistem hutan.
</div><div><br></div><div>Lantas apa solusi yang tepat untuk mengatasi persoalan tersebut?
</div><div><br></div><div> Menurut hemat penulis ada salah satu cara yang sangat tepat untuk mengatasi persoalan ini, karena pada dasarnya persoalan ini sangat erat kaitannya dengan kemiskinan yang di miliki oleh masyarakat setempat. Maka daripada itu cara yang tepat tersebut adalah dengan membuka lapangan pekerjaan bagi penduduk setempat, illegal loging, sangat erat kaitan dengan pekerjaan, menurut wawacara penulis dengan salah satu aparat dalam jajaran polesk Mane, beliau mengatakan bahwa sangat sulit dan sangat berat untuk mengatasi persoalan illegal loging ini, satu sisi kami harus menjalankan intruksi undang-undang, dan satu sisi lain kami sebagai makhluk sosial sangat perihatin dengan keadaan masyarakat sekitarnya yang tidak memiliki pekerjaan dan juga tidak memiliki keahlian lain, selain melakukan pembalakan liar ini.
</div><div><br></div><div> Dengan demikian membuka lapangan pekerjaan adalah solusi yang tepat, karena pada dasarnya mereka melakukan pembalakan liar atau dengan kata lain illegal loging adalah untuk memenuhi tuntutan hidup, yaitu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi banyak daripada mereka yang sudah berkeluarga, sehingga sudah memiliki tangunggan, maka membuat mereka tidak ada pilihan lainnya, selain kembali melakukan pembalakan liar tersebut, walaupun mereka mengetahui dampak yang akan di peroleh di saat dilakukan pembalakan liar tersebut.
</div><div><br></div><div> Oleh kerenanya, membuka lapangan pekerjaan adalah solusi yang jitu, di dalam menyelesaikan persoalan ini, semoga kedepan pembalakan liar di pidie tidak ada lagi, penulis begitu optimis menatap masa depan tersebut. aminn.
</div><div><br></div><div><b>*)Penulis : Munawwar</b></div><div><b>Tempat tinggal: Tanjung selamat
</b></div><div><b>Organisasi: Political club Fisip Unsyiah
</b></div><div><b>No. Hp: 082367991055
</b></div><div><b>Moto; “Hari esok harus lebih baik daripada hari ini”
</b></div><div><br></div><div>
</div><div>
</div><div>
</div><div>
</div><div>
</div><div>
</div><div>
</div><div>
</div>Jakfarhttp://www.blogger.com/profile/04458300835549416198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-879662781420047963.post-48955497457269758882021-02-03T10:45:00.003+07:002021-02-03T16:24:24.693+07:00Gombalisme MoU Helsinki <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhctolzlpHItYcIwl5woy2RZuvqAvCmPsjXnI2h3ZXS4ViXKmX9vvnaCAmhmDJdkbGaybhhjOt0tCbe2IisrdM5AMtvqUW7-6nTIwIO8thYwqwCmh6VO0no_FMLtHFQ8coo8pOCwKNgegZ9/s1600/1612323927902985-0.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhctolzlpHItYcIwl5woy2RZuvqAvCmPsjXnI2h3ZXS4ViXKmX9vvnaCAmhmDJdkbGaybhhjOt0tCbe2IisrdM5AMtvqUW7-6nTIwIO8thYwqwCmh6VO0no_FMLtHFQ8coo8pOCwKNgegZ9/s16000/1612323927902985-0.png" />
</a>
</div><br /><div><br /></div><div>Perang paling sulit adalah perang melawan ketidakpedulian
<div>Mustafa Kemal Attartuk</div><div><br /></div><div>
</div><div> Terlihat seperti tidak ada harapan sedikitpun untuk menyelamatkan nilai manusia melalui program penegakan HAM. Kondisi seperti ini menampilkan gombalisme kolektif yang dipelopori oleh Pemerintah. Gombalisme dengan mekanisme peyakinan masyarakat atas kenyataan yang mereka alami, telah mengarahkan korban politik (perang) selayaknya domba yang digembala. Pengaruh dari bisikan-bisikan ponerolog menjadi penentu HAM dikubur atau diselamatkan.
</div><div> Proses politik yang selama ini dimainkan, tidak lebih dari absurditas kebijakan atas pemaknaan nilai ontologis manusia. Kebijakan nir-moral tentang penyelamatan, pemeliharaan dan penegakan HAM sengaja diluputkan dari liputan ingatan para generasi. Didukung pula oleh ketidakpedulian muda-mudi dewasa ini, maka program pelupaan massal (Collective Amnesia) berlaku tanpa hambatan dan itu semakin mengkritstalkan impunitas. Reformasi 1998 secara nasional dan 2005 secara khusus di Aceh, semakin meruncingkan apa yang disebut Galtung sebagai Systemic Violence (Kekerasan Tersistem).
</div><div><br /></div><div> Ada pepatah mengatakan, Nothing New Under The Sun (tidak ada yang baru di bawah mentari). Tentu hal tersebut menginformasikan kepada makhluk yang memiliki akal sehat, bahwa setiap tragedi yang terjadi pada masa lalu, sekarang dan masa depan hanyalah pengulangan dengan pola-pola modernitas. Proses etis dari seluruh program politik untuk menyelesaikan setiap inci kekerasan masa lalu itu, tidak lebih segudang dusta dengan bungkusan retorika kerakyatan. Patokrasi yang bermula semenjak proyek pembodohan umat melalui politik verbal, menjadi sangat menjanjikan untuk dilakukan.
</div><div><br /></div><div>
</div><div><b>Gombalisasi Politik Asasi
</b></div><div> Gombal lebih dikenal oleh banyak orang sebagai pertunjukan humor nir-makna, yang dilakoni oleh para pembual, guna memberikan hiburan bagi masyarakat dengan kehidupan putus asa. Dalam lingkup lebih kecil, geombal sering dilakukan oleh seorang lelaki terhadap seorang wanita, dengan tujuan untuk meluluhkan hati si wanita. Atau sebagai proses pengindah suasana bagi orang-orang sedang dirudung rasa ingin menguasai. Dalam kebiasaan psikologi, proses pendekatan yang dilakukan seseorang dengan cara menggombal, berpotensi si pelaku gombal ingin menjadi pihak yang paling dibutuhkan oleh si pendengar.
</div><div><br /></div><div> Keadaan demikian, menuntun pendengar (rakyat) menjadi objek yang paling rentan untuk dimanipulasi bahkan paling parah, diperbudak oleh kebutuhan mereka sendiri. Praktik politik seperti itu hanya berlaku pada masyarakat yang meminjam istilah Collier (2004) Dead-Lock Orientation Societies (masyarakat tidak percaya diri dan putus asa). Ketidakpercayaan diri dan keputusasaan yang mereka alami, adalah ekses dari peperangan begitu parah menghantam psikologi mereka.
</div><div><br /></div><div> Politik gombalisme, sama sekali tidak melihat kondisi itu sebagai sesuatu yang penting untuk diseriusi, malah menilai hal demikian sebagai efek natural sebuah perang. Dengan kata lain, definisi ontologis sudut pandang semacam itu adalah, membenarkan praktik immoral dan dehumanisasi dalam peperangan, dan menggombalkannya pada masa sekarang dengan membawa nama konstitusi. Ilmu politik menyebutnya dengan istilah impunitas.
</div><div><br /></div><div> Moral Chaos yang menjadi rutinitas masyarakat, baik korban awal maupun korban terbaru, menunjukkan betapa runyam-nya konteks pengelolaan substantial needs manusia di Indonesia. Rezim insfrastruktur begitu menyolok, mengubah manusia bangsanya seolah robot yang dikontrol dengan berbagai macam Top-Down Policies. Kapasitas daya pikir tidak sama sekali dimiliki oleh pemilik (penggombal) kebijakan. Semuanya harus sesuai keinginan sekelompok borju, kapitalisasi segala sisi.
</div><div><br /></div><div> Penggombal dan pembual menjadi satu kelompok, yang eksistensi mereka sama sekali tidak memiliki esensi. Hal itu semakin diperparah pada saat-saat masyarakat didesak dan disesaki pesta demokrasi. Gombalisasi asasi manusia yakni senjata untuk menembak para konstituen menggunakan segenap kuasa kata, kuasa media bahkan kuasa Tuhan yang dimanipulasi. Kesemuanya dilakukan dalam momen Pemilu, dipraktikkan oleh para penipu (penggombal) dan didukung oleh para penyabu (pembual). Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt dalam karya mereka How Democracies Dies (2018) menyebutnya, pembusukan demokrasi sering dilakukan oleh mereka yang memenangkan kompetisi politik dengan cara tirani dengan mengatasnamakan demokrasi. Dengan kemenangan itulah, cabang kekerasan semakin berkembang.
</div><div><br /></div><div> Penguasa dan para budak pendukungnya, menjadi tameng paling penting untuk membenamkan destruktifikasi asasi yang dilakukan otoritas pada masa dahulu. Kristalisasi impunitas semakin menjadi-jadi ketika orang baik yang tidak tegas menjadi tumpuan negara. Tidak pentingnya nilai manusia, juga disebabkan saat kebaikan terlalu lembek menghadapi sekumpulan ponerolog (Setan Politik).
</div><div><br /></div><div>
</div><div>
</div><div><b>Idi Cut-Arakundoe: Rute Penggombalan Kehidupan
</b></div><div> Rabu, 03 Februari 1999 dinihari, durasi waktu dari pukul 01.00-menjelang azan Subuh, praktik menggombali kehidupan orang lain dimainkan sangat apik, oleh aparat bersenjata. Arogansi militerisme telah membawa gombal-petaka pada kala itu, hingga menyisakan puing-puing drama-aniaya. Petaka sejenis demikian, tidak hanya terjadi di Aceh, hampir diseluruh daerah mengalami hal serupa, dilakukan oleh kelompok yang sama, dengan menggunakan alasan yang sama; demi keamanan negara. Stanley Milgram (1974), dalam bukunya tentang kepatuhan pasukan muda Nazi, Obedience To Authority: An Experimental View menyuguhkan gagasan bahwa, kekerasan yang dilakuan oleh Pemerintah terhadap musuhnya, tidak akan berjalan sempurna, tanpa ada pion yang melaksanakannya. Artinya, ada orang-orang yang menerima perintah secara total (Men Just Following Orders), untuk mewujudkan kehendak si penggombal.
</div><div><br /></div><div>Kemudian apa yang menjadi program saat ini untuk mengurai tragedi tersebut, hanyalah pelipatgandaan gombal-gombal selanjutnya dilakukan oleh mereka yang menyebut diri pejuang. Aceh mengalami dua kali reformasi, dan kedua-duanya gagal. Reformasi secara nasional pada 1998, dan reformasi secara otonom pada 2005. Melihat Aceh seharusnya bisa lebih terang menggunakan kacamata 2005, atau kacamata MoU Helsinki, malah sebaliknya, semakin dipakai, semakin membutakan.
</div><div><br /></div><div>Frekuensi kekerasan dalam proses merealitakan seluruh janji 2005 silam cenderung tinggi, termasuk juga kecenderungan untuk melahirkan korban baru (New Victims), mengorbankan yang telah menjadi korban (Re-victimisation), dan setiap korban dalam peristiwa politik, adalah selalu mereka yang tidak mengetahui apapun (Innocent Civillian). Acapkali barbarisme perang adalah hukum itu sendiri, Tindakan illegal adalah keharusan, diulang berkali-kali, maka saat itu terbentuklah banalitas kebiadaban perang. Hal yang sangat bertentangan dengan hukum perang.
</div><div><br /></div><div>Gaungan terlalu keras tentang kekhususan Aceh hanya mengkusutkan esensi manusia Aceh itu sendiri, dikusutkan oleh mereka yang terlalu pekak dengan erangan siksa dari pedihnya kebijakan. Praktik anggota parlemen dalam kesehariannya hanya mempertontonkan kebodohan cara berpikir, kemalasan berbuat ikhlas, keserakahan mengeruk modal hingga memporak-porandakan moral yang masih sedikit lagi tersisa. Begitupun dengan eksekutif, tuli total dengan segenap tanggung jawabnya. Akumulasi Tindakan demikian adalah bukti, betapa hebatnya mereka menjadi penggombal, menggombali hingga menumbalkan konstituen mereka menggunakan kata suci “perjuangan” di balik tirai tiap lembaran Nota Kesepahaman 2005.
</div><div><br /></div><div>Perwujudan yang begitu paradoks telah mengantarkan Aceh dalam kelumpuhan dengan segenap kekuatan yang (pernah) dimiliki. Tidak ada nilai substansial sedikitpun dalam tindakan politik hari ini. Perang pada hari kemarin diyakini sebagai kesuksesan bagi para penikmat gila materi, dan selalu menjadi kegagalan bagi mereka yang tersisihkan. </div><div><br /></div><div>Perang; yang langsung maupun tidak langsung juga menjadi bagian gombal-gombal kebijakan. Sebuah tontonan politik yang dinikmati para ponerolog, ditepuk, diteriaki dan disoraki oleh budak-budak mereka. Nota Kesepahaman 2005 itu menjadi lembar perdamaian bagi politisi dan elit ku’eh (licik).
</div><div><br /></div><div>Hari ini, kembali pada Rabu, 03 Februari 2021, setelah 22 tahun gombal dini hari, kacamata Nota Kesepahaman 2005 itu belum bisa memperlihatkan Aceh dengan kebenaran terangnya. Kekerasan gombalisme itu terus menjadi retorika temporal para ponerolog untuk mengabadikan diri mereka dalam kancah gombal-gombal lainnya. Dengan fakta seperti ini, Nota Kesepahaman 2005 menjadi rujukan strukturisasi gombalisme internasional untuk Aceh dan Indonesia. Bila Aceh tidak bisa diterangi dengan kacamata MoU Helsinki, tentu saja bisa diterangi menggunakan kacamata gombalisme identitas maupun gombalisme modalitas. Alfatihah kepada seluruh korban kebejatan gombalisme 03 Februari 1999, di depan Mapolsek Idi Cut, dan tujuh korban meninggal di buang ke sungai Arakundoe, Kecamatan Julok Aceh Timur. Indonesia tidak sedang baik-baik saja. Alfatihah, Tuhan Maha Adil.
</div><div><br /></div><div>*) Penulis: Iping Rahmat Saputra </div><div>Dosen Ilmu Resolusi Konflik FSH UIN Ar-Raniry
</div><div><br /></div><div>
</div><div>
</div><div><br /></div></div>Jakfarhttp://www.blogger.com/profile/04458300835549416198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-879662781420047963.post-44730093521387898002020-12-16T12:27:00.000+07:002020-12-16T12:27:06.038+07:00Fanatisme Beragama di Aceh<div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOhdCo1z47vvWqIX3peqEDnsqOtqNyJUMya2kBFTiPZoJgfMr2VQSnF1qrn6_LLPMuF36hjZwMzPt2ae5iIEgSVJ5NdFwXWrFWAjK-Ia_NY7N1jHxrXA5LMhTSGDNpddXWaBoyfJeh5WrD/s1600/1608096418261609-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOhdCo1z47vvWqIX3peqEDnsqOtqNyJUMya2kBFTiPZoJgfMr2VQSnF1qrn6_LLPMuF36hjZwMzPt2ae5iIEgSVJ5NdFwXWrFWAjK-Ia_NY7N1jHxrXA5LMhTSGDNpddXWaBoyfJeh5WrD/s1600/1608096418261609-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div>Aceh merupakan salah satu daerah yang diberikan otonomi khusus untuk mengatur daerahnya, hal ini memberikan peluang bagi pemerintah Aceh untuk menerapkan sistem pemerintah sesuai dengan syariat Islam, mulai dari mengatur urusan ekonomi, hukum, sosial, budaya dan sebagainya. Akibatnya beberapa pihak berpendapat bahwasannya Aceh sangat fanatik akan agama Islam. Karena faktor itulah banyak yang mengaitkan kejadian pembongkaran gereja secara paksa di Aceh singkil itu karena sikap fanatik akan agama Islam.
<div><br><div>Pembongkaran gereja secara paksa di aceh singkil dilatar belakangi karena gereja yang didirikan di Aceh singkil itu tanpa adanya surat izin mendirikan bangunan dari pemerintah setempat. Kalau kita liat di dalam peraturan Gubernur Aceh Nomor 25 Tahun 2007 tentang Pedoman Pendirian Rumah Ibadah di Aceh syarat utama yang harus diajukan untuk membangun rumah ibadah harus menyertakan daftar nama dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) pengguna rumah ibadah paling sedikit 150 orang, adanya dukungan dari pemerintah setempat paling sedikit 120 orang yang disahkan oleh Lurah/Geuchik setempat, serta mendapat rekomendasi tertulis dari kantor departemen agama kabupaten/kota dan forum kerukunan umat beragama kabupaten/kota.
</div><div><br></div><div>Sedangkan jumlah pengguna rumah ibadah tepatnya di desa siompin kecamatan suroh telah memadai, yakni 525 jiwa. Sementara berdasarkan peraturan Gubernur syarat minimal pendirian rumah ibadah ketika daftar nama KTP pemeluk agama mencapai minimal 150 jiwa. Mengenai surat pemberian izin pimpinan gereja Aceh singkil mengatakan kalau sebelum mendirikan gereja mereka sudah mengajukan surat izin pembangunan ke kepala desa, camat, kantor urusan agama dan forum kerukunan umat beragama, tapi tidak ada kejelasan tentang surat pemberian izin untuk mendirikan gereja.
</div><div><br></div><div>Berdasarkan Pasal 127 undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh. Pemeritah Aceh mempunyai tanggung jawab atas penyelenggaraan pelaksanaan syariat Islam serta menjamin kebebasan, membina kerukunan, menghormati nilai-nilai agama yang dianut oleh umat beragama dan melindungi sesama umat beragama untuk mejalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya. Kasus pembongkaran gereja secara paksa di Aceh singkil itu berbanding terbalik dengan undang-undang tersebut yang mana tidak memberikan kebebasan beragama bagi kaum minoritas. Kalau kita berpedoman pada undang-undang tersebut pemerintah Aceh seharusnya memberikan kebebasan beragama bagi kaum non muslim yang tentunya kebebasan yang diberikan tersebut tidak bertentangan dengan aturan-aturan yang telah dibatasi oleh syariat Islam.
</div><div><br></div><div>Penyebab lainnya kenapa Aceh dikatakan sangat fanatik akan agama Islam itu dapat dilihat dari kebiasaan masyarakat Aceh yang menghukum si pelanggar syariat dengan disiram air kotoran, dipukuli, hingga diberi label dengan kata-kata sesat karena berbeda pemahaman dengan mereka. Sebagian masyarakat Aceh menganggap bentuk hukuman yang demikian merupakan bentuk sangsi yang sesuai dengan kebiasaan, adat istiadat dan budaya orang Aceh sendiri yang sangat kental akan nilai-nilai keislaman yang diwariskan secara turun-temurun. Orang Aceh menganggap melanggar syariat Islam sama dengan melanggar adat dan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Padahal budaya Aceh itu diadopsi dari nilai dan norma syariat Islam yang harusnya menghormati nilai-nilai kemanusiaan dan anti akan kekerasan. </div><div><br></div><div>Mengedepankan cara dan mekanisme yang terhormat serta mencegah tindakan kekerasan massa sebagai salah satu arternatif dalam menghukum bagi si pelanggar syariat Islam di Aceh agar kasus-kasus tersebut tidak terjadi lagi karena diakibatkan oleh faktor kesalah pahaman.
</div><div><br></div><div><br></div><div><br></div><div>*) Penulis: Siti Rafizah</div><div>Mahasiswa Hukum Tata Negara Syari'ah UIN Ar-Raniry</div><div>
</div><div><br></div></div>Jakfarhttp://www.blogger.com/profile/04458300835549416198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-879662781420047963.post-91254702742891958582020-12-12T21:11:00.000+07:002020-12-12T21:11:02.389+07:00KEKERASAN TERSELUBUNG DALAM DUNIA PENDIDIKAN<div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrgNQgBfrHRJl5e3YuAawv-kC-7qDcDC7EDIY0FU6aYiEUcm1OMoYv4QRPalH2uiyrAm9iPT4DgtmNVmjY8_oZ64jNlZ7xyhyEZNcv5oISOC-_oCL5VfYlH29p6Qj3jU3DWyfSa1bO4-Yo/s1600/1607782257600918-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrgNQgBfrHRJl5e3YuAawv-kC-7qDcDC7EDIY0FU6aYiEUcm1OMoYv4QRPalH2uiyrAm9iPT4DgtmNVmjY8_oZ64jNlZ7xyhyEZNcv5oISOC-_oCL5VfYlH29p6Qj3jU3DWyfSa1bO4-Yo/s1600/1607782257600918-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div>Maraknya masalah kekerasan dalam dunia pendidikan, dimana sekolah menjadi tempat yang nyaman untuk belajar dan bermain dengan teman-temannya berubah menjadi tempat Neraka. Menurut Undang-undang Nomor 35 Tahun 2004 tentang perlindungan anak kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, spikis, seksual dan/atau penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara paksa. Kekerasan juga merupakan suatu perilaku dengan mengitimidasi korban baik secara fisik, verbal dengan senggaja membuat korban sengsara karena ketidak pedayaannya untuk melawan.</div><div><br></div><div>Kekerasan bisa terjadi dimana saja di lingkungan masyarakat, lingkungan kerja bahkan di lingkungan pendidikan itu sendiri. </div><div>Kurangnya perhatian terutama orang tua dan pihak sekolah sehingga mendukung adanya tindakan kekerasan yang terjadi antara pelajar di lokasi sekolah. Berdasarkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) berdasarkan data kasus se-Indonesia dari tahun 2011-2016 melaporkan bahwa pelaku dan korban bullying se-Indonesia berjumlah 2.652 kasus. Adapun di daerah Aceh Dinas Sosial Aceh juga memaparkan bahwa terdapat 32 kasus bullying pada tahun 2016, mulai dari tingkat SD, SMP, dan SMA bahkan Perguruan Tinggi di Provinsi aceh. Dari data diatas terlihat bahwa bullying menjadi salah satu masalah utama yang dihadapi oleh anak dan remaja, yang membuat para orangtua resah saat anak-anak mereka berada di luar rumah, sekolah maupun lingkungan sosial.</div><div><br></div><div>Pada umunya masyarakat mengenal kekerasan terjadi hanya secara fisik saja seperti pemukulan, Sehingga mudah untuk di deteksi karena ada luka secara fisik yang nampak di lihat, sedangkan secara verbal juga di sebut kekerasan yaitu seperti mengejeknya memberinya nama sebutan sehingga peserta didik merasa tergangu di sekolah. Tidak hanya sampai disitu kekerasan bullying juga bisa terjadi melalui media sosial dalam bentuk ancaman salah satu kasus yang baru terjadi di Tahun 2020 yaitu pelajar di Nagan Raya yang menjadi korban seksual dengan cara mengancam menyebar photonya kalau tidak mau berhubungan badan. Akhirnya peristiwa tersebut diketahui oleh orang tuanya karena korban hamil (https://aceh.antaranews.com/berita)</div><div><br></div><div>Tidak hanya kasus di atas, pada tahun yang lalu juga menimpa salah satu pelajar sekolah menengah atas perikanan di Aceh salah satu pelajar yang di ananiaya oleh senior yang berakhir dengan kematian, siswa tersebut ditemukan di belakang sekolah dalam keadaan tidak bernyawa. Masihkah mengangap remeh? </div><div><br></div><div> Peristiwa tersebut terungkap ketika nasi sudah menjadi bubur, bagaimana dengan kekerasan yang terjadi dalam lingkungan pendidikan yang terselubung? Tidak di ungkapkan atau senggaja di tutupi demi reputasi sekolah. Suatu peristiwa dengan candaan atau ulokan yang berakhir dengan tragis, Berawal dari bullying verbal lama kelamaan akan berubah menjadi bullying fisik. Bullying fisik dan verbal memiliki dampak yang buruk bagi seseorang terutama dapat mempengaruhi mentalnya seperti depresi, penarikan sosial, tidak percaya diri, bahkan bunuh diri, dan juga keluhan pada fisik jika mengalami bullying fisik. </div><div><br></div><div> Peristiwa bullying terjadi di setiap sekolah terutama bullying verbal namun pihak guru, dan juga sekolah beranggapan itu merupakan hal yang wajar terjadi di masa usia mereka sehingga banyak pelajar yang menjadi korban bullying di sekolah tanpa diketahui oleh guru atau diketahui tapi sering di abaikan. Dampak dari bullying atau kekerasan baik secara fisik atau psikis tidak bisa di sepelekan karena akan meninggalkan bekas yang begitu menyakitkan bagi si korban, bahkan tidak jarang dari seseorang yang menjadi korban berubah menjadi pelaku bullying. Untuk itu pihak sekolah, guru jangan menyepelekan tindakan kekerasan baik yang terjadi secara fisik atau psikis harus segera di atasi sebelum memakan korban. Harus menindaklanjuti jika ditemukan peristiwa bullying karena berawal dari saling mengejek berakhir dengan fisik. Jangan menutupi tindakan kekerasan demi reputasi sekolah karena tindakan kekerasan atau bullying bersifat fatal. </div><div><br></div><div> Selain itu juga sangat penting peran orang tua dalam mencegah terjadinya bullying terselubung dalam dunia pendidikan. Gunakan waktu sebaik mungkin sesibuk apapun untuk bisa mengobrol dengan anak, biasakan bercerita dengan anak sehingga anak bersifat terbuka dan bisa bercerita apa yang di alaminya di sekolah, dengan begitu jika orang tuanya sudah mengetahui agar dapat segera di proses agar hal-hal yang tidak di inginkan tidak terjadi dan berlarut lagi. Karena jika tidak di atasi tindakan tersebut akan terus berlanjut lagi.</div><div><br></div><div>*)Penulis: Roza Maiza Sova</div><div>Mahasiswa Hukum Tata Negara UIN Ar-Raniry</div>Jakfarhttp://www.blogger.com/profile/04458300835549416198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-879662781420047963.post-25252742636666305522020-12-11T23:43:00.001+07:002020-12-11T23:43:29.979+07:00Transparansi Pemberantasan Korupsi
Di Indonesia
<div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjq8kxUPrUckhmyuRDTo9Eaz5UNh3VltmjVR9l8FPljR9ufDZDMT6BwztrnOnIpqsx0MK1YC_LcyI62RKa2Ppo2oxJBsK3CoxcNhRas7JuAKN2oOgRZYiB3x3WBOPTbjr0R8oVhCQpMofdL/s1600/1607705003176227-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjq8kxUPrUckhmyuRDTo9Eaz5UNh3VltmjVR9l8FPljR9ufDZDMT6BwztrnOnIpqsx0MK1YC_LcyI62RKa2Ppo2oxJBsK3CoxcNhRas7JuAKN2oOgRZYiB3x3WBOPTbjr0R8oVhCQpMofdL/s1600/1607705003176227-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div>Indonesia adalah Negara kepulauan yang terkenal dengan kekayaan alamnya dari pulau sabang sampai merauke, Indonesia juga terkenal dengan Negara hukum sebagaimana telah diamanatkan dalam konstitusi pasal 1 ayat 3 UUD Negara Republik Indonesia pada tahun 1945 dengan berbagai kekayaan produk hukum nya yang mengatur seluruh masyarakat yang ada di daerah Indonesia.<div><br>
<div>Pada masa pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin,banyak sekali terdapat perubahan dan produk hukum baru dari produk hukum yang terkecil sampai terbesar, dan salah satunya adalah produk hukum KPK yang terbaru yaitu Undang-undang nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan kedua atas undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi Pemberantasan Tindak pidana korupsi.Yang diharapkan oleh pemerintah atas perubahan ini terselenggaranya lembaga yang bisa memberantas korupsi dengan transparansi nya,namun setelah terjadinya perubahan, OTT (operasi tangkap tangan) sudah jarang terjadi, tidak seperti dulu. hal ini disebabkan karena sekarang pemeriksaan dilakukan secara bertahap, sehingga sebelum diperiksa pihak yang bersangkutan akan mengetahui nya terlebih dahulu.
</div><div><br></div><div>Lalu! apakah kita menyadari, bahwa Keadaan Negara kita tidak seperti yang kita lihat sekarang? masalah semakin menggejola di dalam pemerintahan, dimana pemerintah kita mulai memikirkan kelompoknya sendiri dan tidak mengutamakan kebutuhan rakyat. Di Indonesia sekarang banyak terjadi korupsi, dimana kelompok atas lebih mementingkan dirinya sendiri. mulai dari pemerintah kelas atas, Gubernur, Bupati, Camat, bahkan sampai ketua kelurahan melakukan korupsi. Para penegak hukum yang seharusnya memelopri agenda pemberantasan korupsi, justru terjebak dalam praktik korupsi sendiri.
</div><div><br></div><div>Sama halnya seperti yang terjadi di Indonesia sekarang, Lagi-lagi kasus korupsi yang terjadi di sebabkan karena kerakusan para pejabat. banyak petinggi di daerah tersebut melakukan korupsi hanya untuk memenuhi kebutuhan nya sendiri tanpa memikirkan nasib rakyat kelas bawah.
</div><div><br></div><div>Kasus ini terjadi karena adanya kesempatan, lalu kenapa adanya kesempatan? Berarti ada hukum yang tidak fleksibel atau tidak bagus, sehingga ada kesempatan untuk para koruptor Bahkan sampai saat ini, masih banyak kasus korupsi yang belum terselesaikan.
</div><div><br></div><div>Contohnya, Harun Masiku sampai saat ini belum diketahui keberadaannya yang seharusnya sekarang dia harus menerima resiko akibat perbuatannya tersebut, namun yang seperti saya sampaikan tadi bahwa hukum yang tidak fleksibel membuatnya seperti hilang ditelan bumi.
</div><div><br></div><div>Kasus yang membuatnya harus ditangkap KPK adalah dugaan suap, Harun menghilang sejak OTT berlangsung. keberadaan titik terakhir Harun di sekitar perguruan tinggi ilmu kepolisian,yang diselidiki oleh tim penyidik KPK.
</div><div><br></div><div>Selain Harun,ternyata masih ada lagi politikus PDIP yang masih hilang hingga kini. dia adalah Ali Fahmi atau lebih dikenal Ali Habsyi, ia juga tersangkut kasus suap, namun kasus suap yang menimpa nya adalah kasus suap pengadaan satelit di badan keamanan laut.pada akhir januari 2017, Ali fahmi diperiksa di KPK namun sejak saat itu dia menghilang, tidak pernah hadir bersaksi di persidangan.
</div><div><br></div><div>Melihat dari segi study komperatif membandingkan kasus korupsi di Indonesia dengan kasus korupsi yang terjadi di luar negeri. Di Indonesia para pelaku korupsi lebih tepatnya dibilang koruptor menggunakan kekuasaan politik untuk memperkaya diri yang kemudian setelah tertangkap,”tikus-tikus korup” itu dengan berbagai dalih berusaha mengelak dari dakwaan. Selain itu perkara yang ditangani KPK didominasi oleh sektor insfrasuktur yaitu pengadaan barang dan jasa. Sektor ini dinilai memiliki komposisi anggaran dalam jumlah sangat besar.
</div><div><br></div><div>Oleh karena itu, seperti paparan diatas saya memberikan solusi adanya yudicial review terhadap undang-undang nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan, kedua atas undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi pemberantasan tindak pidana korupsi. sehingga diharapkan akan adanya hukum yang progresif sehingga bisa menciptakan hukum yang telah didambakan untuk keberlangsungan tindakan hukum yang baik, cepat, sehingga tercapai apa yang telah di cita-citakan oleh masyarakat dan Negara Indonesia.
</div><div><br></div><div>*) Penulis: Silva</div><div>Mahasiswi Hukum Tata Negara, UIN Ar-Raniry</div><div><br></div></div>Jakfarhttp://www.blogger.com/profile/04458300835549416198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-879662781420047963.post-44572236432427836442020-12-09T22:03:00.000+07:002020-12-09T22:04:17.111+07:00Kebudayaan dalam Teori Hubungan Internasional<div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirUrCh0nCDo6p3Nmr22VbtrhzMiM_d7R464TXxBorfxjaxMirbAgF3ryhSh4LpoNmu63OddBPk67Mmr5L9q4CHhFEoAtZkIvaq-4ie5lz5xJAVu1Mr3CJlFiyI_5Ot4HPHPu0tJ9bPZIlk/s1600/1607526225482403-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirUrCh0nCDo6p3Nmr22VbtrhzMiM_d7R464TXxBorfxjaxMirbAgF3ryhSh4LpoNmu63OddBPk67Mmr5L9q4CHhFEoAtZkIvaq-4ie5lz5xJAVu1Mr3CJlFiyI_5Ot4HPHPu0tJ9bPZIlk/s1600/1607526225482403-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div>Keterlibatan masalah kebudayaan dalam hubungan internasional seringkali diingat sebatas performa kegiatan kesenian seperti lawatan kesenian atau pekan kesenian ke negara-negara asing. Jika di titik lebih jauh kita akan menemukan bahwa sebenarnya relasi kebudayaan dalam hubungan internasional dapat lebih daripada itu titik dapat dikatakan bahwa masalah hubungan internasional sebagian besar merupakan masalah kebudayaan titik seperti halnya kita berinteraksi kepada sesama manusia, untuk berinteraksi kepada sesama manusia maka kita perlu mempelajari kebudayaan sehingga persahabatan atau Kerjasama yang dilakukan berjalan dengan mulus.
<div><br><div>Kebudayaan yang diciptakan manusia dalam kelompok dan wilayah yang berbeda menghasilkan keragaman kebudayaan setiap persekutuan hidup manusia masyarakat suku atau bangsa memiliki kebudayaan sendiri yang berbeda dengan kebudayaan kelompok lain yang dimiliki sekelompok manusia berbentuk ciri dan menjadi pembeda dengan kelompok lain dengan kebudayaan merupakan identitas bagi bangsa.
</div><div><br></div><div>Dalam rangka bangunan hidup manusia akan berinteraksi dengan manusia lain yang berhubungan dengan manusia demikian pula terjadi hubungan antara kebutuhan hidup manusia dari waktu ke waktu dan terus berlangsung sepanjang kehidupan manusia mengalami dinamika dalam pergaulan hidup manusia sebagai pemilik kebudayaan.
</div><div>Dengan demikian, dimengerti, mengetahui kebiasaan, adat istiadat, pantangan, tabu, kesukaan, tatacara dari penduduk suatu negara, diharapkan akan menimbulkan ketersinggungan yang mungkin muncul dalam berkomunikasi, maka pemahaman kebudayaan menjadi sangat penting dalam pergaulan hubungan internasional.
</div><div><br></div><div>Pemahaman kebudayaan ini sering sendiri sebetulnya dapat terlihat dalam kebiasaan-kebiasaan protokoler atau tata cara tata cara yang diatur dalam pertemuan-pertemuan, misalnya: bahasa-bahasa protokoler negosiasi, di mana tata cara menghormati, memberi salam, mengutarakan pendapat, bertanya, mengajukan usul diatur dan dipandu sedemikian rupa titik pemahaman kebudayaan tentu saja diperlukan untuk mensukseskan perundingan perundingan atau kerjasama-kerjasama.
</div><div><br></div><div>Relasi kebudayaan dan hubungan internasional lainnya dapat diutarakan dalam kerangka diplomasi kebudayaan titik Dalam hal ini, diplomasi sebagai salah satu kajian hubungan internasional, bukan hanya diartikan sebagai perundingan (negosiasi) saja, melainkan juga cara mengelola hubungan antar bangsa baik dalam keadaan damai maupun dalam situasi perang.
</div><div><br></div><div>Oleh karena itu, diplomasi kebudayaan dapat dibentangkan dari hal-hal yang bersifat mikro di mana kebudayaan dapat dianggap sebagai hal-hal yang berbaur kesenian namun juga sampai dengan kajian yang bersifat makro yang menganggap pengelolaan hubungan antarbangsa dipastikan melibatkan aspek kebudayaan dalam arti luas.
</div><div><br></div><div>Penggunaan diplomasi kebudayaan yang termasyhur oleh Amerika Serikat dilakukan di masa pemerintahan Richard m Nixon hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Tiongkok yang telah puluhan tahun tidak dibuka ketika rrt berada dibawah pemerintahan mau Zedong. Amerika Serikat mengirimkan salah satu tim olahraga pingpong yang kemudian terkenal dengan diplomasi pingpong.
</div><div><br></div><div>Relasi kebudayaan dan hubungan internasional dapat dipahami pula melalui konsep soft power oleh Joseph nye." Soft power is the ability to get What you wan Throught attraction rather than coercion or payments. It arises from the attractiviness of a country culture, political ideals , policies. When our policies are Seen As legitimate in the eyes of others soft power is enhanced." Maka unsur-unsur kebudayaan yang dimiliki suatu negara yang dikemas sedemikian rupa, dieksploitasi, kemudian dapat digunakan sebagai sarana untuk menarik perhatian negara lain, dengan demikian mengundang kerjasama dan akhirnya melangsungkan kepentingan masing-masing negara yang bersangkutan.
</div><div><br></div><div>Pada akhirnya, ada beberapa hal yang dapat menjadi catatan bahwa penerapan diplomasi kebudayaan yang sesungguhnya dapat dilakukan oleh siapa saja (bagi Indonesia ini dimungkinkan dengan apa yang dikenal sebagai multi track diplomacy), haruslah integral dan bersinergi dengan kebijakan politik luar negeri dan program-program lainnya yang dikoordinasikan oleh Departemen Luar Negeri.
</div><div>Keberhasilan diplomasi kebudayaan tentu saja ditentukan pula oleh faktor-faktor kekuatan ekonomi kewibawaan politik dan kekuatan militer serta konsistensi pelaksanaannya, karena sesungguhnya sasaran diplomasi kebudayaan adalah pembentukan opini. Maka diplomasi kebudayaan seringkali akan sangat efektif dan relevan dilaksanakan oleh negara-negara maju yang mempunyai kekuatan untuk menunjang diplomasinya.
</div><div><br></div><div>Hubungan internasional yang terjadi di dunia dapat dikaji melalui berbagai pendekatan dan meliputi berbagai aspek dalam kehidupan manusia. Selama ini analisis para akademisi terkait hubungan internasional hanya banyak bicara mengenai politik keamanan, militer, dan ekonomi. Seiring berjalannya waktu, para penstudi hubungan internasional mulai menyadari pentingnya menganalisis dunia internasional dengan menggunakan sudut pandang budaya atau kultur. Budaya merupakan salah satu Aspek penting yang dapat digunakan untuk mengkaji berbagai fenomena yang terjadi baik baik dalam ranah domestik maupun internasional meski seringkali dianggap remeh dan tidak memberi dampak yang signifikan .budaya, sebagaimana dunia internasional, tidak pernah bersifat statis namun selalu dinamis. Maka dari itu, keduanya saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain karena budaya dapat termasuk ke dalam salah satu aspek yang mendasari Perubahan tersebut namun juga dapat berkembang karena adanya dinamika dalam dunia internasional itu sendiri.
</div><div><br></div><div>Para akademisi memiliki cara pandang yang berbeda dalam mendefinisikan budaya.tyler dalam( Majie 2002) mengatakan bahwa Budaya adalah suatu kesatuan konteks yang meliputi ilmu pengetahuan, kepercayaan ,seni, hukum, adat istiadat, dan kapasitas lain yang dimiliki manusia.
</div><div><br></div><div>Sedangkan Clyde kluckholm beranggapan bahwa Budaya adalah sistem yang terbentuk dari sejarah manusia terkait ketahanan diri serta memiliki kecenderungan untuk disebarluaskan dalam suatu periode tertentu. Terdapat pula pendapat yang mengatakan bahwa dasar fundamental Budaya adalah kreativitas manusia atau dengan kata lain, segala hal yang berhubungan dengan manusia dapat dikatakan sebagai budaya. Secara singkat, Budaya adalah seluruh kekayaan material dan spiritual yang telah tercipta dari Catatan sejarah kehidupan manusia. namun, hal terpenting dari sebuah Kultur adalah orientasi nilai yang terkandung didalamnya. Nilai-nilai tersebut kemudian dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan perilaku dan keputusan seseorang atau sebuah negara. Lebih lanjut, memaparkan bahwa budaya atau kultur dapat mempengaruhi hubungan internasional dalam 5 model yaitu
</div><div>Pertama, budaya memiliki peran penting dalam pencapaian suatu negara karena budaya merupakan suatu dasar bagi kondisi spritual, etika, dan ekonomi dalam kehidupan manusia. </div><div><br></div><div>Kedua, kultur berperan sebagai navigasi pembuat keputusan suatu negara titik kultur dapat mendefinisikan nilai, kepentingan, kebiasaan, dan keinginan sehingga para pemimpin yang menganalisis dan menyelesaikan masalahnya sehingga melalui pandangan kultur yang berbeda akan menghasilkan kebijakan yang berbeda pula.
</div><div>Ketiga, kultur sebagai desainer dari struktur sosial dan ekonomi yakni kultur dapat mendasari pergerakan suatu institusi internasional dan dapat mempengaruhi peran negara di dalamnya. Struktur sosial dan ekonomi dan sosial yang terdapat dalam suatu peradaban banyak bergantung pada nilai-nilai budaya yang ada.
</div><div><br></div><div>Keempat kultur sebagai variabel penting dalam hubungan internasional yaitu pada dasarnya konflik konflik dalam politik global terjadi antara negara dan peradaban yang mana banyak dipengaruhi pula oleh perbedaan kultur karena kultur sendiri digunakan oleh negara sebagai penentu perilaku titik menjelaskan bahwa perbedaan kultur atau kultur Alga dapat menjadi salah satu sumber konflik dalam dunia internasional karena perbedaan orientasi nilai yang dimiliki negara negara. </div><div><br></div><div>Permasalahan kultur semakin marak terjadi pada masa pasca perang dingin Karena pada saat itu, kontradiksi yang ada tertutupi oleh peran 2 negara hegemon yang berkuasa. Maka ketika perang dingin berakhir, mulai muncul kembali konflik-konflik terkait etnis dan agama di berbagai wilayah dunia. Namun meski dapat memunculkan konflik, perbedaan kultur juga dapat berperan sebagai dasar Harmoni dan keselarasan dalam hubungan internasional. </div><div><br></div><div>Setiap kultur pasti mengandung nilai-nilai yang positif dan negatif sehingga perbedaan kultur yang ada dapat menyebabkan adanya refleksi diri dari masing-masing pihak dan sebagai pertukaran kebaikan. Menilik lebih dalam ,terwujudnya dapat dijelaskan dengan melihat kemajuan teknologi, kemudahan akses informasi, dan transportasi yang menyebabkan muncul Cultuur dunia yang cenderung seragam dan komplementer titik kesamaan kultur tersebut kemudian dapat menjadi dasar untuk bekerjasama karena mulai muncul interdependensi dan kepentingan bersama.
</div><div>Lebih lanjut pada pasca perang dingin, Cultuur Barat khususnya Amerika Serikat. Hak asasi manusia dipandang sebagai suatu hal yang universal dan harus ditetapkan oleh negara-negara lain. Hal ini kemudian menjadi senjata Amerika untuk menginterferensi kedaulatan negara lain dan untuk menghancurkan rezim-rezim yang menghalangi jalannya. Amerika Serikat memasukkan nilai-nilai liberalnya dalam intitusi internasional untuk mencapai kepentingan nasional yang sendiri. Interferensi humanitarian yang dilakukan oleh institusi internasional seperti PBB kepada negara-negara yang dianggap melanggar hak asasi manusia menjadi Axis penggunaan kekuatan militer untuk mengancam kedaulatan negara tersebut. Selanjutnya, penyebaran cultur dan paham liberal nya juga dilakukan melalui pasar dan komersil sebagai sumber komoditas. </div><div><br></div><div>Industri industri kreatif seperti televisi, film, dan siaran radio dimajukan agar dapat masuk ke pasar asing dan penyebaran menjadi semakin mudah. negara negara lain di dunia tidak serta merta menerima kultur dan ide yang disebarkan oleh negara barat tersebut. Keadaan dunia multipolar mulai memunculkan kompetitor-kompetitornya dengan penyebaran ideologi nya sendiri dan teori-teori terkait ancaman yang disebabkan oleh negara barat. Negara barat sendiri menyikapi hal ini dengan menganggap gerakan-gerakan tersebut adalah gerakan nasionalis yang berbahaya dan menentang hak asasi manusia.
</div><div><br></div><div>Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa selain isu-isu politik, ekonomi, dan keamanan yang seringkali dibahas dalam hubungan internasional, aspek lain seperti budaya juga merupakan hal yang penting untuk dikaji titik secara singkat Budaya adalah gabungan aspek material dan spiritual yang tercipta Melalui sejarah kehidupan manusia di dunia. Budaya atau kultur sendiri memiliki peran penting dalam hubungan internasional yakni sebagai dasar pencapaian suatu negara, navigasi pembuat keputusan, designer dari struktur sosial dan ekonomi, variabel penting dan sebagai dasar harmoni dalam tatanan dunia. seiring dengan perkembangan zaman khususnya pasca perang dingin, kultur mengalami perkembangan pesat yang juga mempengaruhi strategi negara-negara dalam menentukan langkah dan kebijakannya. Kultur sendiri dapat menyebabkan konflik karena adanya cultural antara satu peradaban dengan peradaban lain namun juga dapat menyebabkan integrasi antarnegara karena mulai muncul kultur dunia yang dianut oleh suatu negara tertentu sehingga dapat pula kepentingan bersama. </div><div><br></div><div>Memang tidak dapat dilihat dan diukur namun keberadaannya merupakan salah satu faktor penting dalam dinamika hubungan internasional.
</div><div><br></div><div>Berkembangnya peran budaya, terdapat 5 Fokus utama perjuangan budaya saat ini.
</div><div>Pertama mengenai diplomasi hak asasi manusia berdasarkan peradaban Barat. Bagi negara dunia ketiga, HAM barat tersebut dirancang hanya untuk melindungi kepentingan negara negara kuat tertentu dan letak negara lemah. Sehingga tujuannya tidak lain adalah hegemoni dan praktik politik kekuasaan. Hak asasi manusia dapat digunakan sebagai senjata guna mengganggu kedaulatan bahkan menumbangkan rezim negara lain.
</div><div><br></div><div>Kedua adalah negara-negara barat yang ingin menguasai institusi internasional dengan mengikuti nilai-nilai peradaban barat. Hal tersebut dilakukan semata-mata untuk melindungi kepentingan, mempertahankan dominasi dan mempromosikan nilai-nilai politik dan ekonomi Barat. Fokus selanjutnya yaitu intervensi baru dengan cara menyetel seperti yang dilakukan NATO di Yugoslavia.
</div><div>Keempat adalah jalan menuju kekuatan komoditi yang mana pihak Barat menggunakan kekuatan pasar untuk memajukan gagasannya atas nilai liberal dan demokratis dan fokus terakhir adalah memperkuat ekspansi budaya dengan dengan saran yang dikemukakan Huntington agar peradaban barat tetapi melainkan peran global. Khususnya, dengan cara kerjasama antara Eropa dan Amerika Utara dan mulai melibatkan negara-negara non barat dalam institusi. Jika barat terlalu memaksakan nilai-nilai dan kepentingan Barat nya maka berdampak tatanan internasional pun akan gagal berkembang dengan cara yang baik.
</div><div><br></div><div>Konfigurasi internasional pun mengalami perubahan akibat dari kekuatan budaya. Beberapa faktor yaitu adanya kesamaan dari pertukaran budaya yang pada akhirnya memperkuat ketergantungan. Kemenangan Amerika Serikat dalam perang dingin menunjukkan sebagai negara demokrasi yang paling kuat di dunia serta memperkuat nilai-nilai demokrasi nya. Berakhirnya Perang Dingin tersebut, interaksi dalam hubungan internasional pun semakin kompleks. jika sebelumnya konfigurasi bipolar, maka bergeser menjadi multipolar. Akibatnya, muncul relasi baru seperti Tiongkok, Amerika Serikat, Rusia, Jepang, dan Uni Eropa guna membangun kemitraan bilateral. Kunjungan para pemimpin juga rutin dilakukan untuk meningkatkan pemahaman, meminimalisir perbedaan dan memperkuat kerjasama. Singkatnya, pergeseran dalam konfigurasi internasional ini adalah penyesuaian kepentingan yang didorong oleh integrasi budaya dan saling ketergantungan hubungan. Namun tidak dipungkiri pula adanya kesenjangan budaya yang pasti menimbulkan perselisihan.
</div><div><br></div><div>Adanya interaksi kepentingan nasional maka negara pun cenderung akan saling ketergantungan titik contohnya adalah krisis Keuangan Tahun 1997 di Asia Tenggara yang berpengaruh di dunia. Konflik budaya pun akan berdampak pada aspek lainnya seperti ekonomi dan politik maka dari itu, interaksi budaya yang kontradiktif akan mempengaruhi hubungan antarnegara dan mencerminkan evolusi konflik dan integrasi. Kemudian etnis dan agama menjadi faktor transformasi konfigurasi dunia titik perbedaan etnis dan Agama dapat menyebabkan kontradiksi dan konflik seperti perang antara negara-negara arab dan Irak, peristiwa genosida etnis di Somalia, ruanda dan Timor Timur. Faktor budaya hubungan luar negeri Tiongkok juga mempengaruhi, yang mana Tiongkok menganut kebijakan perdamaian yang independen. Tiongkok sebagai kekuatan utama bagi perdamaian dan stabilitas dunia melalui kebijakan maupun strateginya akan memajukan multi polarisasi dan menghapus hegemoni dan politik kekuasaan.
</div><div><br></div><div>Budaya memiliki peran penting dalam hubungan internasional. Budaya merupakan hasil kreativitas baik itu pengetahuan kepercayaan, moral dan kebiasaan oleh manusia dalam praktik sejarah. Adanya peradaban tersebut yang menciptakan budaya, sehingga budaya terus berkembang titik beberapa alasan mengapa budaya dapat mempengaruhi hubungan internasional adalah menentukan prestasi negara, sebagai petunjuk dalam pengambil keputusan, menjadi perancang struktur sosial dan ekonomi, variabel penting dan alat untuk mendorong Harmoni hubungan internasional. </div><div><br></div><div>Berkembangnya budaya mendorong munculnya multi polarisasi konfigurasi dunia yang sebelumnya didominasi Amerika Serikat dengan peradaban baratnya. Namun tidak dipungkiri bahwa budaya juga dapat menjadi ancaman sehingga menimbulkan perselisihan. Bahwa peran budaya berdampak positif dan negatif dalam hubungan internasional budaya mencerminkan identitas suatu bangsa atau kelompok sehingga memiliki ketentuan nilai yang berbeda-beda Titik maka dari itu, kita tidak bisa memaksakan budaya kita untuk diterapkan di tempat lain.
</div><div><br></div><div>*) Penulis: Riski br Sihotang</div><div>Mahasiswa Hukum Tata Negara</div><div>UIN Ar-Raniry</div><div><br></div></div>Jakfarhttp://www.blogger.com/profile/04458300835549416198noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-879662781420047963.post-63464834298883186312020-12-09T14:23:00.001+07:002020-12-09T14:23:38.292+07:00APA KABAR KEBEBASAN BERPENDAPAT DI INDONESIA<div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimnM702ndqxNRKsOgVbdf_1Do3u24p6iLLjHQ8XLEId_DK-jQHZZ7WCw7wuT61h8VfgCZ0SHZPYLxEM3yZNdFQjmszXXzY3zkHge3Joquo1lcgk96Ojj2QUky_l3v2UwPK5FzZNVyUwP-_/s1600/1607498611008630-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimnM702ndqxNRKsOgVbdf_1Do3u24p6iLLjHQ8XLEId_DK-jQHZZ7WCw7wuT61h8VfgCZ0SHZPYLxEM3yZNdFQjmszXXzY3zkHge3Joquo1lcgk96Ojj2QUky_l3v2UwPK5FzZNVyUwP-_/s1600/1607498611008630-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div>Kebebasann berpendapat atau freedom of speech merupakan salah satu ciri-ciri diterapkan nya sistem demokrasi. Sesuai konstitusi, kebebasan berpendapat dan menyampaikan informasi sudah dijamin dan dilindungi di berbagai instrument hukum baik itu secara Internasional atau pun dalam konstitusi Indonesia. hak kebebasan Konstitusi Indonesia tertuang pada pasal 28E ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi “Setiap Orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”. lalu pada Pasal 14 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. <br></div><div><br></div><div><div>Sedangkan kebebasan berpendapat dalam prespektif Islam dan pemikiran Politik Islam, para ulama memahaminya sebagai salah satu dari tiga dimensi penting dari kebebasan. sementara kebebasan itu adalah hak manusiawi dan hak makhluk, bahkan sang pencipta menyilahkan manusia berimam maupun tidak beriman, sebab ini adalah pangkal sebuah kebebasan. Kebebasan pada manusia dipandang sebagai sesuatu yang melekat pada manusia itu sendiri. Menurut Mohammad Abdullah melihat atau menilai kebebasan sebagai sesuatu yang sakral dan transsendental, sebagai sesuatu yang suci dan melekat dengan fitrah kemanusiaan, manusia bebas walaupun terbatas. Dan Abdullah mengatakan Kebebasan itu sesuatu yang tinggi.
</div><div><br></div><div>Namun sayang nya yang tampak adalah das sein-nya tak sejalan dengan das sollen-nya. Artinya kenyataan sesungguhnya, tak seperti bunyi Undang-Undangnya. Di Indonesia sendiri rasanya freedom of speech sudah ditahap ktiris. Karena faktanya, kenyataan pahit yang harus dilewati oleh masyarakat Indonesia adalah masih banyaknya penyimpangan hak kebebasan berpendapat oleh sekelompok orang ataupun elit politik . Miris nya Indonesia sudah terbebas dari kolonialisme namun kebebasan berpendapat saat ini justru dituduh menjadi sumber kekacauan, lalu ketika berpendapat dianggap seolah sebagai penjahat. Padahal sudah ditegaskan didalam Undang-Undang bahwa kebebasan berpendapat adalah hak setiap warga negara dalam menyampaikan pendapat nya.
</div><div><br></div><div>Hadirnya berbagai masalah atas hak kebebasan berpendapat ini seringkali bermunculan dan dipastikan berujung kepada keributan-keributan ditengah masyarakat. Contohnya yang baru terjadi beberapa waktu lalu, mengenai demo tolak Omnibus Law Undang-undang cipta kerja yang digelar oleh mahasiswa dan para buruh. Beribu aktivis dan teman-teman mahasiswa diberbagai daerah yang ditangkap lalu ditahan oleh aparat kepolisian. Seperti yang dialami oleh Amih iskandar seorang mahasiswa asal Palembang, yang awal mula kejadianya ketika Amir mendekati aparat kepolisian karena hendak mempertanyakan maksud aparat yang telah melakukan sweeping terhadap massa. Namun bukan jawaban baik yang diterima oleh Amir tetapi penangkapan dan penetapan ia sebagai tersangka oleh pihak kepolisian padahal saat itu juga Amir tidak melakukan hal yang membahayakan atau mencoba melawan aparat. Lalu pada pertengahan Agustus 2020, dunia maya ramai dengan kabar peretasan terhadap akun twitter milik Pandu Riono yaitu seorang juru wabbah UI. Diketahui selama ini Pandu rajin mengkritik pemerintah dalam penanganan Covid-19.
</div><div><br></div><div>Menyikapi tindakan pemerintah dan aparat yang semena-mena terhadap masyarakat yang akan menyampaikan aspirasinya, bahwa pemerintah harus melibatkan masyarakat dalam proses demokrasi, maka ketika masyarakat mengkritik pemerintah seharusnya tidak terjadi hal yang dapat membahayakan masyarakat itu sendiri dan aparat kepolisian juga seharusnya menjadi pelindung dan pengayom bagi masyarakat. Karena lagi-lagi masalah tentang hak kebebasan berpendapat atau freedom speech sudah ditegaskan dalam UUD bahwa menyampaikan pendapat ditempat umum adalah bagian dari semangat demokrasi dan dijamin oleh konstitusi.
</div><div><br></div><div>Ketika membahas freedom speech ini sebenarnya masih banyak hal menarik yang bisa di bahas namun daftarnya akan terlalu panjang apabila semua dituliskan. Namun, paling tidak 2 hal itu bisa menjadi gambaran betapa seringnya praktik ini diselewengkan dan bisa kita sebut sebagai pembungkaman suara kritis. Kondisi penangkapan serta pembungkaman secara semena-mena yang telah dilakukan akhir-akhir ini menunjukan adanya ancaman terhadap kebebasan berpendapat dan bereskpresi yang merupakan salah satu cita-cita reformasi, amanat konstitusi dan bagian dari semangat demokrasi. Seperti yang dikatakan oleh Bung Hatta bahwa kemerdekaan Indonesia bisa abadi lewat demokrasi. Maka harusnya pemerintah Indonesia bisa memahami makna yang dicetuskan oleh Bung Hatta, bertujuan agar Indonesia lebih kondusif, makmur dan sentosa.
</div><div><br></div><div>*Penulis: Afifah Fauziah</div><div>Mahasiswi Hukum Tata Negara
</div><div>Universitas Islam Negeri Ar-raniry
</div><div><br></div><div><br></div></div>Jakfarhttp://www.blogger.com/profile/04458300835549416198noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-879662781420047963.post-16039505158562932652020-12-08T00:16:00.000+07:002020-12-08T00:16:02.853+07:00Kesetiaan Seorang LeLaki<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuJmSfqicY7vL2qtg5nS3mq2E45nC9kSwpvDQTY-Zy9lWEg1Oz67591Gw-vijFqPss1XluasjJ2yfGYmefX_lR0xwch129bNdYabbvTINkosgLaRLG8DQOiZHmuqCW-QxiwMdW6mkV3Q0/s374/hhh.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="245" data-original-width="374" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuJmSfqicY7vL2qtg5nS3mq2E45nC9kSwpvDQTY-Zy9lWEg1Oz67591Gw-vijFqPss1XluasjJ2yfGYmefX_lR0xwch129bNdYabbvTINkosgLaRLG8DQOiZHmuqCW-QxiwMdW6mkV3Q0/s320/hhh.jpg" width="320" /></a></div><br /><p></p><p><!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
<w:UseFELayout/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-ansi-language:IN;
mso-fareast-language:IN;}
</style>
<![endif]--></p><p>
</p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Beberapa waktu lalu aku
mendengarkan sebuah cerita dari salah satu senior di tempatku bekerja,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">y</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">an</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">g beliau ceritakan
adalah pengalaman beliau ketika menjalin hubungan dengan wanita.</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ia mengatakan bahwa
beberapa tahun y</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">an</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">g
lalu pernah menyukai seorang wanita,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">y</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">an</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">g tak lain wanita itu
adalah muridnya sendiri,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tetapi
selama ia mengajar di tempat itu beliau berusaha untuk menahan agar tidak
mengungkapkan p</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">e</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">rasaan
tersebut kepada wanita itu.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tak lama kemudian
wanita itupun wisuda,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan
tak lama s</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">e</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">telah
acara wisuda berakhir beliaupun mencoba untuk berbicara dengan orang tua si
wanita itu. Tak menunggu waktu lama lagi ia</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">pun memberanikan diri
untuk membuka pembicaraan.</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sebut
saja nama wanita itu sholeha.. "Pak,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">orang tua si leha ya ?" Si bapak
menjawab "iya benar ust</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">adz</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ust</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">adz</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> guru d sini ?" Ia
menjawab "Benar pak,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">saya
termasuk guru yg mengajar di kelas leha" si bapak melanjutkan pembicaraan
"Gimana leha ust</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">adz</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
? Bandel di kelas ?".</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Leha pun melihat ke
arah kami dan tersipu malu sambil menyampaikan kepada orang tuanya "Ayah,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">jangan tanya yg aneh2
sama ust</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">adz</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">leha baik kog.. iya kan
ust</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">adz</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> " Ia pu</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">n</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> menjawab "Hehe..
Iya pak,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">leha
kalau di kelas baik dan termasuk rajin".</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Si bapak menjawab
"Alhamdulillah kalau begitu ust</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">adz</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">saya senang mendengarnya"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam hati ia berfikir untuk meminta n</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">o</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">mor tel</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">e</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">pon bapak tersebut,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tetapi binggung ingin
mengatakan apa.</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tak
lama kemudian si bapak menyentuh bahu beliau kemudian berkata "Ust</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">adz</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">boleh saya minta kontak
ust</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">adz</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">? Mungkin nanti kalau
ada keperluan bisa saya hubungi lewat ust</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">adz</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
saja". Dalam hati ia berfikir "Masya Allah.. tanpa aku minta Allah l</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">a</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ngsung berikan".</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tanpa fikir panjang
lagi beliau langsung memberikan kontak nya kepada bapak tersebut..</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Singkat cerita acara
wisuda sudah berlalu 1 bulan yg lalu,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tetapi ia masih saja tidak berani
menghubungi ayah wanita itu,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">k</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">a</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">rna ia merasa bahwa belum
saatnya untuk menyampaikan.</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kemudian
ia mencoba untuk meminta saran dari beberapa orang rekan kerjanya yg lain.</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sebagian besar
memberikan saran agar ia segera hubungi orang tua wanita itu dan sampaikan niat
baiknya. Tanpa ada keraguan lagi,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ia
mencoba untuk menghubungi ayah wanita itu..</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Detak jantung mulai tak
karuan,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">keringat
dingin mulai bercucuran</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">. </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tak
lama stelah menekan telpon,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">si
ayah pun mengangkat tel</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">e</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">pon.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Assalamu'alaikum pak"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Wa'alaikumsalam ust</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">adz</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">masya Allah ada apa ini
ust</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">adz</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> tiba</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">-tiba</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> menel</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">e</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">pon saya"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Tidak ada pak,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">saya cuma ingin
menyambung silaturahmi saja dengan bapak"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Alhamdulillah,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">itu juga yg kami
inginkan ust</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">adz</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Iya pak,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ini pak ada beberapa
hal yg ingin saya sampaikan".</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Boleh ust</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">adz</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tentang apa ya ust</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">adz</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ?"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Kalau saya sampaikan melalui
telpon sepertinya kurang Afdhal pak,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">apa
boleh saya bertemu dengan bapak dan menyampaikannya secara lngsung?"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Bisa ust</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">adz</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">insya Allah besok pagi
saya ke dayah"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Jangan pak,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">saya saja y</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">an</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">g datang ke rumah
bapak,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sekalian
silaturahmi".</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Baik ust</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">adz</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">besok pagi datang saja
ke rumah,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">insya
Allah saya di rumah.. Rumah saya di sekitaran Banda aceh juga ust</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">adz</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">nanti saya kirim
lokasinya"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Baik pak,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">besok saya datang"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dengan p</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">e</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">rasaan kacau bercampu
senang,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">iapun
merasa legah k</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">a</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">r</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">e</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">na sudah menelpon si
bapak.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Keesokan harinya ia
mengajak seorang teman untuk berkunjung ke rumah wanita itu.</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sesampaikan di rumah ia
di sambut dengan begitu hangat oleh keluarga leha. Dan kemudian leha datang
menghampiri kami sambil membawa secangkir kopi.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Silahkan di minum ust</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">adz</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> kopinya" ucap
leha kepada kami</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"T</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">e</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">rima kasih leha"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sambil meminum kopi dan
ngobrol ringan,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ia
mencoba untuk membuka topik pembicaraan yg berkaitan dengan niatnya datang
bersilaturahmi</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Mohon maaf pak sebelumnya,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">jadi niat saya datang
ke sini krna ada y</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">an</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">g
ingin saya sampaikan kepada bapak dan keluarga".</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Iya ust</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">adz</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">.. sepertinya serius
ini ust</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">adz</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ya "</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Iya pak .. Jadi niat saya ingin
datang kemari yg pertama kali adalah untuk menyambung silaturahmi,kemudian saya
ingin menyampaikan apa y</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">an</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">g
selama ini menganjal dalam diri saya pak"....</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Sekarang ini pak posisi saya
adalah sebagai guru di dayah tempat leha sebelumnya belajar,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan saya juga masih
berstatus sebagai mahasiswa. Tapi saya ingin sampaikan pak,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">bahwa dari awal
semenjak saya masuk dan mengajar di kelas leha,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">saya sudah mulai
merasakan p</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">e</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">rasaan
y</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">an</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">g berbeda dengan
leha".</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Sebelumnya Saya tidak tau p</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">e</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">rasaan apa yg
sebenarnya saya rasakan ke leha,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tapi
seiring berjalannya waktu saya mulai tau bahwa p</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">e</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">rasaan ini adalah prasaan cinta,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">hampir dua tahun
lamanya saya menahan p</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">e</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">rasaan
ini pak,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan
sengaja tidak saya sampaikan kepada leha k</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">a</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">r</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">e</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">na memang waktu itu
bukanlah waktu yg tepat".</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Dan sekarang saya datang bertemu
dengan bapak secara langsung dengan niat ingin menyampaikan apa yg saya rasakan
dan insya Allah jika bapak mengizinkan saya siap untuk melamar leha".</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Si bapak terdiam sambil
menundukkan kepala,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kemudian
berkata.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Ust</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">adz</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">anak saya baru saja selesai sekolah,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan saya ingin sekali
dia melanjutkan pendidikannya di pesantren,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tetapi bukan di aceh
tapi di kawasan jawa. Saya sudah sampaikan kepada leha tetapi leha bersikeras
untuk lanjut kuliah".</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Beberapa minggu kebelakang leha
sudah mengikuti beberapa tes untuk masuk ke perguruan tinggi,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tetapi Allah
berkehendak lain dan tidak ada satu jalurpun yg lulus. Satu sisi saya merasa
sedih,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tapi
ini jalan Allah dan pasti ada hikmah di balik semua ini".</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Saya sangat senang ust</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">adz</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> berani datang menemui
saya untuk menyampaikan niat baik ini,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dari saya pribadi saya lebih ingin
keluarga ust</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">adz</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
dan saya menjalin hubungan persaudaraan saja terlebih dahulu,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">karna untuk urusan
jodoh sudah Allah yg mengatur".</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Tetapi semuanya saya kembalikan
lagi kepada leha. Karna dialah yg akan menjalaninya"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tak lama si bapak pun
memanggil leha,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan
meminta leha untuk menanggapi perkataan sang ust</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">adz</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">..</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Leha berkata.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Baik ust,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">saya mengerti apa yg
ust sampaikan tadi,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">karna
saya juga mendengar dari belakang,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">saya
setuju dengan apa yg ayah sampaikan ust,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">untuk menjalani hubungan yg lebih serius
leha belum bisa untuk saat ini,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tapi
jika menjalin hubungan antar keluarga terlebih dahulu leha mau ust".</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Beliau pun menanggapi
kembali "Baik pak,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">insya
Allah nanti akan saya sampaikan kepada keluarga saya,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan secepatnya kami
akan datang kembali ke sini"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kemudian ia meminta
izin kepada si bapak untuk pulang.Sesampainya di rumah,ia langsung menelpon
keluarga kemudian menyampaikan niatnya kepada keluarganya.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Buk,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pak. Aku ingin berta'aruf
dengan seorang wanita yg sebelumnya pernah aku ceritakan,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan aku telah
menyampaikan niat ini kepada keluarganya dan mengatakan bahwa kita akan datang
secepatnya ke sana".</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Orang tua nya pun menjawab "insya
Allah minggu depan ibuk dan bapak ke sana,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kita temui
keluarganya"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ia pun langsung menutup
telpon dan merasakan kesenangan yg belum pernah di rasakan sebelumnya.</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hari yg di tunggu telah
tiba,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">p</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">e</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">rasa</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">a</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">n mulai tak karuan,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">jantung kembali berdetak
tak wajar. Tak lama ia dan keluarga sampai di rumah leha,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan di sambut keluarga
besar leha.</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Leha
dan keluarga pun mempersilahkan duduk,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kemudian menyuruh mereka untuk menyantap
hidangan yg telah di sajikan,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dalam
hati beliau berkata "sungguh luar biasa sambutan dari keluarga leha,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">semoga ini adalah jalan
yg terbaik dari Allah.. Aamiin"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tak lama kami pun
selesai makan,tanpa panjang lebar lagi keluarga dari pihak beliau pun membuka
pembicaraan.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Pak,jadi kedatangan kami dan
keluarga ke sini yg pertama kali tentunya ingin menyambung silaturahmi,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan kemudian tujuan
kami yg selanjutnya itu untuk mempererat tali saudara kita pak,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">karna memang anak saya
sudah dewasa dan pastinya membutuhkan sosok wanita yg mendampinginya
kelak".</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ayah leha menjawab</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Baik pak,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">saya sudah mendengar
sedikit k</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">e</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">maren
dari ust ahmad,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan
saya rasa apa yg di sampaikan beberapa waktu lalu memang benar,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kemudian saya dan
keluarga juga telah sepakat,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">intinya
untuk saat ini izinkan anak kami untuk belajar dulu,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan sekarang ini
hubungan kekeluargaan kita tetap berjalan,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">jika anak</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">-anak</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> kita berjodoh pasti
akan Allah satukan".</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ibu ust ahmad
menyambung pembicaraan "Maaf pak sebelumnya,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">anak saya sebentar lagi
akan menyelesaikan pendidikan S1 nya,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">saya ingin supaya nantinya mereka bisa
cepat manikah saja"</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Leha
langsung memutus pembicaraan "Buk,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">maaf leha belum sepenuhnya siap,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">leha mau belajar dulu,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sekarang biarlah
hubungan ini di ikat dengan ta'aruf antar keluarga dulu,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">leha pingin kuliah
dulu".</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ayah leha menjawab
"Saya juga pinginnya seperti itu buk,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">leha ini anak perempuan
saya satu</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">-satu</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">nya,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">saya berencana ingin
melanjutkan pendidikannya di pesantren wilayah jawa,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan tahap
penyelesaiannya itu minimal 3 tahun".</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ust ahmad berkata
"Tidak masalah buk,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">pak..
krna saya pun ingin menyambung pendidikan S2 dulu,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">yg terpenting sekarang
ini adalah saling menjaga hati,karna saya yakin bahwa leha lah yg Allah
takdirkan untuk saya"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Suasanapun menjadi
tenang,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan
semua pihak keluarga setuju dengan keputusan itu.</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Singkat cerita,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ternyata leha tidak di
terima di semua universitas di kota banda aceh,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">akhirnya orang tua leha
mendaftarkan leha ke salah satu pondok pesantren di jawa,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan Alhamdulillah leha
di nyatakan lulus di sana.</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dengan
berat hati kemudian leha menelpon ust ahmad "Ust,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ana di terima mondok di
jawa"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ust menjawab
"Alhamdulillah,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">semangat
ya belajarnya".</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Leha
menjawab "kog ust gitu jawabnya ? Ust gak sedih ? Ust gak larang leha ?
Yaudah deh.."</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ust menjawab "Lah ? Bagus dong,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kenapa saya harus sedih
? Kan ini untuk kebaikan leha</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">biar
leha lebih terjaga di sana,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan
bisa jadi istri yg baik nantinya buat saya".</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Leha menjawab "Sekarang aja ust
bilang gitu,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">nanti
leha pulang ust udah nikah sama orang lain"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ust menjawab "Kan kannn.. do'anya
udah jelek,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">emng
boleh saya nikah sama orang?"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Leha menjawab dengan
nada tinggi "Ya enggak lah !!"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Gak papa,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ini jalan terbaik..
semua pasti ada hikmahnya. Allah sudah punya rencana untuk hamba</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">-hamba</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">nya kita cukup
menjalankan dan yakin saja dengan rencana Allah"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Leha menjawab "yaudah deh. Oh iya,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">leha berangkatnya sabtu
besok,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">nanti
ust sama ibuk antar leha ke bandara ya?".</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Iyaa.. nanti saya sampaikan ke
ibuk,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">yg
terpenting leha semangat"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Leha menjawab "oke ust"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tak sadar waktu
berjalan bergitu cepat,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ust
ahmad dan keluargapun menuju ke bandara bersama keluarga leha.Waktu telah
menunjukkan jam 14:00 waktunya leha berangkat ke menuju jawa,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">air mataku pun tidak
bisa di tahan begitu juga dengan leha,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">leha menangis dan memeluk erat ibu dan
ayahnya.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kemudian menyalami
orang tuaku.</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Leha
pergi sendirian tanpa di temani keluarganya,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">karna di sana paman dan
bibinya sudah menunggu dan siap untuk membantu keperluan leha selama di jawa
nanti.</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Lehapun
pergi,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan
melambaikan tangan ke arah ust ahmad sebelum leha pergi ia sempat menitipkan
surat kepadaku yg berisi</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Ust,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tetaplah jaga hati
untuk leha,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">leha
gak akan macam</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">-macam</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
di sana krn lingkungan leha juga' terjaga dan leha pasti bisa jaga diri leha
untuk ust.. Kalau nantinya leha di panggil Allah,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ust jangan sedih
carilah wanita lain,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan
nikahi dia.. tapi pesan leha ust,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tolong
kalau anak ust nantinya perempuan beri</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">nama dia shalehah"..</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ust ahmad membaca surat
tersebut sambil menangis tersedu</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">-sedu</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
dan tak sadar tangisannya semangkin menjadi dan iapun tertidur di pangkuan
ibunya..</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tak lama merekapun sampai di rumah,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ust ahmad kemudian
menuju ke masjid untuk melaksanakan shalat ashar sambil menunggu kabar dari
leha.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">J</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">am
sudah menunjukkan pukul 18:00 tapi kabar dari leha belum ada,tapi ust ahmad
mencoba untuk tetap tenang dan tidak berfikir macam2 karna ia yakin leha dalam
keadaan baik2 saja.</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tanpa
berfikir aneh2 ust ahmad kemudian lanjut mengajar dan kembali melaksanakan
aktifitasnya.. Sampai jam 20:00 tidak ada kabar sama sekali dari leha,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan ketika ia membukan
hp ternyata ada beberapa panggilan dari ayah leha yg tidak terjawab.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ia kemudian menelpon kembali
ayah leha,dan ayah leha mengangkat telpon ust ahmad sambil menangis.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Assalamu'alaikum pak"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Wa'alaikumsalam mad" si bapak
menjawab dengan tersedu2 ..</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Ada apa pak ? Kenapa bapak nangis
?"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Leha .."</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Leha kenapa pak ?"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Pesawat yg leha naiki kecelakaan,dan
pesawatnya jatuh"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Innalillahi .. jadi sekarang
bagaimana pak ? Saya ke rumah bapak sekarang".</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tanpa pikir panjang
lagi ust ahmad menuju ke rumah leha,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dan
menemui orang tua leha.. sesampainya di sana keluarga leha sudah berkumpul dan
ayah leha lngsung menghampiriku dan berkata "Do'akan leha selamat ya
nak"</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aku tak sanggup menahan
air mata lagi,dan menangis sejadi2nya. Saat ini kami semua sedang menunggu
kabar dari keluarga leha yg ada di jawa,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">keluarganya yg ada di sana sedang
menunggu kabar terbaru dari pihak penerbangan.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tak lama kabarpun
datang dari keluarga di sana,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">mereka
menyampaikan bahwa pihak penerbangan telah mengkonfirmasi bahwa pesawat benar</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">-benar</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> jatuh dan hancur,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">semua orang di dalam
pesawat di pastikan meninggal dunia.</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Manerima
kabar tersebut ibu leha pun panik dan langsung pingsan,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">suasanapun menjadi
semangkin buruk.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aku kemudian
menghubungi orang tuaku,dan memberi kabar kepada mereka.</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ketika suasana mulai
sedikit menenang keluarga leha dan aku melutuskan untuk pergi ke jawa melihat
keadaan dan situasi di sana.. Sesampainya di sana akupun tak mampus menahan
tangis,jenazah leha telah di evakuasi dan di bawa ke rumah keluarga leha di
jawa.</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jenazah
leha pun mulai di shalatkan,dan kemudian di makamkan di jawa krna susahnya
proses membawa jenazah leha pulang ke Aceh.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aku tak sanggup menahan
tangis.</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dan
sejak saat itu aku mulai susah untuk menyukai wanita lain.. krna di dalam
pikiranku selalu ada dia.</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dari
sejak peristiwa itu</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ust
ahmad mulai susah untuk mencintai wanita,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">karna setiap kali ia menyukai wanita
selalu saja leha muncul dalam fikirannya.</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Inilah bukti bahwa laki2 ketika sudah
benar2 mencintai satu wanita,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">maka
wanita itu akan selalu ada dalam ingatannya.</span></p>
<p><!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--></p><p><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
<w:UseFELayout/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--></p><p> *)Penulis:<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"> Amar Muhtadin</span></p><p><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">Mahasiswa sarjana UIN Arraniry </span><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-ansi-language:IN;
mso-fareast-language:IN;}
</style>
<![endif]--></p>PoliticalClubhttp://www.blogger.com/profile/06903531283425353013noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-879662781420047963.post-13666818168872584252020-12-06T16:10:00.001+07:002020-12-06T16:33:59.590+07:00DEMOKRASI MENUJU POLITIK OLIGARKI
<div class="WordSection1">
<p class="MsoBodyText" style="line-height: 115%; margin-top: 0in;"><span lang="id"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLU73nYUBjzCCOJZNPF0diGOernYMMIIqtBSt8h1qfqpU_26jYi4ajCufrPpun1iRp9H4wG9QPiVbMNzm7_bI5rUNXDUx0XwMVtymXkUEl2DQtqkw31OU0x6RUE5ECBOUt0gadIQunaXM/s620/political.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="317" data-original-width="620" height="205" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLU73nYUBjzCCOJZNPF0diGOernYMMIIqtBSt8h1qfqpU_26jYi4ajCufrPpun1iRp9H4wG9QPiVbMNzm7_bI5rUNXDUx0XwMVtymXkUEl2DQtqkw31OU0x6RUE5ECBOUt0gadIQunaXM/w400-h205/political.jpeg" width="400"></a></div><br><p></p><p class="MsoBodyText" style="line-height: 115%; margin-top: 0in;"><span lang="id">Indonesia
digadang-gadang sebagai Negara demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat. Toh, realitas yang terjadi tidak sesuai dengan ekspektasi. Mandat
rakyat yang diperoleh dari sistem demokrasi justru dijadikan acuan para elit
untuk berkuasa didalam negeri. Apabila demokrasi terus bergeser ke oligarki maka
tidak menutup kemungkinan rakyat akan terbengkalai dengan sistem ini karena
sistem ini sangat menjadi acuan membuat jurang antar si miskin dan si kaya.
Oligarki menjadi sistem yang membuat elit-elit kuat dalam kendaraan demokrasi.</span></p>
<p class="MsoBodyText" style="line-height: 115%; margin-right: 5.8pt;"><span lang="id">Bentuk
pemerintahan demokrasi atau republic menjadi trend dunia pasca sekuralisasi
politik di Eropa selepas perjanjian West Phalia 1648. Data yang dikeluarkan oleh
The Economi Intelligent Unit, tanggal 25 Januari 2017<span style="letter-spacing: -.5pt;"> </span>lalu<span style="letter-spacing: -.5pt;"> </span>sudah<span style="letter-spacing: -.45pt;"> </span>86<span style="letter-spacing: -.5pt;"> </span>negar<span style="letter-spacing: -.4pt;">a </span>di dunia<span style="letter-spacing: -.5pt;">
</span>ini<span style="letter-spacing: -.45pt;"> </span>yang<span style="letter-spacing: -.5pt;"> </span>menerapkan<span style="letter-spacing: -.45pt;"> </span>demokrasi.</span></p>
<p class="MsoBodyText" style="line-height: 115%; margin-right: 5.8pt;"><span lang="id">Sistem
ini rakyat dijadikan pembantu dalam rumah sendiri. Bukan tanpa alasan, penulis
mengutarakan demikian karena sangat banyak suatu peraturan dibuat untuk
mengedepankan elit tapi mengucilkan rakyat. Sistem demokrasi meletakkan
kedaulatan rakyat ditangan kapitalis dan dilaksanakan oligarki. Oligarki
tersebut kian rakus hingga tak menyisakan sedikitpun bagi kepentingan
rakyat. Semua ide kekuasaan dan pembentukan peraturan perundang undangan hanya
untuk mengabdi kepada kaum kapitalis bukan kepada rakyat. Banyak terjadi penguasa
semakin berlaku otoriter terhadap rakyat kecil yang menuntut keadilan.
Demokrasi juga sangat menggaungkan sekularisme (pemisahan Agama dalam<span style="letter-spacing: -.55pt;"> </span>Negara)<span style="letter-spacing: -.55pt;">
</span>sehingga<span style="letter-spacing: -.6pt;"> </span>menyebabkan<span style="letter-spacing: -.65pt;"> </span>kehancuran<span style="letter-spacing: -.6pt;"> </span>dimana-mana.</span></p>
<h1 style="margin-top: 9.95pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="id">Apakah kedaulatan masih ditangan
rakyat?</span></span></h1><span lang="id" style="mso-font-width: 105%;">Fenomena saat ini
sungguh miris terjadi!</span><span lang="id"></span>
<p class="MsoBodyText" style="line-height: 115%; margin-top: 12.4pt; text-indent: 0in;"><span lang="id">Bahwasanya UUD 1945 sebagai batang tubuh rakyat Indonesia, bukan lagi dijadikan
landasan riil Demokrasi Indonesia contohnya pasal 33 ayat 1,2,dan 3 yang
intinya perekonomian semata-mata untuk rakyat. Hasil SDA</span><span lang="id"> (sumber daya alam) seharusnya dikelola untuk kepentingan dan kesejahteraan
rakyat, nyatanya hanya fatamorgana belaka. Rakyat sengsara dengan keadaan
ekonomi yang terjadi saat ini belum lagi soal pendidikan yang semakin hari
semakin menurun kualitasnya. Rakyat semakin kesulitan memenuhi sandang , papan
dan pangan untuk kebutuhannya dikarenakan sangat sedikit tersedianya lapangan
kerja dan banyaknya<span style="letter-spacing: -.55pt;"> </span>pekerja<span style="letter-spacing: -.5pt;"> </span>asing,<span style="letter-spacing: -.4pt;"> </span>bahkan<span style="letter-spacing: -.55pt;"> </span>dari<span style="letter-spacing: -.5pt;"> </span>hasil<span style="letter-spacing: -.5pt;"> </span>SDA<span style="letter-spacing: -.5pt;"> </span>sendiri<span style="letter-spacing: -.5pt;"> </span>sudah<span style="letter-spacing: -.55pt;"> </span>banyak<span style="letter-spacing: -.4pt;"> </span>yang tidak dikelola lagi oleh pemerintahan
Indonesia melainkan sudah banyak dikelola oleh<span style="letter-spacing: -.9pt;">
</span>asing.</span>
<span lang="id" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: #0021; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Arial; mso-fareast-language: EN-US;"></span></p></div><div class="WordSection2"><p class="MsoBodyText" style="line-height: 115%; margin-right: 5.8pt;"><span lang="id">Dalam
pasal 65 ayat 1 UU Ketenagakerjaan disebutkan bahwa pelaksanaan perizinan pada
sektor pendidikan dapat dilakukan melalui perizinan berusaha sebagaimana yang
dimaksud dalam UU ini, selanjutnya pasal 65 ayat (2). Keberadaan pasal ini sama
saja dengan menetapkan pendidikan sebagai komoditas yang diperdagangkan,
semestinya pendidikan itu didapatkan merata oleh rakyat Indonesia. Pendidikan
tidak boleh dikelola oleh korporasi karna dapat merusak citra pendidikan
sebagai pencetak<span style="letter-spacing: -.4pt;"> </span>generasi.</span></p>
<div style="text-align: left;"><b><span lang="id" style="mso-font-width: 95%;">"Demokrasi atau
Oligarki...?"</span><span lang="id"></span></b></div>
<p class="MsoBodyText" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 5.0pt; margin-right: 5.8pt; margin-top: 13.65pt;"><span lang="id">Penggeseran
antara demokrasi menuju politik oligarki sudah terang- terangan diperlihatkan.
Demokrasi tidak lagi berjalan semestinya sudah ditopang oleh politik
Oligarki. Belakangan ini terjadinya demo <span style="letter-spacing: -2.25pt;"> </span>besar-besaran
tiba-tiba RUU semalam disahkan DPR secara diam-diam disebut dengan RUU
Omnibuslaw. RUU ini bukan keinginan public tetapi hanya keinginan elit penguasa
yang bercorak oligarki, bahkan banyak dari mahasiswa, para tokoh, dan juga
rakyat kecil yang tidak setuju dengan pengesahan ini. Mereka melakukan demo
diberbagai wilayah, karena didalamnya terdapat peraturan<span style="letter-spacing: -.55pt;"> </span>yang<span style="letter-spacing: -.55pt;"> </span>memberikan<span style="letter-spacing: -.5pt;"> </span>Karpet<span style="letter-spacing: -.45pt;">
</span>Merah<span style="letter-spacing: -.5pt;"> </span>bagi<span style="letter-spacing: -.55pt;"> </span>Pengusaha.</span></p>
<p class="MsoBodyText" style="line-height: 115%;"><span lang="id">Banyak mendapat
keuntungan dalam RUU ini adalah pengusaha yng bermodal<span style="letter-spacing: -.6pt;"> </span>miliaran<span style="letter-spacing: -.6pt;"> </span>bahkan<span style="letter-spacing: -.6pt;"> </span>triliunan,<span style="letter-spacing: -.45pt;">
</span>RUU<span style="letter-spacing: -.55pt;"> </span>ini<span style="letter-spacing: -.6pt;"> </span>juga<span style="letter-spacing: -.6pt;"> </span>disinyalir<span style="letter-spacing: -.5pt;"> </span>memberi<span style="letter-spacing: -.6pt;">
</span>peluang bagi koruptor yang memperkaya diri. Dari sisi ekonomi, RUU ini
lahir dari infestasi dan pasalnya pengusaha boleh mengambil tanah selama 90<span style="letter-spacing: -2.4pt;"> </span>tahun</span><span lang="id"> dan boleh diperpanjang.</span><span lang="id" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: #0021; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Arial; mso-fareast-language: EN-US;"></span>
</p></div><p class="MsoBodyText" style="line-height: 115%; margin-top: 12.4pt;"><span lang="id">Kedaulatan<span style="letter-spacing: -.5pt;"> </span>sudah<span style="letter-spacing: -.4pt;"> </span>beralih<span style="letter-spacing: -.4pt;"> </span>ditangan<span style="letter-spacing: -.45pt;">
</span>korporasi,<span style="letter-spacing: -.4pt;"> </span>bahkan<span style="letter-spacing: -.45pt;"> </span>seorang<span style="letter-spacing: -.45pt;">
</span>Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang menyampaikan aspirasi rakyat merubah
posisi. Pada saat melakukan pengesahan RUU ini rakyat menolak dengan tegas
untuk tidak diterapkan tapi DPR tetap mengesahkannya. Demokrasi dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat atau hanya kebohongan yang ditutupi oleh kejahatan<span style="letter-spacing: -1.3pt;"> </span>oligarki.</span></p>
<p class="MsoBodyText" style="line-height: 115%;"><span lang="id">Kasus baru-baru ini
banyak menjadi sorotan public ditengah gentingnya keadaan ekonomi akibat
pandemi yaitu baru saja ada kasus yang menghebohkan seperti Menteri Sosial Juliari P Batubara di jadikan tersangka oleh KPK dalam kasus memperkaya diri sendiri dengan dana bantuan covid-19 apalagi Indonesia sedang fokus untuk menangulangi pandemi saat ini dan sama seperti kasus di dalam kementerian KKP yang membuat kebijakan untuk membuka kembali keran Ekspor Benih Lobster yang dulunya pernah di tolak oleh Mantan Menteri KKP ibu susi. Dilakukan oleh seorang
penguasa negeri Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo, menurutnya dengan
melakukan ini akan meningkatkan kesejahteraan rakyat nyatanya tidak sama<span style="letter-spacing: -.45pt;"> </span>sekali.</span></p>
<p class="MsoBodyText" style="line-height: 115%;"><span lang="id">Didaerah<span style="letter-spacing: -.85pt;"> </span>Aceh<span style="letter-spacing: -.8pt;"> </span>Khususnya<span style="letter-spacing: -.85pt;"> </span>di<span style="letter-spacing: -.9pt;"> </span>Nagan<span style="letter-spacing: -.8pt;"> </span>Raya<span style="letter-spacing: -.85pt;"> </span>terjadinya<span style="letter-spacing: -.85pt;"> </span>eksploitasi<span style="letter-spacing: -.9pt;"> </span>migas yang dilakukan oleh orang asing. Sangat disayangkan, Aceh
yang memiliki banyak sumber daya alam ternyata tidak memiliki pemerataan dalam
kesejahtaraan.</span></p>
<p class="MsoBodyText" style="line-height: 115%; margin-right: 5.8pt;"><span lang="id">Maka
dari itu pentingnya pemikiran kritis dari berbagai aspek, agar dapat menggeser
posisi politik oligarki yang semakin tumbuh di indonesia. Dan sepatutnya yang
harus kita lakukan bersama apalagi seorang pemerintah yang memiliki kekuasaan,
hilangkan sistem politik oligarki dalam<span style="letter-spacing: -.35pt;"> </span>Negara<span style="letter-spacing: -.4pt;"> </span>agar<span style="letter-spacing: -.3pt;"> </span>Negara<span style="letter-spacing: -.4pt;"> </span>lebih<span style="letter-spacing: -.35pt;"> </span>maju<span style="letter-spacing: -.35pt;"> </span>dan<span style="letter-spacing: -.4pt;"> </span>kesejahteraan<span style="letter-spacing: -.35pt;"> </span>dapat<span style="letter-spacing: -.3pt;"> </span>diwujudkan
di<span style="letter-spacing: -.5pt;"> </span>Indonesia.</span></p><p class="MsoBodyText" style="line-height: 115%; margin-right: 5.8pt;"><span lang="id">Editor : Political Club <br></span></p>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<w:DoNotOptimizeForBrowser/>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" QFormat="true" Name="Body Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:none;
text-autospace:none;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style>
<![endif]-->Jakfarhttp://www.blogger.com/profile/04458300835549416198noreply@blogger.com0